Jangan Jadikan Pengalaman Rohani Sebagai Doktrin
Jangan
jadikan pengalaman rohani sebagai doktrin ~ Landasan firman
Tuhan untuk tema tersebut diambil dari Injil yang ditulis oleh penginjil
Markus, yaitu Markus 9:7: ”Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam
awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia”.
Kisah atau peristiwa yang
diabadikan oleh penginjil Markus di atas merupakan peristiwa pra penderitaan
yang akan dialami oleh Yesus di atas bukit Golgota. Peristiwa tersebut menjadi
momentum yang sangat menakjubkan dan membekas di hidup para murid kala itu yang
bersama dengan Yesus.
Itulah sebabnya di atas Gunung Tabor, yang terletak di
daerah Galilea saat ini terdapat bangunan gereja. Gereja ini dibangun sebagai
monumen dari peristiwa Yesus dimuliakan bersama Musa dan Elia. Hal ini
dilakukan tentu untuk mengenang peristiwa yang sungguh indah dan membahagiakan.
Ada satu hal yang unik dari struktur gereja ini. Yaitu
jika pengunjung datang pada hari cuaca cerah dan pada waktu menjelang sore.
Pengunjung akan mempunyai pengalaman yang luar biasa, yaitu dapat melihat
lukisan Yesus di tembok bagian dalam gereja bersinar indah. Hal ini terjadi
akibat cahaya matahari yang masuk ke dalam ruang gereja dan terfokus kepada
lukisan Yesus. Sungguh menakjubkan dan pengalaman rohani yang luar biasa.
Dari ayat ayat 5 kita membaca bagaimana rasul Petrus
mengungkapkan betapa dahsyat dan indahnya pengalaman rohani yang ia alami
ketika melihat Yesus dimuliakan, sehingga ia mengusulkan untuk membangun kemah.
Pengalaman-pengalaman rohani yang sensasional ketika
beribadah dalam suatu kebaktian khusus; perjalanan tour ke holyland; doa puasa
tiga hari di bukit dan lainnya adalah sesuatu yang baik dan tidak dilarang oleh
Firman Tuhan.
Tetapi dari ayat 7 kita diberi pelajaran bahwa tujuan
dari pengalam rohani adalah pertama untuk mengenal pribadi Yesus yang sejatinya
dan penuh kemuliaan. Jika dalam keseharian Petrus melihat Yesus dalam segala
kesederhanaan, maka melalui pengalaman rohani di gunung Tabor ia mengenal lebih
baik dan dalam siapa Yesus yang dia ikuti. Yaitu bahwa Yesus adalah Putera
Yahweh yang dikasihi dan penuh kemuliaan.
Tujuan kedua adalah untuk lebih "mendengar" apa
yang Yesus katakan. Artinya hidup dalam ketaatan total kepada-Nya. mengikut
Yesus bukan menjadikan Dia sebagai objek tetapi sebagai Subjek dalam kehidupan
seorang murid. Yang menarik dari akhir pengalaman rohani di puncak gunung Tabor
adalah Yesus tidak mengabulkan keinginan Petrus untuk membangun kemah tetapi
mengajak Petrus, Yohanes dan Yakobus turun untuk kembali melayani orang banyak.
Dengan demikian firman Tuhan ini mau mengajarkan bahwa
pengalaman-pengalam rohani sebagaimana pun luar biasanya bukanlah tujuan bagi
seorang murid Yesus. Bagi seorang murid tujuan hidupnya pertama adalah untuk
mengenal Yesus lebih baik dan benar sebagaimana adanya Dia adalah TUHAN.
Kedua bagi seorang murid adalah hidup dalan ketaatan
total kepada Yesus dengan melakukan apa yang Ia firmankan. Ketiga tujuan hidup
bagi seorang murid Yesus adalah hidup untuk melayani sesama. Hal ini ditegaskan
oleh Yesus dengan berkata: “Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu
dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain” – ayat 50.
Siapakah anda? Apakah anda murid yang menjadi Pemburu
pengalaman rohani???
Jadilah murid yang menjadi Pemburu untuk memiliki Pengenalan yang dalam akan Yesus TUHAN; murid yang penuh ketaatan total dan penuh gairah dalam melayani sesama.
Jadilah murid yang menjadi Pemburu untuk memiliki Pengenalan yang dalam akan Yesus TUHAN; murid yang penuh ketaatan total dan penuh gairah dalam melayani sesama.
Post a Comment for "Jangan Jadikan Pengalaman Rohani Sebagai Doktrin"