Bangkit Dari Intimidasi Rasa Bersalah 3
Bangkit dari intimidasi rasa bersalah ~ Kesalahan itu mengandung resiko yang harus
ditanggung. Saudaraku, bila saat ini engkau sedang mengalami suatu sakit, luka
atau derita akibat kesalahan yang telah diperbuat di masa yang lampau anggaplah
itu sebagai bentuk perhatian dan kasih Allah. Terimalah luka atau penderitaan
yang wajar kita tanggung itu karena akibat dosa atau kesalahan kita,
tapi jangan pandang itu sebagai hukuman yang berkelanjutan, namun
pandanglah itu sebagai sebuah proses penyembuhan yang akan terjadi kemudian
setelah kita mengalami perubahan dalam hidup kita.
Jika
kita menyadari bahwa sesuatu beban yang kita terima/pikul saat ini adalah
sebagai akibat dari kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat, maka hal itu
harus kita terima sebagai sesuatu keputusan yang adil dari Tuhan.
Jadikan hal itu sebagai suatu peringatan atau sebagai kenangan indah untuk kita
merasakan kasih Allah.
Jangan kecewa, jangan putus asa, tetaplah menyembah Dia. Dia mengasihi, sangat mengasihi sekalipun kita orang berdosa. Sebab tidak selamanya kita dibiarkan menderita. Justru dengan resiko yang diterima itu kita dapat merasakan betapa besar kasih dan keadilanNya.Ia pasti menyediakan yang terbaik lagi di masa yang akan datang sesuai proses perubahan hidup yang kita jalani. Dia akan mengubahkan keadaan yang buruk untuk menjadi sebuah kebaikan.
3.
Menyadari orang berdosa memerlukan pengampunan Allah
Daud
mengakui bahwa sejak dari kandungan atau lahir dia memiliki kecenderungan untuk
berbuat dosa. Daud menyatakan bahwa manusia itu sifatnya berdosa, dengan kata
lain setiap orang itu sejak dari lahir memiliki suatu kecenderungan untuk
melakukan suatu kesenangan dan keiinginan diri sendiri, yang bahkan dapat
menyebabkan orang lain menderita.
“Sesungguhnya,
dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”, ayat 7. “..
hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmatMu yang besar!’, ayat 3. Hapuskan
artinya ‘dikikis’ dibersihkan seperti sebuah tulisan dihapuskan, sehingga tidak
kelihatan lagi. “Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah
aku dari dosaku!”, ayat 4. Dosa dilihat sebagai sesuatu yang berurat berakar
secara dalam yang memerlukan pengobatan intensif, yaitu dengan membuang habis
dosa sehingga menjadi tampak bersih.