Ciri Hidup Sebagai Orang Merdeka
Ciri hidup sebagai orang merdeka ~ Landasan firman Tuhan dari
tema tersebut diambil dari tulisan rasul Paulus kepada jemaat di kota Galatia,
yaitu: Galatia 5:13-14. Guna memahami tema tersebut, maka saya ingin mengajak
pembaca untuk melihat kepada latar belakang yang menyebabkan rasul Paulus
menuliskan surat Galatia ini.
Latar Belakang Galatia.
Latar belakang surat Paulus kepada Jemaat di Galatia: pada
perjalanan penginjilan yang pertama, Paulus memberitakan Injil Kristus kepada
penduduk Galatia. Injil adalah kabar baik, di mana setiap orang yang percaya
dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya akan diterima
Allah, semua dosa-dosanya diampuni, dan menerima hidup yang kekal.
Sebagian dari penduduk Galatia menyambut dan menerima kabar
baik yang disampaikan Paulus. Namun di kemudian hari ada guru-guru palsu yang
datang ke Galatia dan mengajarkan bahwa untuk diterima dan dikenan Allah, dan
memperoleh pengampunan, seseorang tidak cukup hanya percaya dan menerima Yesus
Kristus; orang-orang yang sudah percaya harus menambahkan pada imannya ketaatan
untuk memenuhi hukum Taurat, yaitu : Sunat, pantang makan makanan yang
dilarang, menjaga penanggalan hari tertentu, dan peraturan-peraturan lainnya.
Mendengar bahwa guru-guru palsu telah memutarbalikkan berita
Injil, maka Paulus menulis surat penggembalaan kepada orang Kristen yang di
Galatia. Dalam Galatia 5:13-14, Paulus mengingatkan jemaat Galatia, bahwa
meskipun mereka sudah tidak lagi berada di bawah kuk hukum Taurat dan sekarang
mereka sudah merdeka, mereka harus menunjukkan cara hidup yang bertanggungjawab
sebagai orang-orang merdeka dengan saling melayani dalam kasih.
Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Apa ciri hidup
dari orang yang sudah mengalami kemerdekaan?” Berdasarkan surat Paulus kepada
jemaat di Galatia 5:13-14, maka ada beberapa ciri hidup dari orang yang sudah
mengalami kemerdekaan, yaitu:
1. Allah memanggilnya untuk mengalami kemerdekaan sejati.
Rasul Paulus dalam pimpinan Roh Kudus terkait dengan Allah
memanggil untuk mengalami kemerdekaan sejati, menulis demikian: “Saudara-saudara, memang kamu telah
dipanggil untuk merdeka” – Galatian 5:12a. Siapakah yang dimaksudkan oleh
rasul yang memanggil orang Galatia? Tentu jawabannya ialah Allah. Mengapa mereka
harus dipanggil? Jawabannya ialah bahwa: pertama, karena orang Galatia sedang
berada di dalam kekuasaan dosa, dikuasai oleh dosa, ditawan oleh dosa dan
terbelenggu oleh dosa, sehingga mereka tidak tahu bagaimana menemukan jalan
untuk merdeka; kedua, karena dengan keadaan mereka yang demikian, mustahil
mereka bisa mengalami kemerdekaan sejati. Apa motif dasar panggilan Allah itu?
jawabannya ialah motif dasar panggilan Allah itu ialah kasih karunia-Nya,
dimana manusia atau orang Galatia tidak pantas dan tidak layak menerimanya,
namun Allah yang kaya akan rahmat memperkenankan orang Galatia menerima
kemerdekaan sejati dari-Nya. Jadi, ciri pertama dari orang yang mengalami
kemerdekaan sejati ialah bahwa dia mendapatkan panggilan istimewa dari Tuhan.
2. Kemerdekaan yang diterima digunakan untuk melayani Tuhan dan sesama.
Rasul Paulus dalam pimpinan Roh Kudus terkait dengan
kemerdekaan yang diterima digunakan untuk melayani Tuhan dan sesama, menulis
demikian: “Tetapi janganlah kamu
mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa,
melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih” – Galatian 5:13b. Sebagai
orang yang sudah mengalami kemerdekaan sejati dari Allah, maka ada dua hal yang
ditegaskan oleh Allah melalui rasul Paulus, yaitu: pertama, secara negative kemerdekaan
yang diperoleh dari Tuhan jangan disalah-gunakan. Penyalah-gunaan kemerdekaan
dicontohkan oleh rasul Paulus dengan hidup dalam dosa. Mengapa? Karena orang
yang sudah dimerdekakan oleh Allah, dia sudah pindah dari dalam maut ke dalam
hidup (Yohanes 5:24), dia sudah keluar dari kegelapan ke dalam terang Allah
yang ajaib (1 Petrus 2:9). Dengan demikian, sebagai orang yang sudah merdeka,
maka kita harus terus-menerus mempertahankan kemerdekaan kita dengan
sebaik-baiknya yang dibuktikan dengan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan
berdosa; kedua, secara positif, kemerdekaan yang diperoleh dari Tuhan diisi
dengan penuh tanggung jawab. Pengisian kemerdekaan dengan penuh tanggung jawab
dicontohkan oleh rasul Paulus dengan saling melayani di dalam kasih. Terkait dengan
saling melayani itu, maka ada dua hal yang bisa kita perhatikan, yaitu:
pertama, motif dasar melayani ialah kasih. Kasih menjadi motor penggerak bagi
setiap orang yang sudah dimerdekakan untuk melayani Tuhan dan jemaat-Nya;
kedua, aktif mempedulikan sesama. Artinya, semua karunia yang dimiliki oleh
setiap jemaat dipergunakan sebaik-baiknya demi kemaslahatan dan kemajuan
bersama di dalam tubuh Kristus. Dengan saling melayani berdasarkan karunia yang
dimiliki, maka pertumbuhan gereja akan terjadi baik secara kualitas maupun
kuantitas.