Iman Yang Menggerakkan Kuasa Allah
Iman yang menggerakkan
kuasa Allah ~
Landasan firman Tuhan dari tema tersebut diambil dari Injil Lukas 18:6-8. Satu-satunya
doa yag dijawab oleh Allah adalah doa yang dinaikkan dengan iman. Semua
kriteria doa lainnya sesungguhnya harus dilihat dalam bingkai iman itu. Doa
tanpa iman tidak akan pernah dijawab, karena imanlah yang menggerakkan Allah
bekerja dan bukan yang lain. Ketika dua orang buta berseru-seru kepada Yesus
meminta kesembuhan mata mereka, Yesus berkata: "Percayakah kamu, bahwa Aku
dapat melakukannya?" (Mat. 9: 28).
Ia berkata seperti itu, karena iman mereka dibutuhkan untuk
dapat menerima kuasa kesembuhan dari Allah. Seorang perempuan yang 12 tahun
menderita pendarahan mengalami kesembuhan tanpa sepatah katapun keluar dari
mulut Yesus. Dan itu terjadi, karena ia bertindak atas imannya yang meyakini
kesembuhan terjadi ketika ia menjamah jubah Yesus. Dan oleh imannya itu, ia pun
sembuh.
Dalam banyak kasus kesembuhan yang Yesus lakukan, Yesus
selalu berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu” atau “Pergilah imanmu telah
menyelamatkanmu.” Artinya iman setiap orang memiliki andil besar dalam menerima
atau tidak menerima kuasa Allah bekerja dalam diri mereka. Yesus adalah pembuat
mujizat terbesar. Semua orang yang datang kepada-Nya disembuhkan tanpa kecuali.
Namun Alkitab mencatat ketika Ia kembali ke kampung halaman-Nya di Nazaret, Ia
tidak dapat melakukan mujizat apapun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa
orang sakit (lih. Mark. 6: 5). Mengapa? Karena mereka tidak percaya kepada-Nya.
Mereka hanya melihat Yesus tidak lebih dari seorang anak tukang kayu bernama
Yusuf. Jadi lihat betapa iman itu dibutuhkan untuk menerima sesuatu dari Allah.
Yesus berkata, “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh
kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Mat. 21: 22).
Nas kutipan di awal tulisan ini sesungguhnya menunjukkan
bahwa Allah sangat dan sangat peduli dengan seruan atau doa-doa yang kita
naikkan. Ia bahkan ingin sekali menolong, tanpa mengulur waktu. Namun masalah
mengapa nampaknya Ia tidak dapat menolong, karena Ia tidak mendapatkan iman
dari orang-orang yang berseru kepada-Nya. Mungkinkah itu terjadi? Mengapa
tidak? Bukankah ada banyak orang percaya yang siang malam berseru kepada Allah,
namun sesungguhnya mereka tidak percaya bahwa apa yang mereka minta dikabulkan
oleh Allah. Sesungguhnya mereka hanya berharap. Bahkan ada yang menganggap
lebih banyak waktu berdoa dan berdoa berkepanjangan akan membuat Allah
mendengar. Sesungguhnya tidak. Imanlah yang menggerakkan Allah dan bukan air
mata atau kesungguhan berdoa tiada henti (namun tanpa iman).
Doa iman adalah doa yang dinaikkan dengan penuh kepercayaan
bahwa Allah mendengar di saat kita berdoa. Iman itu adalah waktu kini dan bukan
waktu depan. Itulah perbedaan signifikan antara iman dan pengharapan. Bila doa
dinaikkan dengan pengharapan, maka itu bukanlah doa iman. Dan doa seperti itu
tidak akan mendapat respon dari Allah, sebab Allah hanya menanggapi iman dan
bukan pengharapan.
Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: "Bagaimakah iman yang menggerakkan kuasa Allah itu? Ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan, yaitu:
1. Doa iman: adanya pengenalan akan kebenaran.
Firman Allah adalah kebenaran itu. Bila kita tidak mengenal
kebenaran, maka kita hanya akan menaikkan doa pengharapan, doa dengan harapan
kiranya Tuhan akan menjawab. Ketidakpastian tentang kehendak Allah dan keraguan
terhadap jawaban Allah atas doa-doa kita, justru telah membuat Allah tidak
dapat bertindak menjawab doa yang kita naikkan.
2. Doa iman: adanya kesucian hati di hadapan Allah.
Dosa apapun pada
akhirnya akan mematikan iman dan menghalangi kuasa Allah bekerja. Yesaya dengan
sangat jelas mengungkapkan betapa dosa dan kesalahan membatasiAlah untuk
bekerja menjawab keluhan dan seruan dari setiap yang percaya (lih. Yes. 59:
1-2). Tentu masing-masing orang bertanggungjawab atas dosanya sendiri, namun
dosa individu pada akhirnya juga akan memberi pengaruh terhadap keadaan rohani
suatu komunitas. Namun sebagaimana dosa individu memberi pengaruh buruk
terhadap kehidupan bersama, demikian pula kekudusan atau kesucian hidup bersama
akan mendorong kepada lipatan kuasa Allah.
3. Doa iman: adanya persekutuan yang karib dengan Allah.
Sesungguhnya iman yang menggerakkan Allah, bukan iman yang lahir dari diri kita
sendiri, tetapi dari Allah yang bekerja dalam diri setiap percaya. Allahlah
sesungguhnya yang mengerjakan pekerjaan-Nya sesuai dengan kerelaan-Nya dalam
diri setiap percaya (lih. Fil. 2: 13). Dan kerelaan Alah itu sesungguhnya
terkait dengan hubungan yang kita bangun dalam persekutuan dengan Allah.
Hubungan pribadi yang karib dengan Allah akan menghadirkan hadirat Allah yang
pada akhirnya menjadi sumber kuasa. Karena itu hubungan pribadi yang terus
menerus dengan Allah akan memberi pengaruh kuasa terhadap doa yang kita
naikkan. Itulah sebabnya kebangunan rohani selalu diawali dengan doa yang luar
biasa, sebagaimana juga kebangunan rohani itu dipelihara oleh doa yang terus
menerus.
Gerakan kebangunan rohani di Pulau Nias yang disebut dengan
“fangesa dodo sebua” ditandai dengan persekutuan doa semalam suntuk dari banyak
kelompok-kelompok doa. Dan kemerosotan kebangunan rohani itupun ditandai dengan
kemerosotan semangat doa itu. Lihatlah, doa memegang peranan penting dalam
menjaga kuasa Allah bekerja, karena doa adalah hubungan persekutuan kita dengan
Allah.
Karena itu bila ingin berdoa dengan iman, kita harus mengenal kebenaran, hidup dalam kesucian hati di hadapan Allah dan membangun hubungan persekutuan yang karib dengan Allah. Sebab oleh persekutuan itu, Roh Kudus, sumber iman dan kuasa itu tidak hanya menjadi pengetahuan teologi semata, tetapi sungguh menjadi pengalaman pribadi dari kehidupan beriman kita kepada Allah.