Hidup Benar Di Mata Tuhan
Hidup benar di mata Tuhan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut
diambil dari kitab 2 Tawarikh 26:1-5. Menjelang akhir tahun lalu dan awal tahun
ini masyarakat Indonesia banyak memperbincangkan masalah kebenaran dan keadilan
dalam dua kasus yaitu satu, kasus mantan Ketua KPK Antasari Azar; dua, kasus Basuki
Tjahaya Purnama (Ahok).
Hari ini kita menggumuli tema “Hidup Benar Di Mata Tuhan”. Mungkinkah
itu? Bisakah kita hidup dalam kebenaran? Bukankah hampir setiap saat pikiran,
perkataan, dan perbuatan kita tidak benar?
Lalu jika kita berkata bahwa kita telah hidup benar, benar itu menurut
siapa? Kebenaran bersifat mutlak atau relative? Dalam Teropong Firman kali ini
kita akan belajar tentang arti kebenaran dan aspek-aspek kehidupan dalam
kebenaran.
Arti Kebenaran
Apakah “kebenaran” itu? Ini adalah pertanyaan terbesar umat manusia.
Untuk dapat memahaminya, kita akan melihat akar kata dari dua bahasa penting
dalam Alkitab, yaitu bahasa Ibrani dan Yunani. Untuk kata “kebenaran”
(Ing. truth) dalam bahasa Ibrani digunakan kata “emet“ (אמת).
Yang menarik adalah bahwa kata ini berasal dari kata kerja
Ibrani “aman” yang secara harafiah berarti “mendukung atau
memantapkan” dan digambarkan sebagai lengan seorang ayah yang kuat yang sedang
menggendong bayinya. Jadi kebenaran tidak akan bisa muncul dari diri kita
dengan sendirinya, melainkan kemampuan melakukan kebenaran itu berasal dari
Bapa Sorgawi yang menolong dan mendukung kita.
Dalam pikiran orang Yahudi, kebenaran lebih difokuskan pada dinamika,
perubahan, dan gagasan bahwa kebenaran memuat juga pembentukan karakter orang –
dan pemulihan atas dunia. Jadi – khususnya dalam relasi dengan Allah – hakekat
kebenaran menjadi berakar pada saat-saat keputusan diambil dalam kehidupan
seseorang.
Sebuah kata hikmat Ibrani berkata “Meterai Allah adalah Kebenaran” sebab
אמת diambil dari huruf akhir tiga kata dalam Kejadian 2:2, “… pekerjaan
penciptaan yang dibuat-Nya itu” (
Ibr. bara’ elohim la`asot ).
Dengan kata lain, Allah menciptakan realitas “melakukan” (la’asot),
yang harus diartikan bahwa adalah tanggung jawab kita, sebagai ciptaan
Allah, untuk menggenapi “karya” ciptaan-Nya. Kebenaran berbicara tentang
melakukan sesuatu secar aktif, bukan sekedar keberadaan.
Dalam bahasa Yunani digunakan kata “aletheia” (άληδεία) yang
berarti “suatu kondisi batiniah yang terbuka, bebas dari keterlibatan perasaan,
kepura-puraan, kekeliruan, dan dusta.”
Dalam dongeng binatang Yunani Kuno dikisahkan tentang seorang laki-laki
yang sedang berjalan di padang belantara dan menemukan Dewi Veritas
(Aletheia) sedang berdiri sendirian di sana. Ia pun bertanya kepadanya,
“Dewi, mengapa engkau tinggal di padang belantara ini dan meninggalkan
keramaian kota?”
Ia pun menjawab, “Dulu, di antara orang-orang tua, dusta hanya dilakukan
segelintir orang, tetapi kini dusta )ketidakbenaran) telah menyebar ke dalam
seluruh kehidupan umat manusia”. Berarti “kebenaran” sejak dulu merupakan suau
hal yang langka.
Dari dua pengertian di atas, maka “kebenaran” sebenarnya menyangkut dua
hal penting.
Pertama, adalah suatu keberadaan
“dibenarkan” (justified) oleh karya Allah di dalam pengorbanan Tuhan
Yesus Kristus (Roma 3:23-24). Kedua, bahwa kita harus menaati
pimpinan Roh Kudus yang menuntun kita kepada segala kebenaran (Yoh.
16:13).
Aspek-aspek Kehidupan Dalam Kebenaran
Jika kita telah memahami arti kebenaran seperti uraian di atas, maka
selanjutnya kita perlu memahami beberapa aspek penting kehidupan dalam
kebenaran.
a. Mencari Kebenaran
Ini merupakan kerinduan terdalam yang Allah letakkan dalam hati manusia.
Sebelum kebenaran sejati itu ditemukan, manusia akan terus berusaha mencari dan
mencari. Pencarian kebenaran banyak dilakukan para ahli filsafat, sehingga
ditemukanlah definisi-definisi tentang “kebenaran”.
Alkitab menyatakan bahwa mereka yang lapar dan haus akan kebenaran
disebut berbahagia atau diberkati, sebab mereka akan dipuaskan (Mat. 5:6).
Alkitab juga menyatakan adanya pernyataan yang identik tentang “kebenaran”,
yaitu “Firman-Mu adalah kebenaran” (Yoh. 17:17) dan “Akulah
Jalan, Kebenaran, dan Hidup, …” (Yoh. 14:6).
Itu berarti bahwa pencarian akan kebenaran baru akan berakhir jika kita
mengenal Allah yang telah memberikan penyataan atau pewahyuan tentang Diri-Nya
di dalam Alkitab, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Kebenaran ini bersifat mutlak atau absolute, tidak relatif. Kita harus
waspada dengan pemikiran yang menyatakan bahwa kebenaran bisa ditemukan di mana
saja, tergantung orang, tempat, atau waktunya. Alkitab justru mengatakan bahwa
kebenaran Allah itu mutlak di man asaja, kapan saja, terhadap siapa saja.
b. Hidup dalam Kebenaran
Status kita adalah “orang benar” oleh kary apenebusan Yesus Kristus,
tetapi proses menjalani hidup dalam kebenaran tetap harus kita lakukan sebagai
bentuk ketaatan. Perhatikan perintah Tuhan dalam ayat-ayat berikut ini:
Berpikir benar – “… semua yang benar … pikirkanlah semuanya
itu” (Flp. 4:8).
Berkata benar – “… berkatalah benar seorang kepada yang lain
…” (Efs. 4:25).
Bertindak benar – “… dan kebenaran seperti sungai yang selalu
mengalir” (Amos 5:24).
c. Memberitakan Kebenaran
Kita harus memiliki keberanian dari Tuhan untuk menyatakan kebenaran di
mana pun juga, dengan segala resiko. Stefanus memberitakan kebenaran dan ia
dirajam batu. Abraham Lincoln memberitakan kebenaran tentang perlu
dihapuskannya system perbudakan. Ia ditembak mati, tetapi di kemudian hari
perbudakan benar-benar dihapuskan.
Martin Luther King Jr. menyuarakan kebenaran tentang kesetaraan ras dan
ia pun dibunuh. Namun kini Obama yang berkulit hitam bisa menjadi presiden
Amerika Serikat. Di Tanah Air, Munir yang menyuarakan kebenaran juga terbunuh,
tetapi Negara kita menjadi semakin demokratis.
Kita harus menegur rekan kita jika hidup dalam dosa. Kita harus terus
menyuarakannya. Selalu akan ada upaya dari pelbagai pihak untuk membungkam
kebenaran, tetapi jika kita kemudian diam seribu bahasa, maka banyak orang
tidak akan tiba pada kebenaran itu.
Mari kita terus hidup sebagai angkatan orang benar. Kebenaran telah
menjadi barang langka. Tetapi jika kita ma uterus hidup di dalamnya dan memberitakannya,
maka Roh Kudus akan memberikan keberanian dan kekuatan sampai kita tiba di
rumah Bapa.
Post a Comment for "Hidup Benar Di Mata Tuhan"