Cara Mengantisipasi Masa Depan
Cara mengantisipasi masa depan ~ Landasan firman Tuhan dari tema tersebut diambil dari Injil
Lukas 16:1-9. Manusia setelah jatuh ke dalam dosa memiliki dua sisi,
yaitu sisi baik dan sisi buruk. Demikian juga dengan tokoh-tokoh yang ada di
dalam Alkitab, memiliki sisi gelap dan sisi terang, kecuali Tuhan Yesus Kristus
yang sempurna. Dalam perumpamaan yang diabadikan
oleh dokter Lukas ini, si bendahara memiliki sisi buruk yaitu menghamburkan
harta kekayaan; namun sikap dan caranya yang cerdik menghadapi masalah, menjadi
sisi baik yang patut diteladani.
1. Kesalahan menimbulkan persoalan – Lukas 16:1-2.
Apa saja
kesalahan yang dilakukan oleh sang bendahara, sehingga menimbulkan masalah? Ada
beberapa kesalahan, yaitu:
Pertama, bendahara
menghamburkan harta kekayaan. Jabatan sebagai bendahara memakai kata “oikonomos” dari kata “oikos”
(rumah tangga, keluarga) dan “nomos”
(hukum, aturan). Jadi bendahara dalam perumpamaan ini adalah orang yang
dipercayakan tuannya untuk mengatur/mengelola miliknya (band. Kej. 41:40; Luk.
12:42-44). Dari kata “oikonomos”
muncullah istilah ekonomi. Kata
“menghamburkan” memakai kata “diaskorpizo”
yang juga berarti “tercerai berai”(Mat. 26:31); “memboroskan” (Luk. 15:13).
Kepercayaan yang diberikan oleh sang tuan disalahgunakan oleh si bendahara;
inilah kesalahannya.
Kedua, bendahara
diadukan kepada sang tuan. Nampaknya ada orang yang memperhatikan gaya hidup bendahara yang tidak
tertib, lalu mengadukan kepada sang tuan. Berbeda dengan sang tuan dalam
perumpamaan ini yang butuh pembisik atau mata-mata, Tuhan atas segala tuan
melihat segala sesuatu bahkan isi hati dan niat setiap orang.
Ketiga, bendahara
akan segera diberhentikan. Sang
tuan memiliki hak penuh untuk mengangkat atau memecat setiap orang yang ada
dalam kekuasaannya; terlebih pemecatan terjadi karena kesalahan. Namun di atas
semua hak kepemilikan, Tuhanlah pemilik absolut segala sesuatu; Dialah yang
akan meminta pertangggunganjawab dari semua orang (lih. Mzm. 24:1).
2. Persoalan dihadapi dengan mengerahkan seluruh kemampuan – Lukas 16:3-7.
Bagaimana bendahara tersebut mengatasi masalah yang dihadapinya? Ada beberapa hal yang dilakukan oleh bendahara, yaitu:
Pertama, mengakui
kesalahan yang dilakukan. Terkadang ketika diperhadapkan dengan masalah, seseorang cenderung
menyalahkan pihak lain sebagai penyebabnya. Namun, si bendahara menyadari semua
karena kesalahannya; ada introspeksi dan kini perlu memikirkan solusi.
Kedua, menyadari
dirinya memiliki ketidakmampuan. Bendahara menyadari kemampuan dirinya yang minim, maka segala potensi
diri dideteksi dan dieksploitasi.
Ketiga, melakukan kebaikan tanpa merugikan sang tuan. Dalam ayat 5-7 nampaknya bendahara melakukan perbuatan licik atau tidak jujur terhadap milik tuannya demi mengambil hati orang lain. Namun sesungguhnya yang diperbuat bendahara bukanlah ketidakjujuran tetapi sebuah tindakan yang cerdik. Dalam hukum Taurat bangsa Israel dilarang untuk menerima riba atau membungakan uang atau barang yang mereka pinjamkan kepada saudaranya yang miskin (Kel. 22:25; Im. 25:35-37). Namun para ahli Taurat membuat peraturan, apabila seseorang meminjam uang atau barang untuk diperdagangkan, maka pinjamannya akan dikenakan bunga.
Pada masa
itu meminjam minyak dikenakan bunga sebesar 100 % dan untuk gandum dikenakan
bunga 20-25 %. Ketika si bendahara memotong hutang salah seorang debitur
sebesar 50 tempayan minyak,sebenarnya dia memotong bunganya bukan pokoknya; dan
saat debitur yang meminjam gandum dipotong hutangnya dari 100 pikul gandum
menjadi 80 pikul gandum, dia pun hanya memotong bunganya.
3. Kecerdikan menghasilkan jalan keluar dan pujian – Lukas 16:8.
Apa saja manfaat yang diperoleh? Ada beberapa manfaat yang diperoleh, yaitu:
Pertama, Lebih
tenang menghadapi masa depan. Meskipun dia akan segera kehilangan pekerjaan, namun karena
sudah melakukan sesuatu yang dapat mengantisipasi, maka si bendaharan lebih
tenang menghadapi hari esok.
Kedua, bendahara
mendapatkan pujian. Karena kesiapannya menghadapi situasi dan kecerdikannya untuk
mengantisipasi masa depan, maka bendahara dipuji oleh tuannya.
Kata “cerdik” memakai kata “pronimos” yang berarti : Bijaksana, berakal sehat, berhati-hati, cerdik. Di ayat 8 si bendahara disebut “tidak jujur”. Kata “tidak jujur” dalam teks aslinya memakai kata “adikia”. Beberapa ayat dalam Alkitab yang sama-sama memakai kata “adikia” adalah Roma 9:14. Di ayat tersebut “adikia” diterjemahkan “tidak adil”. Dalam 2 Kor. 12:13 kata “adikia” diterjemahkan “ketidakadilan”. Penterjemah memakai kata “tidak jujur” untuk mengartikan kata “adikia” dalam ayat 8 mungkin terpengaruh oleh tindakan bendahara di ayat 5-7 yang dianggap sebagai hal yang tidak jujur. Tetapi karena sudah memahami apa yang diperbuat si bendahara berdasarkan hukum agama Yahudi, maka pembaca Alkitab tidak lagi memberi label “tidak jujur” kepada bendahara, tetapi lebih tepat memakai kata “tidak adil” atau “tidak setia” (pada tugasnya, lih. Ayat 1-2).
Kata “cerdik” memakai kata “pronimos” yang berarti : Bijaksana, berakal sehat, berhati-hati, cerdik. Di ayat 8 si bendahara disebut “tidak jujur”. Kata “tidak jujur” dalam teks aslinya memakai kata “adikia”. Beberapa ayat dalam Alkitab yang sama-sama memakai kata “adikia” adalah Roma 9:14. Di ayat tersebut “adikia” diterjemahkan “tidak adil”. Dalam 2 Kor. 12:13 kata “adikia” diterjemahkan “ketidakadilan”. Penterjemah memakai kata “tidak jujur” untuk mengartikan kata “adikia” dalam ayat 8 mungkin terpengaruh oleh tindakan bendahara di ayat 5-7 yang dianggap sebagai hal yang tidak jujur. Tetapi karena sudah memahami apa yang diperbuat si bendahara berdasarkan hukum agama Yahudi, maka pembaca Alkitab tidak lagi memberi label “tidak jujur” kepada bendahara, tetapi lebih tepat memakai kata “tidak adil” atau “tidak setia” (pada tugasnya, lih. Ayat 1-2).
Ketiga, anak-anak dunia lebih cerdik dari anak-anak terang. Dalam Mat.10:16 Kristus menginginkan para murid-Nya cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Kata “tulus” dari kata “akeraios” artinya : Tulus, bersih, tidak bercela, polos.
4. Kekayaan merupakan sarana dalam kehidupan - Lukas
16:9.
Harta kekayaan (Mamon) bagi orang percaya adalah sarana untuk menikmati dan menjalani hidup yang berkenan kepada Tuhan; mereka harus dapat mengendalikan, mengelola, dan mengarahkan harta kekayaannya untuk mengerjakan hal-hal yang berkenan di hadapan Tuhan. Sedangkan tujuan atau sasaran hidupnya adalah hidup kekal bersama Tuhan di surga mulia (kemah abadi). Agustinus mengatakan, orang benar menggunakan kekayaan untuk menikmati Tuhan, sedangkan orang fasik, menggunakan Tuhan untuk meraih dan menikmati kekayaan.
Harta kekayaan (Mamon) bagi orang percaya adalah sarana untuk menikmati dan menjalani hidup yang berkenan kepada Tuhan; mereka harus dapat mengendalikan, mengelola, dan mengarahkan harta kekayaannya untuk mengerjakan hal-hal yang berkenan di hadapan Tuhan. Sedangkan tujuan atau sasaran hidupnya adalah hidup kekal bersama Tuhan di surga mulia (kemah abadi). Agustinus mengatakan, orang benar menggunakan kekayaan untuk menikmati Tuhan, sedangkan orang fasik, menggunakan Tuhan untuk meraih dan menikmati kekayaan.
Sumber:
Pdt. Asi Hutabarat, M.Th.