Hidup Bijak Di Tahun Baru
Hidup
bijak di tahun baru ~ Landasan firman Tuhan untuk tema
tersebut diambil dari kitab Mazmur, yaitu: “Ajarlah
kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang
bijaksana” – Mazmur 90:12. Waktu yang di dalamnya terjadi peristiwa, telah
diframe dalam detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Waktu dalam
bentuk ini menempatkan setiap orang dalam tataran matematis. Waktu membuat
orang dapat menghitung “berapa lama, berapa banyak, berapa peristiwa dan berapa
panjang suatu keterjadian, dst.”
Pada sisi lain, Allah
adalah TUHAN atas waktu baik yang “kairos, kronos maupun ion.” Dalam kaitan ini TUHAN Yesus Kristus bersabda,
“Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 1:17b). Di sini, dipastikan bahwa
Allah adalah jaminan di mana berapa lama, berapa panjang dan berapa sukar pun
waktu kehidupan kita, Ia adalah jaminan untuk mengisinya dengan penuh berkat.
Baca juga: Orang Besar Yang Tidak Becus.
Melihat waktu yang
terisi dalam kehidupannya, Musa berdoa, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami
sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 99:12). Apa yang
dipinta oleh Musa dalam doanya guna mengisi lehidupan dengan penuh berkat dan
sukacita ini? Isi permohonan Musa kepada Allah dapat dipahami dengan mencermati
Mazmur 90 secara menyeluruh.
Pertama,
Hidup adalah Anugerah TUHAN.
Menghitung hari
adalah tanda kesadaran bahwa hidup adalah Anugerah TUHAN. Mazmur 90:1-3
menegaskan bahwa TUHAN Allah adalah Pencipta berdaulat, Pemberi dan Pengambil
kehidupan. Sebagai Pemberi kehidupan, IA adalah “tempat perlindungan kekal,
tempat perteduhan yang aman turun temurun.” Pada sisi lain, hidup manusia yang
fana karena dosa, digambarkan bagaikan mimpi, serta bagaikan rumput yang segar
pada pagi dan melayu, luruh di petang, yang dihabiskan dengan keluh. Manusia
pun ditegaskan sebagai memiliki durasi usia sampai 70 tahun, selebihnya adalah
penderitaan dan kesukaran.
Karena kenyataan keberadaan TUHAN berbading lebih
di atas dari kondisi kemanusiaan yang fana dan terbatas, maka manusia harus
belajar memaknakan serta merefleksikan arti dari pengaman TUHAN yang dialami
dalam segala situasi. Dalam pemaknaan dan refleksi inilah kita akan menjumpai
TUHAN Allah kita yang “bekerja dalam segala sesuatu guna menghadirkan kebaikan
bagi kita yang terpanggil dan mengasihi Dia” (Roma 8:28).
Baca juga: Ini Patut Dilakukan Ketika Gagal.
Di sini kita dibuat mengerti bahwa TUHAN Allah
kita yang Agung dan Berdaulat ternyata dapat dialami dalam keseharian melalui
pengalaman yang positif dan menyenangkan atau kejadian negatif yang
menyakitkan. DIA selalu ada di sana bagi kita, sebagai tempat perteduhan yang
aman, karena IA peduli (I Petrus 5:6-7). Ia juga akan terus menyertai dan membela
kita (Roma 8:30-37; Matius 1:21; Wahyu 1:17). Kalau begitu, mari, hitunglah
hari-harimu dan jumpailah tangan TUHAN di sana, khususnya di Tahun 2016
(Banding: ayat 1-11). Dengan demikian, kita pasti dapat mengandalkan TUHAN
Allah untuk menjalani hidup di Tahun Baru 2017 yang penuh berkat.
Kedua,
Hidup diisi dengan bijaksana.
Menghitung hari
adalah tanda insaf bahwa kebijaksanaan dan hikmat sangat diperlukan untuk
mengisi hidup. Kebijaksanaan dan hikmat adalah penting karena orang berhikmat
dekat pada TUHAN Allah, Sang Maha Hikmat (Mazmur 111:10; Amsal 2:6; 8:1-36). Di
sini, TUHAN Allah mengaruniakan hikmat kepada yang dikenan-Nya (Daniel 2:20;
Pengkhotbah 2:26). Di samping itu, “orang bijak berhikmat dan dapat memimpin
dengan benar dan adil” (I Raja-raja 3:16-28; Yesaya 32:1-2).
Orang bijak yang berhikmat memiliki integritas dan
bersabar (Ayub 28:28; Amsal 25:17). Dan lagi, orang bijak lebih hebat dari
orang kuat perkasa (Pengkhotbah 9:26), karena ia berakal budi (Kejadian 41:39).
Kebijaksanaan dan hikmat menyegarkan jiwa (Amsal 2:10). Hikmat lebih berharga
dari harta (Amsal 8:11; 16:16). Hikmat memberi harapan masa depan (Amsal
24:14).
Hikmat membuat orang lemah lembut (Amsal 32:26).
Hikmat juga memberikan kekuatan untuk mengisi kehidupan yang berbahagia, penuh
berkat, kekayaaan dan kemakmuran serta umur panjang (Pengkhotbah 7:19; Amsal
3:13-18). Dalam hubungan ini, orang yang belajar menghitung hari-harinya akan
memperoleh hikmat dan bersikap berhikmat karena mengerti akan maksud dan
kehendak TUHAN Allah yang bekerja dalam segala sesuatu (Roma 12:1-2; 8:28-30).
Baca juga: 5 Penghalang Mencapai Hasil Terbaik.
Dengan hikmat, orang yang menghitung hari-harinya
memiliki akses meminta kesayangan dan sukacita TUHAN dalam semua pengalaman
yang menyenangkan mau pun yang menyedihkan. Orang berhikmat akan melihat perbuatan
dan semarak TUHAN dalam pengalaman hidupnya. Pada gilirannya, orang yang
menghitung hari-harinya akan mengalami kemurahan dan peneguhan TUHAN dalam
hidup dan kerjanya, sekarang serta di masa depan, termasuk Tahun Baru 2017
(ayat 13-17).
Pada akhirnya, seperti kita telah “mengalami TUHAN” di tahun 2016, kiranya kita tetap sadar bahwa hidup adalah anugerah Allah untuk dinikmati. Dengan demikian, kita juga perlu sadar bahwa IA akan terus bekerja “dalam segala hal” untuk mendatangkan kebaikkan bagi kita. Dalam hal yang sejalan, kita memerlukan hati yang bijaksana untuk “memahami TUHAN” dan memaknai setiap pengalaman yang kita hadapi. Pemaknaan pengalaman ini harus selalu disikapi dengan menerima bahwa Allah kita terus hadir dan bekerja dalam segala sesuatu demi mendatangkan kebahagiaan, kecukupan dan sukacitavbagi kita menghadapi kenyataan hidup dalam segala bentuk (Lihat: I Korintus 10:13; Roma 8:28-37). Ingatlah selalu dengan Allah kita adalah pemenang!
Sumber:
www.yakobtomatala.com
Post a Comment for "Hidup Bijak Di Tahun Baru"