Menemukan Permata Di Balik Masalah
Menemukan permata di
balik masalah ~
Masalah. Satu kata yang membuat kita menjadi panik ketika menghadapi dan
mengalaminya. Stigma negatif terhadap masalah sudah terbangun sejak lama dalam
hidup manusia. Itu sebabnya, kebanyakan dari kita berusaha bukan untuk
menghadapi dan mengatasi masalah, malah berupaya untuk menghindar bahkan
berharap supaya hidup ini jauh dari masalah. Kendati demikian, masalah tidak
pernah mundur sejengkal pun dari hidup kita. Masalah selalu datang tanpa kita
undang dan masalah pun menghampiri kita apakah kita siap atau tidak.
Begitulah yang bisa saya gambarkan tentang perspektif dan
paradigma manusia terkait dengan masalah kehidupan yang terjadi dan dialami.
Tetapi, saya ingin emnuntun pembaca untuk melihat masalah secara obyektif dan
proporsional. Saya berusaha untuk membuka cakrawala berpikir dan bersikap
pembaca terhadap masalah. Harapannya saya ialah pembaca bisa menemukan permata
di balik masalah yang pembaca alami dan hadapi. Dengan begitu, maka masalah
tidaklah selalu negative, pasti ada sisi positifnya.
Pertanyaan penting yang patut diajukan ialah: “Apa saja
permata yang bisa kita temukan di balik masalah hidup yang dihadapi dan
dialami?” Berikut beberapa permata yang bisa kita temukan di dalam setiap
masalah yang kita alami, yaitu:
1. Masalah membawa kita mendekat kepada Kristus.
Penulis Injil Matius menulis, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu
dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” – Matius 11:28.
2. Masalah menuntun kita untuk bersyukur kepada Allah.
Rasul
Paulus menulis, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” – 1 Tesalonika 5:18.
3. Masalah menuntun kita menerima mujizat.
Dokter Lukas menulis, “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas
berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain
mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga
sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan
terlepaslah belenggu mereka semua” – Kisah Para Rasul 16:25-26.
4. Masalah menuntun kita bersandar kepada Allah.
Penulis kitab Amsal menulis, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu,
maka Ia akan meluruskan jalanmu” – Amsal 3:5-6.
5. Masalah mengarahkan kita untuk rendah hati.
Rasul Yakobus menulis, “Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada
kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakana: “Allah menentang orang
yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” – Yakobus 4:6.
6. Masalah menuntun kita untuk hidup dalam kasih.
Rasul Yohanes menulis, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya
kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu
harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah
murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” – Yohanes 13:34-35.