Keberuntungan Bukanlah Suatu Kebetulan
Keberuntungan
bukanlah suatu kebetulan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil
dari kitab Yosua 1:8: “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab taurat ini,
tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati
sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian
perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung”.
Siapa pun juga dalam hidupnya ingin supaya
selalu beruntung dalam segala hal. Namun, ada pandangan yang selalu dimengerti
oleh banyak orang bahwa keberuntungan itu merupakan suatu kebetulan.
Pemahaman semacam itu sudah berlangsung lama dan
terekam dengan baik dalam batin banyak orang termasuk di dalamnya adalah orang
Kristen. Pada hal kalau kita mengerti tentang rencana dan kehendak Allah dalam
hidup kita, maka cara pandang dan cara pikir semacam itu tidaklah berkembang
dan bertahan begitu lama dalam hidup kita.
Allah dalam rencana-Nya selalu menghendaki
supaya hidup kita beruntung dan diberkati-Nya. Melalui nabi Yeremia, Allah
mengungkapkan hal itu demikian: “Sebab
Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,
demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” – Yeremia 29:11.
Berdasarkan firman Tuhan dalam kitab Yeremia di
atas, maka kita menemukan bahwa sesungguhnya Allah senantiasa punya rencana dan
rancangan terbaik bagi hidup kita. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
beruntung, diberkati dan mendapat keberhasilan dalam hidup kita sebenarnya
bukanlah suatu kebetulan.
Allah selalu merancangkan supaya hidup kita
senantiasa ada dalam pemberkatan-Nya. Allah tidak pernah melakukan sesuatu yang
jahat kepada kita. Namun, yang harus kita pahami bahwa memang semua hal tidak
berjalan sesuai kehendak kita.
Berjalan bersama Tuhan bukan berarti pintu-pintu
akan selalu terbuka bagi kita. Bahkan tidak jarang, Dia akan menuntun kita
menuju suatu pintu yang kita pikir adalah jawaban doa kita. Namun, tiba-tiba
saja, pintu itu tertutup.
Ketika hal tersebut terjadi berulang kali, bukan
tidak mungkin hati kita melemah dan langkah kita tertahan. Kita pun mulai
mamandang sekeliling. Kita melihat bagaimana orang-orang lain masuk ke dalam
pintu yang Tuhan bukakan dan meraih janji-Nya.
Lalu kita bertanya-tanya, mengapa begitu mudah
bagi orang lain untuk mendapatkan jawaban Tuhan? Mengapa ada orang-orang
tertentu yang hidupnya seakan penuh dengan mujizat dan kesaksian? Bukannya kita
tidak percaya, tetapi berapa lama lagi kita harus menantikan favor-Nya?
Yosua pun menunggu sangat lama sampai Tuhan
menggenapi janji-Nya. Empat puluh tahun, dan ia tidak menyimpang ke kanan atau
ke kiri. Ia tidak berusaha untuk mencoba membantu Tuhan menggenapi apa yang
telah difirmankan-Nya.
Meski mungkin ia juga harus menghadapi komentar-komentar
negatif dari bangsanya, hatinya tetap teguh. Ia memegang kata-kata Tuhan sampai
detik terakhir. Ia tidak membiarkan keraguan dan kekecewaan memenuhi ruang
hatinya.
Akhirnya, Yosua menyelesaikan tugas yang tidak
dapat dituntaskan Musa. Ia membawa bangsa Israel masuk ke dalam tanah
perjanjian. Jangan getir ketika Tuhan menutup pintu di hadapan Anda. Kekecewaan
yang dibiarkan bertumbuh dapat memenuhi hati Anda dan merebut ruang bagi favor
yang hendak dicurahkan oleh-Nya.
Arahkan mata Anda kepada pribadi-Nya. Saat hati
Anda melemah, datanglah kepada Tuhan dan Dia akan menguatkan iman Anda kembali.
Tetaplah berjalan dalam firman-Nya meski langkah Anda terasa berat.
Pada saatnya nanti, Anda akan melihat bagaimana
Dia mengubah pintu-pintu yang tertutup menjadi penunjuk arah bagi Anda. Sampai
Dia mengaruniakan keberuntungan-Nya dan membukakan pintu yang tidak akan dapat
ditutup oleh siapa pun dan apa pun juga.
Post a Comment for "Keberuntungan Bukanlah Suatu Kebetulan"