Menyingkirkan "Batu Penghalang" Dalam Hidup
Menyingkirkan
“batu penghalang” dalam hidup ~ Landasan firman Tuhan
untuk tema tersebut diambil dari Injil yang ditulis oleh penginjil Markus,
yaitu dalam Markus 16:1-4. Secara lengkap bagian firman Tuhan tersebut saya
lampirkan di bawah ini.
“Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?” Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling”.
Secara harfiar, batu
memiliki beragam bentuk dan fungsi bagi hidup manusia. Batu besar, batu kecil
dan batu kerikil. Bahan baku batu tersebut digunakan untuk berbagai keperluan. Bahkan
batu juga menjadi pemberi nilai ekonomi bagi manusia.
Namun, dalam pembahasan kita
kali ini saya bukan sedang berbicara tentang batu secara harfiah. Tetapi saya
ingin membicarakan “batu” dalam kaitannya dengan makna yang menganjal
kehidupan.
Peristiwa yang dicatat oleh
penginjil Markus terkait dengan peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus. Setelah
Yesus mati di atas kayu salib, maka Yusuf Arimatea menurunkan Yesus dari salib
dan menguburkan-Nya. Kubur Yesus pada saat itu memang ditutup dengan batu yang
besar dengan tujuan bahwa tidak ada orang yang bisa membukanya baik dari dalam
maupun dari luar.
Ketika tiba bagi para murid
Yesus berencana untuk bersiarah ke makam Yesus, ada terlintas dalam pikiran
mereka tentang batu penutup kuburan. Yang datang bersiarah ke makam Yesus ialah
kelompok perempuan dari murid Yesus. Tentu dari sisi perempuan sebagai insan
yang lemah tentu mereka akan kesulitan dalam membuka kubur Yesus yang ditutup
dengan batu besar.
Salah satu penghambat
kehidupsn untuk melayani TUHAN adalah munculnya pikiran “Siapa yang akan
menolong mengatasi kesulitan yang saya hadapi ini”. Kesulitan itu bisa dalam
bentuk “batu penutup lobang kubur” seperti yang dialami oleh para perempuam
yang hendak merempah-rempahi dan meminyaki jasad Yesus.
Bagi sebagian kita lesulitan
itu mungkin dalam bentuk ketiadaan keuangan; stuasi dan kondisi yang sulit dari
lingkungan; kelemahan atau keterbatasan phisik; dan banyak hal lainnya yang
membuat hati kita lemah dalam melayani.
Kesulitan atau adanya
hambatan tersebut sering membuat kita urung melayani TUHAN.
Tetapi tidak demikian dengan
para perempuan ini. Walaupun mereka sadar ada hambatan yang tidak bisa mereka
atasi. Niat untuk meminyaki tubuh Yesus tidak berhenti dan mereka tidak
berbalik pulang. Mereka tetap melangkah maju menuju kubur Yesus.
Dan apakah yang terjadi?
Firman TUHAN berbunyi: “Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah,
batu yang memang sangat besar itu sudah terguling” – ayat 4. Penghalang sudah
tidak ada. Siapakah yang menolong? TUHANlah yang menolong.
Inilah keindahan dalam
melayani TUHAN. Ketika kita tidak tahu siapa yang akan menolong dalam mengatasi
persoalan-persoalan besar yang menghambat. Ada solusi dari Tuhan sendiri yang
olehnya kita bisa mengatasi segala bentuk “batu penghalang” di dalam mengikut
dan melayani Tuhan.
Dan kita tetap melangkah
maju dalam melayani Tuhan. Maka di sana TUHAN menyatakan mujizat
pertolongan-Nya. Oleh karena itu mari tetap teguhkan hati, jangan kecut hati, walau
saat ini anda menghadapi “batu yang sangat besar” yang menghalangi. Tetaplah
maju dan dan jangan berhenti. Kuasa dan mujizat TUHAN terssdia untuk menolong.
Sebab Yesus Kristus tetap sama. Ia tidak berubah. Kasih setia dan Kuasa-Nya
tetap sama dahulu sampai selama-lamanya. Terpujilah Nama Tuhan Yesus
Kristus.
Post a Comment for "Menyingkirkan "Batu Penghalang" Dalam Hidup"