Translate

Ini Cara Memiliki Iman Yang Teguh Dimasa Sukar

Ini cara memiliki iman yang teguh ~ Alkitab selalu mengabadikan cara hidup beriman yang dideklarasikan oleh para tokoh sentral di dalam Alkitab. Cukup banyak tokoh dan pahlawan iman diabadikan di dalam Alkitab. Tentunya tidak cukup saya membahas semuanya pada kesempatan ini karena beragam keterbatasan. Itu sebabnya, saya hanya akan menyajikan salah satu tokoh dari sekian banyak pahlawan iman di dalam Alkitab, yaitu Yusuf.

Profil Yusuf
Siapakah Yusuf? Kalau kita membaca Alkitab khususnya kitab Kejadian, maka kita pasti menemukan nama Yusuf. Oleh karena itu, kita bisa mengetahui bahwa Yusuf adalah salah satu dari dua belas anak Yakob dan ibunya bernama Rahel istri kedua dari Yakob. Yusuf juga menjadi anak kesayangan dari Yakob dan begitu sayangnya Yakob kepada Yusuf sehingga ada keistimewaan perlakuan yang dilakukan Yakob. Perlakuan istimewa itulah yang menjadi salah satu pemicu timbulnya kebencian dari saudara-saudaranya yang lain. Tentu Anda cerita selanjutnya.

Yusuf di Mesir
Keberadaan Yusuf di Mesir selain karena dijual oleh saudara-saudaranya kepada Potifar, tetapi juga hal itu ada di dalam rancangan Allah yang berdaulat dan tidak diketahui oleh manusia. Kendati pun Yusuf sebagai budak di Mesir, tetapi komitmen, integritas dan kesalehan serta kehidupan imannya kepada Yahweh tidak tergoyahkan. Banyak ujian yang harus dihadapi, dilami dan dilewati oleh Yusuf. Dalam kesemuanya itu dapat ia hadapi dan lewati sampai klimaksnya ia menjadi orang nomor dua di Mesir.


Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Bagaimana cara Yusuf sehingga ia bisa memiliki iman yang teguh di tengah beragam ujian dan penderitaan yang dialaminya?” Berdasarkan catatan Alkitab, maka kita menemukan ada beberapa hal yang membuat Yusuf bisa memiliki iman yang teguh di tengah beragam ujian dan derita yang dialaminya, yaitu:

1.  Fokus kepada Yahwe dan melayani-Nya.
Yusuf memiliki iman yang teguh kendati di tengah ujian dan penderitaan karena ia selalu memusatkan hati, pikiran, jiwa, roh dan totalitas hidupnya kepada Allah. Itulah yang menjadi landasan kuat bagi Yusuf. Pada saat yang bersamaan, Yusuf juga melayani Allah dengan sungguh-sungguh. Yusuf tahu bahwa dengan cara melayani Allah yang dibangun dalam sikap hati yang sungguh-sungguh pasti akan menguatkan dan meneguhkan imannya.

Yusuf menyadari bahwa ia tidak dapat mengusir, menghindar dan melarang masalah datang ke dalam hidupnya. Ia juga tentu tidak bisa membiarkan dirinya dikuasai oleh masalah. Itu sebabnya, Yusuf membangun mental positif dengan tetap fokus kepada Allah yang empunya langit dan bumi serta berdaulat dan berkuasa penuh atas hidupnya. Ia juga menjadikan kesempatan yang dialaminya sebagai cara untuk melayani Allah kendati pun situasi dan kondisinya tidak menyenangkan.

Bagaimana dengan kita ketika berhadapan dan mengalami ujian dalam hidup? Apakah kita bisa fokus kepada Allah dan melayani-Nya dengan sungguh-sungguh? Jawaban atas pertanyaan tersebut ialah pasti bisa. Yusuf sudah mengalaminya dan ia berhasil melakukannya. Bila Yusuf bisa, maka kita juga pasti bisa karena Allah yang kepada-Nya Yusuf fokuskan diri dan melayani-Nya dengan sungguh-sungguh adalah Allah yang sama yang kita kenal, percayai dan imani di dalam Tuhan Yesus Kristus. Itu sebabnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memiliki iman yang teguh di tengah ujian dan penderitaan hidup yang kita alami.

Mari kita belajar dari Yusuf yang selalu dan senantiasa menaruh iman percayanya kepada Tuhan bahkan ketika ia harus mengalami kejadian-kejadian yang mengerikan di masa mudanya. Yusuf tetap mempertahankan imannya meskipun harus mengalami pengkhianatan, perbudakan bahkan dijebloskan ke dalam penjara. Yusuf tidak membiarkan keadaan yang dialaminya, lingkungan sekitar tempat ia tinggal ataupun pendapat dari orang lain membuatnya menyimpang dari apa yang menjadi kehendak Tuhan karena ia mempercayakan segala sesuatunya ke dalam tangan Tuhan. Yusuf percaya bahwa apapun yang terjadi dalam hidupnya ada di dalam kontrol, pengawasan, kuasa dan kedaulatan Allah.

2. Fokus untuk mempersembahkan yang terbaik.
Yusuf bisa memiliki iman yang teguh di tengah ujian dan penderitaan hidup yang dialaminya karena ia selalu fokus untuk mempersembahkan yang terbaik, baik kepada manusia terlebih kepada Allah. Hasilnya, ia mendapat apresiasi dari Potifar sang majikannya. Selain itu, ia juga dipercayakan untuk mengawasi dan menguasai semua harta milik potifar.

Dari pihak Allah, Yusuf mendapat penyertaan dan perlindungan-Nya. Allah membuat Yusuf berhasil dalam segala sesuatu yang dikerjakannya.  Musa mencatatnya demikian: “..karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil” - Kejadian 39:23b.

Dengan demikian, Yusuf mendapat kepercayaan dari manusia dan juga dari Allah. Dunia dan sorga mendukungnya. Ini terjadi karena Yusuf fokus untuk mempersembahkan yang terbaik kepada Allah yang tidak kelihatan dan juga kepada manusia yang kelihatan.

Ujian dan penderitaan yang dialaminya, tidak membuatnya bekerja seadanya, melayani setengah hati atau bahkan bermalas-malasan. Yusuf mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya (pengetahuan dan skill) supaya apa yang dikerjakannya dapat menyenang tuannya di dunia yaitu Potifar dan majikan sorgawinya yaitu Allahnya.

Marilah kita belajar dari Yusuf untuk selalu mempersembahkan yang terbaik kepada Allah dan juga kepada manusia. Dengan cara itulah, kita bisa memiliki iman yang teguh di tengah ujian dan penderitaan hidup yang harus kita alami. Rasul Paulus menulis: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” – Kolose 3:23. Amin

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” Pengkhotbah 3:11