Translate

Ibadah Yang Berkenan Kepada Allah 1

Ibadah yang berkenan kepada Allah ~ Landasan firman Tuhan dari tema tersebut diambil dari Injil Markus 7:1-8. Dalam Roma 12:1, Paulus menyatakan:”Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati. Selanjutnya Yakobus 1:27, menyatakan: ”Ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Pada kedua bagian firman Tuhan ini, menjelaskan tentang ibadah yang benar atau ibadah yang berkenan kepada Allah, yaitu ibadah yang menyangkut persembahan tubuh atau memuliakan Allah dengan tubuh, dan ibadah yang kedua adalah ibadah secara sosial. Pengertian ibadah, berasal dari kata “avoda” (ibrani) atau “latreia” (Yunani) yang secara sederhana dapat berarti suatu sikap dan tindakan yang dilakukan sebagai ungkapan rasa takut penuh hormat, kekaguman dan ketakjuban penuh puja kepada pihak yang ditakuti, dihormati atau yang dikagumi(Ensiklopedia masa kini, jilid 1).

Dalam zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru kata “avoda  atau latreuo” ini merupakan sikap dan tindakan seorang hamba/budak kepada tuannya. Jadi ibadah kepada Allah adalah segala sikap dan tindakan yang dilakukan sebagai ungkapan rasa takut dan hormat, kagum dan takjub kepada Allah. Termasuk ketika kita bersikap dengan atau menggunakan anggota-anggota tubuh kita untuk melakukan pekerjaan yang dikehendaki Allah dan memperhatikan orang-orang yang lemah seperti para yatim piatu dan para janda, karena kita adalah umat yang mengabdi kepada Allah. Semua hal itu dilakukan karena didasari atau sebagai bentuk penghormatan dan ketaatan kepada Allah, karena mempersembahkan tubuh dan mengunjungi yatim piatu dan janda janda adalah kehendak Allah.

Dalam bacaan Firman Tuhan hari ini, ada sebuah pernyataan dari Yesus yang mengungkapkan hakekat ibadah orang Farisi dan ahli Taurat secara khusus dan ibadah orang Yahudi secara umum. Yesus berkata:”Percuma mereka beribadah kepada-Ku....” (Markus 7:7). Orang Farisi dan ahli Taurat adalah kelompok orang yang menganggap/merasa diri sebagai orang yang paling beribadah lebih dari pada orang atau kelompok lain(Lukas 18:11-12).

Namun Yesus menyatakan bahwa:”Percuma mereka beribadah kepada-Ku”, yang dikutip dari Yesaya 29:13. Apa masalahnya? Masalahnya adalah karena mereka lebih mengutamakan ajaran dan perintah manusia, yaitu ajaran dan perintah nenek moyang mereka. Mereka lebih mengutamakan adat istiadat mereka dan mengabaikan Firman Tuhan (ayat 7 & 8).  Ajaran dan perintah nenek moyang atau adat istiadat yang menyangkut “membasuh tangan sebelum makan.”

Pada dasarnya setiap masyarakat beradab di dunia ini memiliki adat istiadat yang bersifat mengikat komunitas sebuah suku tertentu sebagai nilai nilai budaya dan kaidah kaidah sosial yang terpelihara secara turun temurun. Adat istiadat itu sering dihormati sebagai hal yang sakral, karena itu menjadi bagian dari jati diri dari masyarakat tersebut. Meskipun banyak adat istiadat masyarakat yang melambangkan keluhuran budi pekerti, tetapi ada sebagian adat istiadat manusia yang terlalu diagungkan, sehingga disejajarkan dengan dogma agama. Dalam kebudayaan Israel purba, adat istiadat yang diciptakan oleh orang Farisi sering dipaksakan untuk diperlakukan setara dengan Hukum Musa, pada hal itu semata mata hasil pemikiran manusia dan bukan ilham ilahi. Sikap yang salah dan berbahaya, yaitu memberi ruang yang terlampau luas bagi ajaran dan pendapat manusia sehingga tanpa disadari hal itu telah menduduki tempat yang seharusnya ditempati oleh Firman Allah sebagai otoritas tertinggi. Sikap inilah yang terjadi dengan orang Farisi, para ahli Taurat dan orang Yahudi.