Jadilah "Garam" Yang Bermanfaat
Jadilah "garam" yang bermanfaat ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari Injil Matius 5:11-16. Secara khusus fokus kita pada Injil Matius 5:13: "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang". Bagian firman Tuhan tersebut merupakan salah satu dari rangkaian khotbah dan pengajaran Tuhan Yesus kepada para murid dan para pendengar-Nya di bukit.
Pengajaran Yesus berkaitan dengan satu benda yang sering dijumpai di hampir semua pusat perbelanjaan. Benda ini murah dan digunakan di seluruh dunia. Benda ini telah menimbulkan banyak peperangan, mendorong pembangunan rute-rute perdagangan, dan berguna untuk membayar gaji para tentara.
Kini benda itu lebih banyak digunakan sebagai bahan pengawet dan penyedap rasa untuk semua jenis makanan. Benda apakah itu? Benda itu adalah zat berbentuk kristal yang kita kenal dan sering disebut garam.
Yesus merupakan seorang ahli dalam menggunakan hal-hal biasa untuk menjelaskan realitas rohani. Berbicara soal garam ketika Dia sedang mengajar murid-murid-Nya tentang bagaimana melayani sebagai wakil kerajaan-Nya. Dia berkata: "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang" - Matius 5:13.
Jika kita menganggap garam sebagai bahan pengawet, dapat diperkirakan bahwa Yesus menginginkan agar kita mencegah kemerosotan moral yang terjadi dalam masyarakat kita. Dan apabila kita memikirkan fungsi garam untuk menyedapkan rasa, maka kita dapat meyakini bahwa Dia ingin agar kita menolong sesama untuk menemukan sukacita ketika mereka mengenal dan hidup bagi-Nya.
Garam yang hanya tersimpan di rak makanan, diletakkan di atas meja makan dan dilemari bumbu masakan tentu tidak akan dapat memenuhi fungsi dan perannya sebagaimana mestinya. Itulah yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus kalau garam itu menjadi tawar dengan apakah ia diasinkan. Tidak bisa lagi dan hanya akan dibuang karena tidak bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Sama halnya jika kita tidak berusaha secara aktif untuk membagikan kebenaran Allah yang mengubah kehidupan, maka sebenarnya kita tidak melayani sebagai garam rohani. Kita gagal untuk hidup berguna atau bermanfaat bagi kehidupan orang lain. Kita gagal memainkan peran dan fungsi kita sebagaimana yang ditegaskan firman Tuhan.
Bagaimana pun, tempat bagi garam adalah dalam "rebusan" masakan dan dalam jenis makanan mentah dan lain sebagainya. Demikian juga dengan kita. Tenpat kita adalah dalam "rebusan" aktivitas manusia. Daripada hanya mengeritik kemerosotan kebudayaah, moral, etika dan kerohanian orang lain serta datarnya kehidupan yang dijalani banayk orang, marilah kita masuk ke dalam "rebusan" kehidupan orang lain, karena hanya dengan cara demikianlah kita dapat berfungsi, berperan dan bermanfaat bagi kehidupan sesama. Inilah peran kita sebagai garam dunia. Seorang Kristiani yang menjadi garam membuat orang lain haus akan Yesus sang air kehidupan. Amin
Pengajaran Yesus berkaitan dengan satu benda yang sering dijumpai di hampir semua pusat perbelanjaan. Benda ini murah dan digunakan di seluruh dunia. Benda ini telah menimbulkan banyak peperangan, mendorong pembangunan rute-rute perdagangan, dan berguna untuk membayar gaji para tentara.
Kini benda itu lebih banyak digunakan sebagai bahan pengawet dan penyedap rasa untuk semua jenis makanan. Benda apakah itu? Benda itu adalah zat berbentuk kristal yang kita kenal dan sering disebut garam.
Yesus merupakan seorang ahli dalam menggunakan hal-hal biasa untuk menjelaskan realitas rohani. Berbicara soal garam ketika Dia sedang mengajar murid-murid-Nya tentang bagaimana melayani sebagai wakil kerajaan-Nya. Dia berkata: "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang" - Matius 5:13.
Jika kita menganggap garam sebagai bahan pengawet, dapat diperkirakan bahwa Yesus menginginkan agar kita mencegah kemerosotan moral yang terjadi dalam masyarakat kita. Dan apabila kita memikirkan fungsi garam untuk menyedapkan rasa, maka kita dapat meyakini bahwa Dia ingin agar kita menolong sesama untuk menemukan sukacita ketika mereka mengenal dan hidup bagi-Nya.
Garam yang hanya tersimpan di rak makanan, diletakkan di atas meja makan dan dilemari bumbu masakan tentu tidak akan dapat memenuhi fungsi dan perannya sebagaimana mestinya. Itulah yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus kalau garam itu menjadi tawar dengan apakah ia diasinkan. Tidak bisa lagi dan hanya akan dibuang karena tidak bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Sama halnya jika kita tidak berusaha secara aktif untuk membagikan kebenaran Allah yang mengubah kehidupan, maka sebenarnya kita tidak melayani sebagai garam rohani. Kita gagal untuk hidup berguna atau bermanfaat bagi kehidupan orang lain. Kita gagal memainkan peran dan fungsi kita sebagaimana yang ditegaskan firman Tuhan.
Bagaimana pun, tempat bagi garam adalah dalam "rebusan" masakan dan dalam jenis makanan mentah dan lain sebagainya. Demikian juga dengan kita. Tenpat kita adalah dalam "rebusan" aktivitas manusia. Daripada hanya mengeritik kemerosotan kebudayaah, moral, etika dan kerohanian orang lain serta datarnya kehidupan yang dijalani banayk orang, marilah kita masuk ke dalam "rebusan" kehidupan orang lain, karena hanya dengan cara demikianlah kita dapat berfungsi, berperan dan bermanfaat bagi kehidupan sesama. Inilah peran kita sebagai garam dunia. Seorang Kristiani yang menjadi garam membuat orang lain haus akan Yesus sang air kehidupan. Amin
Post a Comment for "Jadilah "Garam" Yang Bermanfaat"