Sikap Hati Sebagai Umat Allah
Sikap hati sebagai umat Allah ~ Perspektif Allah terhadap umat-Nya bukan didasarkan
pada hal-hal fisikli dan materi, jabatan dan status sosial yang disandang oleh
mereka. Di dalam Alkitab kita menemukan bahwa Allah memandang umat-Nya
melampaui hal-hal yang bisa dilihat oleh mata jasmani yaitu Allah melihat sikap
hati umat-Nya baik sikap mereka terhadap kehidupan maupun sikap mereka kepada
Allah. Jadi, dalam frame itu, maka kita melihat bahwa yang diutamakan oleh
Allah dalam hidup umat-Nya ialah hati umat yang menjadi pusat pikiran, perasaan
dan kehendak. Mengapa? Karena Allah lebih mengutamakan keintiman, relasi
(relationship) dan ini bisa terlaksana sangat bergantung kepada hati kita.
Pertanyaan
penting yang patut diajukan ialah: “Apa saja sikap hati yang benar sebagai umat
Allah di dalam menjalani kehidupan di dunia ini?” Ada beberapa sikap hati yang
perlu kita tumbuh-kembangkan sebagai umat Allah, yaitu:
1. Tidak
menjadi lemah dan putus asa ketika alami keadaan yang sukar.
Yesus telah meninggalkan teladan terkait dengan tidak
menjadi lemah dan putus asa ketika mengalami keadaan yang sukar dan
diperlakukan dengan tidak adil. Kita juga mau tidak mau pasti mengalami keadaan
yang sukar. Rasul Paulus menulis: “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja
untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, dalam
pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang
kamu dengar tentang aku” – Filipi 1:29-30.
2. Tidak rendah
diri kendati secara ekonomi selalu kurang.
Ada banyak faktor yang menyebabkan umat Allah
mengalami kondisi ekonomi yang selalu kurang. Bisa karena faktor lingkungan,
bencana alam, peperangan dan lain sebagainya. Kondisi itu bukanlah dosa dan
kutuk, serta bukan pula karena kurangnya iman. Alkitab menyoroti kemiskinan
yang disebabkan karena umat-Nya malas dan ini yang ditentang oleh Allah.
3. Tidak tinggi
hati kendati berkelimpahan.
Sejak semula Allah memang suka memberkati umat-Nya. Janji
Allah sangat jelas di dalam kitab Maleakhi 3:10, “… dan ujilah Aku, firman
TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit
dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan”.
Oleh karena itu, ketika Allah mencurahkan berkat-Nya
ke dalam hidup kita sehingga keadaan ekonomi kita menjadi berkelimpahan, kita
perlu menjaga sikap hati kita yaitu supaya jangan sampai kita menjadi orang
yang sombong dan tinggi hati hanya karena kita memiliki kekayaan yang melimpah.
Tetaplah rendah hati dan gunakan berkat itu sesuai dengan kehendak dan rencana
Tuhan. Kita diberkati oleh Tuhan bukan untuk menaikan level hidup kita
melainkan Tuhan memberkati kita supaya menaikan level iman kita.