Translate

Makna Predestinasi Bagi Orang Percaya

Makna pemilihan (predestinasi) bagi orang percaya ~ Pemilihan atau predestinasi merupakan salah satu istilah teologis yang sangat penting di dalam dogmatika iman Kristen. Kendati pun istilah tersebut terdapat pro dan kontra di antara para teolog Kristen, namun Alkitab khususnya Perjanjian Baru menggunakan istilah pemilihan atau terpilih. Rasul Paulus merupakan salah satu tokoh di dalam Perjanjian Baru yang konsisten menggunakan istilah pemilihan atau predestinasi Allah atas manusia berdosa. Dalam suratnya kepada orang Kristen yang ada di kota Efesus, rasul Paulus menulis demikian: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya” – Efesus 1:3-6.

Berdasarkan firman Allah di atas, kita menemukan bagaimana rasul Paulus menjelaskan tentang pemilihan Allah atas kita. Rasul Paulus paling tidak memberikan penekanan penting terhadap pemilihan atau predestinasi Allah terhadap kita.

Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Apa makna teologis dan religius dari pemilihan Allah atas diri kita?” Berdasarkan bagian firman Tuhan di atas, maka ada beberapa makna penting terkait dengan pemilihan atau predestinasi bagi kita, yaitu:


1. Allah adalah segala-galanya atas keselamatan kita.
Menunjukkan kepadanya bahwa keselamatan -- dari awal sampai akhir -- segala-segalanya adalah dari Allah, buah dari rahmat-Nya yang berdaulat. Penebusan yg diperoleh orang percaya hanya dalam Kristus dan dia terima hanya melalui iman, sumbernya sama sekali bukanlah pada kualitas pribadi, tapi melulu karunia -- dampak dari karunia pemilihan. Setiap berkat rohani mengalir kepadanya dari ketetapan pemilihan Allah (Ef 1:3).

Maka pengetahuan akan keterpilihannya patut mengajar orang percaya untuk bermegah di dalam Allah, dan hanya di dalam Allah saja (1 Kor 1:31), dan menaikkan pujian bagi-Nya yang adalah hakNya (Rm 11:36). Tujuan terakhir dari pemilihan ialah supaya Allah terpuji (Ef 1:6, 12, 14) dan pikiran tentang keterpilihan patut memacu orang berdosa yang sudah ditebus menaikkan puji-pujian dan ucapan syukur yang tak henti-hentinya, seperti kenyataan pada Paulus (Rm 11:33 dab, Ef 1:3 dab; 1 Tes 1:3 dab; 2 Tes 2:13 dab). Apa yang dinyatakan Allah mengenai pemilihan bagi Paulus dianggap sebagai pendorong untuk beribadah, bukan pendorong untuk adu pikiran.

2. Adanya kepastian keselamatan kita di dalam Kristus.
Meyakinkan orang percaya akan keselamatannya yang kekal, dan membuang segala alasan untuk menjadi takut dan patah semangat. Jika ia berada dalam kasih karunia sekarang, maka ia akan berada di dalam kasih karunia untuk selama-lamanya. Apa pun tak bisa mempengaruhi kedudukannya yang sudah dibenarkan itu (Rm 8:33); apa pun tidak bisa memisahkannya dari kasih Allah di dalam Kristus (Rm 8:35-39).

Ia sudah aman seaman-amannya, karena itu ia tak mungkin lebih aman dari keadaannya sekarang. Inilah pengetahuan yang berharga: maka setiap orang dihimbau supaya berusaha mencari tahu, apakah ia benar-benar dipilih, lalu membuatnya teguh (bnd 2 Ptr 1:10).

3. Adanya tanggung jawab spiritual dan moral dari setiap kita.
Mendorong orang percaya untuk mengusahakan susila yang baik. Pengetahuan akan keterpilihan itu tidak mengizinkan seseorang berbuat dosa atau menjadi angkuh (bnd Rm 11:19-22), malah pengetahuan serta berkat-berkat yg mengalir daripadanya, menjadi perangsang paling unggul untuk melakukan kasih yang khusus, yang bersukacita dan yang berterima kasih, yang merupakan pendorong utama untuk hidup kudus (Kol 3:12-17).