Menghidupi Kasih Karunia Tuhan
Menghidupi kasih karunia Tuhan ~ Rasul Paulus menuliskan surat ini kepada jemaat di kota Korintus. Korintus merupakan kota pelabuhan dalam wilayah Romawi yang sarat dengan kejahatan moralnya. Para jemaat di sana mengalami tantangan iman yang sangat berat, baik dari orang Kristen Yahudi, orang Yahudi, orang Kristen Gnostik, kaum asketik (semakin menderita, semakin mulia) dan kelompok Libertin. Mereka meyakini bahwa Allah tidak ada sangkut pautnya dengan penciptaan dunia ini, termasuk dalam penjelmaan-Nya ke dalam dunia. Gnostik meyakini dengan apa yang disebut Doketisme (Yesus tidak pernah mempunyai tubuh manusia yang sejati. Ia hanya kelihatan menjadi seorang yang berdaging dan berdarah (dokein).
Nama Gnostik memiliki arti "mengetahui" dan pemikiran ini bersumber dari dua prinsip, yaitu: 1) Kaum Yunani menganggap ilmu pengetahuan adalah yang tertinggi, melebihi iman dan mencampurkan pemikiran-pemikiran mereka dengan kekristenan. 2) pandangan Gnositisme Timur mengajarkan semua benda materi itu jahat.
Kaum Gnostik memperoleh pengetahuannya dalam dua cara, yaitu: Pertama, ia melakukan apa saja yang disukainya dengan tubuhnya, dan pandangan mereka juga mengarah Hedonisme (paham yang mengutamakan kesenangan dunia). Kedua, Banyak jemaat telah terpengaruh oleh Gnostik, mereka beranggapan bahwa tubuh itu materi jahat, maka segala sesuatu yang dilakukan mereka terhadap tubuh akan menghasilkan pengalaman-pengalaman yang akan membebaskan mereka dari tubuh jahat ini.
Dalam ayat yang kedua, rasul Paulus mengutip dari nubuatan nabi Yesaya (Yesaya 49:8), dalam isi nubuatan ini mengarah kepada dua hal, yaitu: Satu, Mengenai pemulihan bangsa Israel dari penindasan oleh bangsa Babel. Dua, Nubuatan mengenai Mesias yaitu Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia - Yohanes 3:16. Nubuatan yang kedualah yang dimaksudkan oleh Paulus dalam konteks jemaat Korintus.
Oleh sebab itu, Paulus menasehatkan jemaat-jemaat ada di Korintus supaya jangan menyia-nyiakan kasih karunia Allah yang telah mereka terima, yaitu keselamatan dalam Kristus Yesus. Nasihat tersebut juga ditujukan kepada kita, kasih karunia yang Tuhan anugerahkan kepada setiap kita tersebut janganlah kita sia-siakan dengan cara hidup kita yang masih serupa dengan dunia ini, akan tetapi haruslah kita meresponi kasih karunia Allah dengan hidup seturut kehendak-Nya.
Kasih karunia Allah adalah sebuah pemberian yang dianugerahkan kepada manusia, yaitu keselamatan yang hanya dapat diperoleh dalam Kristus Yesus. Oleh karena pengorbanan-Nya, Ia rela wafat di atas kayu salib untuk menebus kita dari segala dosa dan pelanggaran kita.
Lalu bagaimana kita dapat menghidupi kasih karunia Allah? Dari teks firman Tuhan dalam 2 Korintus 6:1-10, kita dapat menjawab pertanyaan tersebut, yaitu:
1. Menyangkal diri - 2 Korintus 6:3-6.
Rasul Paulus yang mengalami banyak sekali penyiksaan dan tuduhan-tuduhan dari para penentang Injil pada saat itu, bahkan sampai di penjara. Ia sama sekali tidak mengeluh dan menyesal telah menjadi seorang rasul. Malahan menganggap penderitaan yang dialaminya dalam melayani Tuhan merupakan sebuah kebanggaan. Dalam hal itulah kita harus meneladani penyangkalan diri seorang Paulus. Dia yang merupakan orang yang cerdas dan sebenarnya mampu hidup layak di mata manusia - Filipi 3:8, akan tetapi dia rela meninggalkan semuanya untuk melayani Tuhan - 1 Korintus 9:18.
2. Memberitakan kasih karunia Allah kepada orang lain - 2 Korintus 6:7-9.
Salah satu prinsip dari hidup kekristenan yang diajarkan Tuhan Yesus adalah untuk memberitakan kabar baik kepada setiap orang, karena keselamatan bukan saja milik salah satu kelompok atau salah satu bangsa, tapi setiap manusia. Hal inilah juga yang dilakukan oleh Paulus. Haruslah kita ingat, kita diselamatkan dan dipanggil Tuhan untuk menjadi umat-Nya bukanlah menjadi kaum atau kelompok yang egois, tapi untuk menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Karena itu marilah kita terus memberitakan kasih karunia Allah kepada setiap orang - Galatia 5:13.
3.Memberikan hidup kepada orang lain - 2 Korintus 6:10.
Kita harus menyadari bahwa hidup kita ini bukanlah milik kita lagi, melainkan milik Tuhan - Galatia 2:20. Oleh sebab itu, marilah kita memberikan hidup kita ini bagi kemuliaan nama Tuhan, lewat hidup kita yang menjadi berkat bagi banyak orang, karena bila semakin banyak orang melihat diri kita yang menjadi berkat bagi banyak orang. Karena bila semakin banyak orang melihat diri kita yang meneladani Kristus, maka mereka juga akan mengenal Kristus yang adalah Juruselamat dunia. Amin.
Sumber: Stevanus Samosir, S.Th.
Nama Gnostik memiliki arti "mengetahui" dan pemikiran ini bersumber dari dua prinsip, yaitu: 1) Kaum Yunani menganggap ilmu pengetahuan adalah yang tertinggi, melebihi iman dan mencampurkan pemikiran-pemikiran mereka dengan kekristenan. 2) pandangan Gnositisme Timur mengajarkan semua benda materi itu jahat.
Kaum Gnostik memperoleh pengetahuannya dalam dua cara, yaitu: Pertama, ia melakukan apa saja yang disukainya dengan tubuhnya, dan pandangan mereka juga mengarah Hedonisme (paham yang mengutamakan kesenangan dunia). Kedua, Banyak jemaat telah terpengaruh oleh Gnostik, mereka beranggapan bahwa tubuh itu materi jahat, maka segala sesuatu yang dilakukan mereka terhadap tubuh akan menghasilkan pengalaman-pengalaman yang akan membebaskan mereka dari tubuh jahat ini.
Dalam ayat yang kedua, rasul Paulus mengutip dari nubuatan nabi Yesaya (Yesaya 49:8), dalam isi nubuatan ini mengarah kepada dua hal, yaitu: Satu, Mengenai pemulihan bangsa Israel dari penindasan oleh bangsa Babel. Dua, Nubuatan mengenai Mesias yaitu Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia - Yohanes 3:16. Nubuatan yang kedualah yang dimaksudkan oleh Paulus dalam konteks jemaat Korintus.
Oleh sebab itu, Paulus menasehatkan jemaat-jemaat ada di Korintus supaya jangan menyia-nyiakan kasih karunia Allah yang telah mereka terima, yaitu keselamatan dalam Kristus Yesus. Nasihat tersebut juga ditujukan kepada kita, kasih karunia yang Tuhan anugerahkan kepada setiap kita tersebut janganlah kita sia-siakan dengan cara hidup kita yang masih serupa dengan dunia ini, akan tetapi haruslah kita meresponi kasih karunia Allah dengan hidup seturut kehendak-Nya.
Kasih karunia Allah adalah sebuah pemberian yang dianugerahkan kepada manusia, yaitu keselamatan yang hanya dapat diperoleh dalam Kristus Yesus. Oleh karena pengorbanan-Nya, Ia rela wafat di atas kayu salib untuk menebus kita dari segala dosa dan pelanggaran kita.
Lalu bagaimana kita dapat menghidupi kasih karunia Allah? Dari teks firman Tuhan dalam 2 Korintus 6:1-10, kita dapat menjawab pertanyaan tersebut, yaitu:
1. Menyangkal diri - 2 Korintus 6:3-6.
Rasul Paulus yang mengalami banyak sekali penyiksaan dan tuduhan-tuduhan dari para penentang Injil pada saat itu, bahkan sampai di penjara. Ia sama sekali tidak mengeluh dan menyesal telah menjadi seorang rasul. Malahan menganggap penderitaan yang dialaminya dalam melayani Tuhan merupakan sebuah kebanggaan. Dalam hal itulah kita harus meneladani penyangkalan diri seorang Paulus. Dia yang merupakan orang yang cerdas dan sebenarnya mampu hidup layak di mata manusia - Filipi 3:8, akan tetapi dia rela meninggalkan semuanya untuk melayani Tuhan - 1 Korintus 9:18.
2. Memberitakan kasih karunia Allah kepada orang lain - 2 Korintus 6:7-9.
Salah satu prinsip dari hidup kekristenan yang diajarkan Tuhan Yesus adalah untuk memberitakan kabar baik kepada setiap orang, karena keselamatan bukan saja milik salah satu kelompok atau salah satu bangsa, tapi setiap manusia. Hal inilah juga yang dilakukan oleh Paulus. Haruslah kita ingat, kita diselamatkan dan dipanggil Tuhan untuk menjadi umat-Nya bukanlah menjadi kaum atau kelompok yang egois, tapi untuk menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Karena itu marilah kita terus memberitakan kasih karunia Allah kepada setiap orang - Galatia 5:13.
3.Memberikan hidup kepada orang lain - 2 Korintus 6:10.
Kita harus menyadari bahwa hidup kita ini bukanlah milik kita lagi, melainkan milik Tuhan - Galatia 2:20. Oleh sebab itu, marilah kita memberikan hidup kita ini bagi kemuliaan nama Tuhan, lewat hidup kita yang menjadi berkat bagi banyak orang, karena bila semakin banyak orang melihat diri kita yang menjadi berkat bagi banyak orang. Karena bila semakin banyak orang melihat diri kita yang meneladani Kristus, maka mereka juga akan mengenal Kristus yang adalah Juruselamat dunia. Amin.
Sumber: Stevanus Samosir, S.Th.