Ini Ciri Istri Dalam Kristus
Ini ciri istri dalam Kristus ~ Penulis kitab Amsal terkait dengan hidup seorang
istri menulis demikian: “Isteri yang
cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata” – Amsal
31:10. Penulis Amsal membandingkan istri yang cakap dengan permata. Sekalipun
permata memiliki nilai jual yang tinggi, tetapi bila disandingkan dengan istri
yang cakap, maka nilai permata itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan
dengan istri yang cakap.
Dan laki-laki
yang memiliki istri yang cakap, pastilah ia akan bahagia dalam hidupnya. Tentu istri
yang cakap yang dimaksudkan oleh penulis Amsal bukan soal penampilan fisik
semata. Namun, lebih dari itu yaitu kecantikan roh dan jiwanya serta hatinya
yang lemah lembut dan takut akan Tuhan.
Pertanyaan
penting yang harus diajukan ialah: “Bagaimana ciri istri yang sudah di dalam
Kristus?” Berikut beberapa ciri istri yang sudah di dalam Kristus, yaitu:
1. Ia memiliki sikap tunduk terhadap suaminya.
Rasul
Paulus menulis dalam pimpinan Roh Kudus kepada jemaat di kota Efesus demikian: “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada
Tuhan. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah
isteri kepada suami dalam segala sesuatu” - Efesus 5:22 & 24. Dalam nada dan spirit yang sama, rasul Paulus juga
menulis dalam pimpinan Roh Kudus kepada jemaat di kota Kolose demikian: “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada
suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan” – Kolose 3:18.
Istri
yang belum di dalam Kristus memiliki kecenderungan untuk memberontak dan
melawan serta menentang otoritas suami sebagai kepala dalam keluarga. Istri yang
masih di luar Kristus sulit untuk tunduk dan menghormati suaminya. Ini terjadi
karena natur dosa yang masih menguasai hidup seorang istri. Namun, sebaliknya
bila istri yang sudah di dalam Kristus, maka ia akan mudah tunduk kepada
suaminya sebagaimana ia tunduk Kristus. Ia menghormati dan menghargai otoritas
suaminya sebagai kepala atau pemimpin dalam keluarga. Ia membantu suaminya
untuk mewujudkan keluarga yang harmonis, bahagia, menjadi berkat bagi sesama,
membanggakan Tuhan, seisi rumah, keluarga besar dan saksi Kristus yang baik
bagi banyak orang. Itulah ciri istri yang sudah di dalam Kristus.
2. Ia mengutamakan yang rohani daripada
lahiriah.
Rasul
Petrus menulis, “Perhiasanmu janganlah
secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas
atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah
manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang
berasal dari roh yang lemah lembut dan tentram, yang sangat berharga di mata
Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan,
yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka
tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia
tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut
ancaman” – 1 Petrus 3:3-6.
3. Ia menjadi penolong yang membahagiakan
seisi rumah.
Penulis kitab Amsal menulis demikian: “Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya?
Ia lebih berharga dari pada permata. Hati
suaminya percaya
kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik
kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Ia mencari bulu domba dan rami, dan
senang bekerja dengan tangannya. Ia
serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya. Ia bangun kalau masih malam, lalu
menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada
pelayan-pelayannya perempuan. Ia
membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur
ditanaminya. Ia mengikat
pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. Ia tahu bahwa pendapatannya
menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam. Tangannya ditaruhnya pada
jentera, jari-jarinya memegang pemintal. Ia
memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang
miskin. Ia tidak takut
kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian
rangkap. Ia membuat bagi
dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya. Suaminya dikenal di pintu
gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri. Ia membuat pakaian dari lenan, dan
menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang. Pakaiannya adalah kekuatan dan
kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan. Ia
membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. Ia mengawasi segala perbuatan
rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya. Anak-anaknya bangun, dan
menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: Banyak wanita telah berbuat baik,
tetapi kau melebihi mereka semua. Kemolekan
adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan
TUHAN dipuji-puji. Berilah
kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!” –
Amsal 31:10-31.