The Power Of Gratitude
The power of gratitude ~ Ucapan syukur yang konsisten merupakan tanda kedewasaan iman kita kepada Tuhan Yesus. Kehidupan Kristen pada umumnya selalu diwarnai dengan ucapan syukur. Dari kandungan sampai kematian, ucapan syukur senantiasa mewarnai hidup orang Kristen. Cara hidup yang demikianlah yang diminta oleh Allah untuk dihidupi oleh umat-Nya.
Rasul Paulus adalah seorang rasul yang berjerih lelah dalam pelayanan, menderita, disesah, sering tidak tidur, acap kali dalam bahaya maut, dilempari batu, masuk keluar penjara dan terdampar dalam pelayanannya - 2 Korintus 11:24-29. Dalam surat yang ditulisnya, rasul Paulus memaparkan bahwa banyak hambatan, tantangan dan ancaman yang ia alami dan hadapi. Namun, dari mulut Paulus tidak pernah keluar kata-kata sungutan, umpatan, frustrasi dan putus asa.
Justru dari dalam penjara, Paulus memberikan motivasi kepada orang Kristen di Filipi supaya mereka senantiasa mengucap syukur. Itulah salah satu contoh pribadi yang memiliki mentalitas kerajaan surga - mentalitas yang tidak terguncang, sekalipun dalam guncangan. Mental pemenang selalu muncul sekalipun dalam kondisi terkekang. Kita mengucap syukur bukan pada keadaannya, melainkan kepada Tuhan. Walaupun keadaan buruk, Tuhan pasti akan mengubahnya menjadi berkat bagi kita.
1. Kita semakin mengerti dan menjadi pribadi yang dewasa dalam iman.
Apa pun keadaan, situasi dan kondisi yang kita alami dan hadapi, dengan senantiasa mengucap syukur kita disadarkan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu bereaksi bagi kita. Dia tidak pernah sedetik pun berdiam diri menolong kita - Roma 8:28.
Melalui cara hidup yang senantiasa mengucap syukur, kita akan memiliki karakter atau kepribadian yang positif. Cara pandang dan cara pikir kita akan berubah dari negatif menjadi positif dengan membiasakan diri untuk selalu mengucap syukur - Filipi 4:8. Dengan selalu mengucap syukur, sebenarnya kita semakin bertumbuh secara rohani.
Pertumbuhan secara rohani ini menunjuk pada kedewasaan iman kita. kalau kita tidak mengucap syukur atau malah bersungut-sungut dalam hidup, iman kita tidak bertumbuh, kerohanian kita menjadi mati - Kolose 2:6-7.
2. Kita semakin menjadi pribadi yang memiliki ucapan yang memberkati.
Hidup yang selalu mengucap syukur akan memengaruhi cara kita berkomunikasi dengan Tuhan dan sesama. Kata-kata kita senantiasa memberikan semangat kepada yang patah semangat, memberikan harapan kepada yang kehilangan harapan, memberikan kekuatan kepadayanglemah, memberikan penghiburan kepada yang susah.
Intinya, melalui ucapan syukur yang senantiasa kita lakukan, kata-kata kita menjadi kata-kata yang memberkati orang yang mendengarnya - Ibrani 13:15. Bukan saja dari mulut kita keluar kata-kata yang mempermuliakan Allah, dari hati dan mulut orang-orang yang mendengarkan kita juga akan keluar kata-kata yang mempermuliakan Bapa kita di sorga - Matius 5:16.
Rasul Paulus adalah seorang rasul yang berjerih lelah dalam pelayanan, menderita, disesah, sering tidak tidur, acap kali dalam bahaya maut, dilempari batu, masuk keluar penjara dan terdampar dalam pelayanannya - 2 Korintus 11:24-29. Dalam surat yang ditulisnya, rasul Paulus memaparkan bahwa banyak hambatan, tantangan dan ancaman yang ia alami dan hadapi. Namun, dari mulut Paulus tidak pernah keluar kata-kata sungutan, umpatan, frustrasi dan putus asa.
Justru dari dalam penjara, Paulus memberikan motivasi kepada orang Kristen di Filipi supaya mereka senantiasa mengucap syukur. Itulah salah satu contoh pribadi yang memiliki mentalitas kerajaan surga - mentalitas yang tidak terguncang, sekalipun dalam guncangan. Mental pemenang selalu muncul sekalipun dalam kondisi terkekang. Kita mengucap syukur bukan pada keadaannya, melainkan kepada Tuhan. Walaupun keadaan buruk, Tuhan pasti akan mengubahnya menjadi berkat bagi kita.
1. Kita semakin mengerti dan menjadi pribadi yang dewasa dalam iman.
Apa pun keadaan, situasi dan kondisi yang kita alami dan hadapi, dengan senantiasa mengucap syukur kita disadarkan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu bereaksi bagi kita. Dia tidak pernah sedetik pun berdiam diri menolong kita - Roma 8:28.
Melalui cara hidup yang senantiasa mengucap syukur, kita akan memiliki karakter atau kepribadian yang positif. Cara pandang dan cara pikir kita akan berubah dari negatif menjadi positif dengan membiasakan diri untuk selalu mengucap syukur - Filipi 4:8. Dengan selalu mengucap syukur, sebenarnya kita semakin bertumbuh secara rohani.
Pertumbuhan secara rohani ini menunjuk pada kedewasaan iman kita. kalau kita tidak mengucap syukur atau malah bersungut-sungut dalam hidup, iman kita tidak bertumbuh, kerohanian kita menjadi mati - Kolose 2:6-7.
2. Kita semakin menjadi pribadi yang memiliki ucapan yang memberkati.
Hidup yang selalu mengucap syukur akan memengaruhi cara kita berkomunikasi dengan Tuhan dan sesama. Kata-kata kita senantiasa memberikan semangat kepada yang patah semangat, memberikan harapan kepada yang kehilangan harapan, memberikan kekuatan kepadayanglemah, memberikan penghiburan kepada yang susah.
Intinya, melalui ucapan syukur yang senantiasa kita lakukan, kata-kata kita menjadi kata-kata yang memberkati orang yang mendengarnya - Ibrani 13:15. Bukan saja dari mulut kita keluar kata-kata yang mempermuliakan Allah, dari hati dan mulut orang-orang yang mendengarkan kita juga akan keluar kata-kata yang mempermuliakan Bapa kita di sorga - Matius 5:16.