Memahami Makna Iman Yang Sejati
Memahami makna iman yang sejati
~ Iman merupakan salah satu kata penting di dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru. Tuhan Yesus Kristus dalam pelayanan dan pengajaran-Nya
juga mengajarkan tentang iman dan memberi apresiasi terhadap setiap orang yang
datang kepada-Nya di dalam iman. Kita diselamatkan karena iman kepada Kristus. Kita
mengalami mujizat atau perbuatan ajaib Tuhan dalam hidup ini juga karena iman. Kita
bisa melihat hal-hal rohani juga dengan mata iman.
Dari penjelasan di atas, kita
melihat bahwa iman itu sangat sentral dan penting di dalam perspektif Alkitab.
kalau demikian, maka pertanyaan yang harus diajukan ialah: “Apakah iman yang
sejati itu?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka berikut ini saya akan
memaparkan beberapa jawaban tentang iman yang sejati itu, yaitu:
1.
Iman yang sejati adalah pemberian anugerah Allah bagi kita.
Bila kita membaca dan
mempelajari Alkitab, maka kita akan menemukan bahwa sesungguhnya iman yang
sejati itu merupakan pemberian anugerah bagi kita. Iman merupakan karya Allah
di dalam hati kita, sehingga kita bisa percaya kepada-Nya dan menerima
kasih-Nya di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus. Rasul Paulus menulis: “Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam
kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” – Filipi 2:13.
Iman yang sejati diciptakan dan dihidupkan oleh Roh Kudus di dalam hati kita, bukan kita yang menghasilkannya. Jadi, iman sejati bukanlah hasil usaha dan karya kita, melainkan karya Allah menghidupkan kita kembali. Itu sebabnya rasul Paulus menulis: “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing” – Roma 12:3.
2.
Iman yang sejati adalah percaya kepada Allah saja.
Secara budaya kita lahir, hidup
dan dibesarkan di dalam tatanan budaya. Dalam tatanan budaya kita diajarkan
tentang tradisi, adat-istiadat, kebiasaan dan kepercayaan tradisional. Kepercayaan
yang dianut oleh leluhur kita, yaitu politeisme, animism dan dinamisme. Kepercayaan
tersebut mengajarkan kepada untuk percaya dan menyembah dewa-dewi, percaya kepada
roh-roh nenek moyang dan percaya kepada pohon besar, uga-gua besar dan
batu-batu besar. Iman yang demikian bukanlah iman sejati. Kepercayaan tersebut
justru membuat kita menjadi takut, terintimidasi dan terpenjara.
Menurut ajaran Alkitab iman
sejati adalah percaya bahwa Allah itu hidup, ada dan berkarya secara utuh
sempurna bagi kepentingan kita. Penulis Ibrani menulis demikian: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang
berkenan kepada Allah. sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya
bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh
mencari Dia” – Ibrani 11:6.
3.
Iman yang sejati adalah pasti memberi hasil.
Kalau kita mempelajari Alkitab,
kita menemukan bahwa setiap orang yang kepadanya Allah memberikan iman, maka
mereka selalu mendapatkan hasil dari imannya itu. Misalnya Abraham, ketika
disuruh Allah untuk mempersembahkan Ishak anaknya dan Abraham melakukan dan
percaya bahwa Allah itu baik, maka buahnya atau hasilnya ialah Abraham disebut
sebagai bapa segala orang beriman.
Allah sebagai pemberi iman dan
ditumbuh-kembangkan oleh Roh Kudus di dalam hati kita, pasti ada hasilnya. Tidak
mungkin Allah memberikan iman kepada kita lalu tidak ada hasilnya. Bahkan Tuhan
Yesus Kristus sendiri menegaskan bahwa iman sejati pasti bisa memindahkan
gunung. Jadi, memindahkan gunung merupakan hasil dari iman.