Dampak Memperkatakan Firman Tuhan
Kita sering diajar oleh firman Tuhan supaya mengucap syukur dalam segala hal. Artinya, dalam segala keadaan yaitu sehat atau sakit, kaya atau miskin, rugi atau untung, senang atau susah, kita dimotivasi oleh firman Tuhan untuk senantiasa mengucap syukur.
Tuhan menginginkan kita untuk memperkatakan firman Tuhan dan ucapan syukur senantiasa terucap dari hati dan mulut kita. Cara pikir dan cara hidup memperkatakan firman Tuhan dan selalu mengucap syukur merupakan hal yang penting untuk kita lakoni dalam totalitas hidup kita. Ini menjadi salah satu cara kita untuk bisa menikmati hidup dalam anugerah Tuhan.
Namun, harus kita akui bahwa acap kali kita gagal melakukan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita. Ketika kita mengalami masalah, acap kali kita lebih suka mengeluh ketimbang bersyukur. Lebih senang mengumpat dari pada memperkatakan firman Tuhan. Cara demikian merupakan sikap yang mengabaikan Tuhan dan firman-Nya dalam hidup kita.
Itu sebabnya, rasul Yakobus dalam suratnya menulis supaya kita memegang kendali terhadap lidah dan ucapan kita. Tingkat kematangan dan kedewasaan rohani kita dapat dikur dan dinilai dari perkataan kita ketika kita berada pada masa-masa sukar di hidup ini. Rasul Yakobus menulis demikian: "Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi" - Yakobus 3:9-10.
Tuhan menguatkan Yosua di masa-masa sukar dan sulit dengan berkata: "Jangan engkau lupa memperkatakan kitab taurat ini ...". Tuhan menjanjikan sebuah kehidupan yang berhasil dan beruntung ketika ia tetap memperkatakan firman Tuhan sekalipun keadaan tidak baik, penuh tantangan, sarat dengan tekanan dan lain sebagainya.
Sangat bertolak belakang dengan sikap yang ditunjukkan oleh bangsa Israel. Hanya saat mereka mengalami kemenangan mereka mengucap syukur dan memuji Tuhan. Tetapi, saat kondisi buruk terjadi, maka ucapan-ucapan negatif dan mempersalahkan Musa atau orang lain selalu keluar dari hati dan mulut mereka.
Akibatnya, jelas: kekerasan hati dan ketidak-percayaan membuat mereka tidak menikmati berkat dan janji Tuhan. Banyak dari antara mereka yang dihukum Tuhan karena kekerasan hati mereka dan pemberontakan mereka terhadap Tuhan dan pemimpin mereka.
Tetapi Yosua dan Kaleb sangat berbeda pengertian dan pemahaman iman mereka terhadap Tuhan dan janji-janji-Nya. Yosua dan Kaleblah yang senantiasa memperkatakan firman Tuhan dan selalu mengucapkan kata-kata positif ketika mereka harus berhadapan dengan hal-hal yang buruk menyelimuti hidup merkea.
Itulah dua model manusia yang diperankan oleh bangsa Israel dan oleh Yosua dan Kaleb. Bangsa Israel mewakili kelompok orang yang hanya mau hidupnya senang, diberkati, dan tidak ada masalah yang mereka alami. Tetapi ketika mereka mengalami keadaan yang sukar merek menggerutu, mempersalahkan orang lain dan komplain kepada Tuhan.
Sedangkan Yosua dan Kaleb mewakili kelompok umat Tuhan yang senantiasa memperkatakan firman Tuhan dan selalu mengucap syukur dalam kehidupan mereka. Kendati mereka mengalami keadaan yang sukar, masalah bertubi-tubi menimpa mereka, namun mereka tidak mempersalahkan orang lain, tidak komplain kepada Tuhan, namu mereka tahu bahwa Tuhan pasti memberikan pertolongan yang mereka butuhkan.
Oleh karena itu, marilah kita selalu memperkatakan firman Tuhan dan senantiasa mengucap syukur dalam segala keadaan kita. Percayalah bahwa Tuhan dan kekuatan-Nya pasti mengalir dalam hidup kita dan pastinya kemenangan dan berkat pasti terjadi bagi kita. Hidup dan mati kita, berkat dan keuntungan kita sangat tergantung kepada firman Tuhan yang kita perkatakan. Dikatakan demikian, karena memperkatakan firman Tuhan adalah sumber berkat dan kehidupan kita. Amin
Post a Comment for "Dampak Memperkatakan Firman Tuhan"