Berkontribusi Dalam Pekerjaan Allah 1
Berkontribusi dalampekerjaan Allah ~ Bekerja bagi Allah bukan merupakan pilihan namun
suatu keharusan, sebab setiap orang percaya tidak hanya dipanggil untuk
percaya, namun diberikan perlengkapan oleh Allah sendiri, melalui talenta, dan
karunia, agar terlibat dalam pekerjaan-Nya yang mulia dan agung.
Dikatakan bahwa berperan dalam pekerjaan Tuhan merupakan mutlak,
sebab ketika istilah berperan dalam pekerjaan Tuhan dikemukakan, maka
istilah ini berada di dalam kategori kata yang bersifat imperatif (=perintah),
sehingga setiap pribadi, dan institusi Kristen sewajarnya harus bersumbangsih
dalam pekerjaan mulia dan agung ini.
Melalui goresan tulisan yang sederhana ini, landasan firman Tuhan di
ambil dari Ezra 4:2; dengan konteks bahwa ketika Tuhan mengijinkan Nabi
Ezra dan rombongan Israel pulang dari pembuangan, maka mereka memiliki tekad
untuk membangun kembali rumah Tuhan, karena rumah Tuhan telah hancur,
sehingga harus di bangun kembali.
Di dalam merealisasikan apa yang dikehendaki Yahweh, khususnya untuk
membangun Bait Suci bagi TUHAN, maka ada langkah-langkah konkrit yang
dilakukan.
Membangun dalam kebersamaan
Motif utama untuk bersama–sama membangun adalah karena adanya perlawan atau musuh yang
artinya musuh/lawan. Sebab mereka yaitu musuh ingin ikut bersama/ikut campur dalam
membangun yakni pemimpin-pemimpin asing.
Musuh yang dimaksud dalam konteks ini adalah orang-orang dari Babel,
dari Kuta, dari Awa, dari Hamat, dan Sefarwaim, yang diangkut oleh Raja Asyur
untuk mendiami kota-kota Samaria, sebagai ganti orang Israel; Allah Israel
kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan singa-singa yang membunuh
beberapa orang, sehingga mereka memohon agar Raja Asyur mengirimkan seorang
pengajar/pelayan kepada mereka untuk mengajarkan tentang Allah Israel, dan
bagaimana harusnya berbakti kepada-Nya, namun nyatanya mereka tetap hidup dalam sinkritisme (band.
2 Raj.17:24-34).
Mereka inilah yang dimaksud dengan musuh/lawan dari orang dari
Yehuda dan Benyamin, yang ingin berpartisipasi ketika kedua suku
Israel ini bertekad untuk membangun kembali Bait Suci bagi TUHAN (ay.1). untuk
maksud ini, maka yang disebut sebagai musuh ini, mendekati Zerubabel dan para
kepala kaum keluarga Israel, agar partisipasi mereka diterima, sebab mereka
menganggap bahwa merekapun pernah berbakti kepada Allah Israel (ay. 2). Namun
Zerubabel dan para kepala kaum keluarga orang Israel, dengan tegas
mengungkapkan bahwa, walaupun mereka ingin berpartisipasi, namun pada prinsipnya Israel sendirilah
yang hendak membangun bagi TUHAN (=YAHWE) (ay. 3).
Di dalam hal inilah kita melihat adanya prinsip, selektifitas yang tegas
dan akurat dari para pemimpin Israel ketika akan membangun Bait Suci bagi
Yahwe. Konsep ini mengindikasikan bahwa ketika pekerjaan Allah akan dilaksanakan,
maka bukan hanya tekad untuk membangun, juga kebersamaan untuk membangun yang
perlu digalang, namun juga urgennya kepekaan bagi peserta yang
berkeinginan untuk berpartisipasi dalam pekerjaan Tuhan yang mulia dan agung
ini.
Sebab pekerjaan ini hanya diperuntukkan kepada anak-anak Tuhan yang Ia
kehendaki., bukan kepada setiap orang yang ingin berpartisipasi; termasuk
mereka yang dulunya pernah belajar dan beribadah kepada Allah, namun juga hidup
di dalam masa lampau mereka, khususnya menyembah kepada allah mereka
juga (sinkritisme).
Membangun berbasis theosentris
Ketika melaksanakan pekerjaan yang baik, agung dan mulia ini, maka yang
utama adalah mengerti bahwa pekerjaan ini bersifat imperatif (= perintah),
sehingga hanya membutuhkan respon ketaatan, bukan kehendak sendiri untuk memilih;
hal ini dungkapkan oleh Zerubabel dan para kepala kaum keluarga orang Israel
oleh karena perintah Koresy, raja negeri Persia (ay. 3).
Kalimat yang penting untuk diperhatikan adalah perintah Koresy,
raja negeri Persia. Sebab raja kafir ini memberikan perintah untuk membangun
kembali Bait Suci bagi TUHAN, bukan atas dasar keinginan sendiri, namun oleh
karena hatinya digerakkan oleh TUHAN, dan Koresy sendiri
menyadarinya, sebab itu ia mengatakan bahwa:
“….Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di
Yerusalem, yang terletak di Yehuda” (Ez. 1, 2). Jadi, dalam konteks ini, Koresy
berperan sebagai representatif Allah, artinya, Allah Israellah yang
memerintahkan Koresy untuk memberi kesempatan orang Isreal membangun kembali
Bait Suci. Sebab itu kehendak untuk membangun Bait Suci bukan bersifat anthroposentris (berpusat
pada kehendak manusia), tetapi bersifat Theosentris (berpusat kepada
kehendak Allah). Konteks ini menunjukkan bahwa seorang raja kafirpun harus tunduk,
taat kepada kehendak Allah tanpa syarat apa pun.
Sebab ia sadar bahwa Allah yang menugaskannya untuk
pekerjaan mulia dan agung ini. Jadi, yang merencanakan, perancang awal dan
mutlak (absolut) dalam pembangunan Bait Suci adalah Allah sendiri, sehingga seluruh
umat, termasuk raja kafir ini, hanya bisa mentaatinya.
Post a Comment for "Berkontribusi Dalam Pekerjaan Allah 1"