Translate

Mewaspadai Bahaya Kekecewaan Dalam Hidup

Mewaspadai bahaya kekecewaan dalam hidup – Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti pernah mengalami kekecewaan dalam hidupnya. Ada yang kecewa karena hasil dari pekerjaannya tidak memuaskan. Ada juga yang kecewa karena relasi suami-istri tidak berlangsung sesuai harapan. Ada pula yang kecewa karena penderitaan yang dialaminya seakan tak pernah kunjung berakhir. Ada juga yang kecewa karena diperlakukan dengan tidak adil oleh sesamanya. Dan masih banyak lagi pemicu kekecewaan dalam hidup setiap orang.

Salah satu faktor meningkatnya angka bunuh diri di dunia ialah kekecewaan yang dialami dalam hidup seseorang. Menurut badan kesehatan dunia – WHO – di seluruh dunia – setiap 40 detik terjadi kasus bunuh diri. Penulis kitab Amsal dalam pimpinan Roh Kudus menulis: “Jika engkau TAWAR HATI pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu” – Amsal 24:10. Pada masa kesesakan, kita cenderung patah semangat, mudah putus asa, dan gampang menyerah. Roh kita tenggelam, lalu tangan kita terkulai, lutut kita menjadi lemas, dan kita menjadi tidak layak untuk apa pun. Itulah dampak ketika kita tawar hati pada masa kesukaran dan merupakan bukti bahwa daya tahan kita sangat terbatas.


Kalimat tanya: “Bagaimana mewaspadai bahaya kekecewaan dalam hidup kita?” Kalimat peralihan: Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi kekecewaan dalam hidup, yaitu:

1. Sadari bahwa penderitaan bisa menimpa kapan saja.
Penderitaan memang tidak ada yang menyukainya. Kita berharap dan menghendaki supaya kita jangan pernah mengalami penderitaan. Itulah keinginan yang alamiah dalam hidup kita. Mengapa demikian? Karena bagi kita penderitaan itu tidak ada indah-indahnya, menyakitkan, memahitkan dan juga memalukan. Tetapi, saya mau katakana bahwa suka atau tidak suka, penderitaan pasti akan selalu ada di jalan hidup kita.

 Kisah perempuan yang sakit pendarahan yang diabadikan dalam Injil Markus menjadi fakta bahwa penderitaan itu ada. Cepat atau lambat akan menimpa kita juga. Penulis Injil Markus menulis: “Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan” – Markus 5:25 band. Imamat 15:19-27. Dua belas tahun menderita pendarahan bukanlah waktu yang singkat. 

Dan tentunya hari-hari yang dijalaninya tidaklah mudah. Stigma negative dari mulut dan mata sesamanya menambah derita dari sang perempuan. Karena seorang yang menderita pendarahan adalah seorang najis dan siapa saja yang bersentuhan dengannya serta yang terkena imbas dari perempuan yang menderita pendarahan tersebut akan disebut najis. Siapa pun tidak mau dikatakan najis – Imamat 15:19-27.

2. Sadari bahwa usaha tanpa Yesus akan sia-sia.
Dalam penderitaan yang kita alami, tentu kita tidak akan tinggal diam. Kita akan berusaha untuk mengatasi penderitaan yang kita alami, bagaimana pun caranya yang penting penderitaan segera sirna dari kehidupan kita.

Begitu jugalah yang dilakukan oleh perempuan yang sakit pendarahan. Penulis Injil Markus menulis: “Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk” – Markus 5:26. Perempuan itu sudah berusaha berobat kepada para tabib yang ahli di bidangnya. Semua sumber daya yang tersedia digunakan semuanya sampai habis. Tetapi faktanya ialah keadaannya bukan semakin baik malah semakin buruk. Itulah usaha yang dilakukan tanpa Yesus di dalamnya. Usaha yang hanya mengandalkan kemampuan dan kekuatan manusia semata pasti tidak akan pernah mendatangkan hasil apa-apa.

3. Sadari bahwa mendengar firman Tuhan sangat bermanfaat.
Firman Tuhan adalah kebenaran. Firman Tuhan sangat bermanfaat bagi hidup kita. Oleh karena itu, kita harus selalu mendengar firman Tuhan karena dari mendengar firman Tuhanlah kita mendapat kekuatan dan iman kita bertumbuh.

Perempuan yang sakit pendarahan telah mendengar kabar tentang Yesus dan perbuatan-perbuatan ajaib yang Dia lakukan. Ada banyak orang yang mengalami mujizat. Buta melihat, bisu bisa bicara, tuli mendengar, dirasuk setan dilepaskan bahkan yang sudah mati dibangkitkan. Penulis Injil Markus menulis: “Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” – Markus 5:27-28 band. Bilangan 15:37-41.

4. Sadari bahwa ada kesempatan di tengah-tengah penderitaan.
“… maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” – Markus 5:27b-28.

5. Sadari bahwa pengalaman diberkati harus diceritakan.
“Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” – Markus 5:33-34.

Rasul Paulus menulis: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” – Filipi 4:13. Rasul Paulus tidak mau bergantung dan mengandalkan kekuatan dari manusia dalam menyikapi segala perkara termasuk perkara kekecewaan. Tetapi segala perkara termasuk kekecewaan hanya bisa dia tanggung hanya di dalam Kristus yang senantiasa memberi kekuatan rohani kepadanya. Dalam perspektif dan spirit seperti rasul Paulus, marilah kita untuk: pertama, melipatgandakan kegembiraan dan semangat hidup kita setiap hari; kedua, mengurangi dan menghapus kesedihan karena kekecewaan dalam hidup; ketiga, membagikan pengalaman pertolongan dan pemberkatan Tuhan atas hidup kita kepada orang lain. Amin