Translate

Hidup Dalam Kebenaran Sejati

Hidup dalam kebenaran sejati ~ Jika kita berkata bahwa kita telah hidup benar, benar itu menurut siapa? Kebenaran bersifat mutlak atau relative? Dalam Teropong Firman Tuhan kali ini kita akan belajar tentang arti kebenaran dan aspek-aspek kehidupan dalam kebenaran.

Hidup dalam kebenaran sejati merupakan tujuan Allah menyelamatkan kita dari dosa. Dosa telah memisahkan manusia dari Allah yang benar. Doa telah membuat manusia secara terus-menerus melanggar kebenaran dan tidak lagi hidup dalam kebenaran.

Arti Kebenaran
Apakah “kebenaran” itu? Ini adalah pertanyaan terbesar umat manusia. Kebenaran tidak akan bisa muncul dari diri kita dengan sendirinya, melainkan kemampuan melakukan kebenaran itu berasal dari Bapa Sorgawi yang menolong dan mendukung kita.

Dalam pikiran orang Yahudi, kebenaran lebih difokuskan pada dinamika, perubahan, dan gagasan bahwa kebenaran memuat juga pembentukan karakter orang – dan pemulihan atas dunia. Jadi – khususnya dalam relasi dengan Allah – hakekat kebenaran menjadi berakar pada saat-saat keputusan diambil dalam kehidupan seseorang. Sebuah kata hikmat Ibrani berkata “Meterai Allah adalah Kebenaran” akhir tiga kata dalam Kejadian 2:2, “… pekerjaan penciptaan yang dibuat-Nya itu”.


Dengan kata lain, Allah menciptakan realitas “melakukan”, yang harus diartikan bahwa adalah tanggung jawab kita, sebagai ciptaan Allah, untuk menggenapi “karya” ciptaan-Nya. Kebenaran berbicara tentang melakukan sesuatu secar aktif, bukan sekedar keberadaan.
Maka “kebenaran” sebenarnya menyangkut dua hal penting. Pertama, adalah suatu keberadaan “dibenarkan” (justified) oleh karya Allah di dalam pengorbanan Tuhan Yesus Kristus (Roma 3:23-24). Kedua, bahwa kita harus menaati pimpinan Roh Kudus yang menuntun kita kepada segala kebenaran (Yoh. 16:13).

Aspek kehidupan dalam kebenaran
Jika kita telah memahami arti kebenaran seperti uraian di atas, maka selanjutnya kita perlu memahami beberapa aspek penting kehidupan dalam kebenaran, yaitu:

1. Mencari kebenaran
Ini merupakan kerinduan terdalam yang Allah letakkan dalam hati manusia. Sebelum kebenaran sejati itu ditemukan, manusia akan terus berusaha mencari dan mencari. Pencarian kebenaran banyak dilakukan para ahli filsafat, sehingga ditemukanlah definisi-definisi tentang “kebenaran”.

Alkitab menyatakan bahwa mereka yang lapar dan haus akan kebenaran disebut berbahagia atau diberkati, sebab mereka akan dipuaskan (Mat. 5:6). Alkitab juga menyatakan adanya pernyataan yang identik tentang “kebenaran”, yaitu “Firman-Mu adalah kebenaran” (Yoh. 17:17) dan “Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup, …” (Yoh. 14:6).

Itu berarti bahwa pencarian akan kebenaran baru akan berakhir jika kita mengenal Allah yang telah memberikan penyataan atau pewahyuan tentang Diri-Nya di dalam Alkitab, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Kebenaran ini bersifat mutlak atau absolute, tidak relatif. Kita harus waspada dengan pemikiran yang menyatakan bahwa kebenaran bisa ditemukan di mana saja, tergantung orang, tempat, atau waktunya. Alkitab justru mengatakan bahwa kebenaran Allah itu mutlak di mana saja, kapan saja, terhadap siapa saja.

2. Hidup dalam kebenaran
Setelah kita mengenal kebenaran yang mutlak itu yaitu Alkitab dan pribadi Yesus Kristus, maka kini kita harus hidup dalam kebenaran. Status kita adalah “orang benar” oleh kary apenebusan Yesus Kristus, tetapi proses menjalani hidup dalam kebenaran tetap harus kita lakukan sebagai bentuk ketaatan. Perhatikan perintah Tuhan dalam ayat-ayat berikut ini:
• Berpikir benar – “… semua yang benar … pikirkanlah semuanya itu” (Flp. 4:8).
• Berkata benar – “… berkatalah benar seorang kepada yang lain …” (Efs. 4:25).
• Bertindak benar – “… dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir” (Amos 5:24).

3. Memberitakan kebenaran
Sesudah kita mencari dan mengenal kebenaran, hidup di dalamnya, kita juga harus memberitakannya. Kita harus memiliki keberanian dari Tuhan untuk menyatakan kebenaran di mana pun juga, dengan segala resiko. Stefanus memberitakan kebenaran dan ia dirajam batu.

Martin Luther King Jr. menyuarakan kebenaran tentang kesetaraan ras dan ia pun dibunuh. Namun kini Obama yang berkulit hitam bisa menjadi presiden Amerika Serikat. Di Tanah Air, Munir yang menyuarakan kebenaran juga terbunuh, tetapi Negara kita menjadi semakin demokratis. Kita harus menegur rekan kita jika hidup dalam dosa. Kita harus terus menyuarakannya. Selalu akan ada upaya dari pelbagai pihak untuk membungkam kebenaran, tetapi jika kita kemudian diam seribu bahasa, maka banyak orang tidak akan tiba pada kebenaran itu.

Mari kita terus hidup sebagai angkatan orang benar. Kebenaran telah menjadi barang langka. Tetapi jika kita mau terus hidup di dalamnya dan memberitakannya, maka Roh Kudus akan memberikan keberanian dan kekuatan sampai kita tiba di rumah Bapa.
Ev.Tjen Ngian Long