Menjadi Penyembah Yang Benar Part 1
Menjadi penyembah yang benar – Setelah manusia jatuh ke dalam dosa,
maka totalitas hidup tidak lagi sesuai dengan kehendak dan rencana Allah. Kehidupan
dan penyembahan yang dilakukan oleh manusia selalu jahat dalam pandangan Allah.
Tidak ada lagi manusia yang melakukan ritual ibadah yang menyenangkan Allah. Itu
sebabnya dalam Injil Yohanes 4:1-24, Tuhan Yesus menjelaskan tentang
penyembahan yang benar dan bagaimana menjadi penyembah yang benar.
Ayat 19-20, wanita Samaria ini begitu terikat dengan tradisi
dan itulah yang terjadi pada masa Perjanjian Lama. Dalam penyembahan mereka
sangat terikat dengan tempat. Sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Allah
menentukan tempat buat mereka untuk menyembah dan Allah hadir di sana. Tetapi
Yesus mengubah tradisi (kebiasaan itu). Yesus tidak melarang kita untuk
beribadah disuatu tempat, sebab tempat bukanlah penekanannya. Tetapi yang Yesus
tekankan adalah fokus dari penyembahan/objek dari penyembahan ketimbang tempat
untuk menyembah.
Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Bagaimana
menjadi penyembah yang benar?” Berdasarkan Yohanes 4:1-24, maka ada beberapa
cara supaya dapat menjadi penyembah yang benar, yaitu:
1. Mengenal siapa
yang disembah.
Mengenal siapa yang disembah sesungguhnya menunjuk kepada
relasi antara penyembah dan yang disembah. Dalam relasi tersebut tentu ada
interaksi dan intimasi yang kuat antara penyembah dan yang disembah. Dalam hal
ini antara Allah sebagai yang disembah dan kita sebagai penyembah. Oleh karena
itu, kita harus mengenal Allah melalui relasi pribadi di dalam dan melalui
Tuhan Yesus Kristus.
Bagi Yesus, kepada siapa kita sembah itu jauh lebih penting
dari pada di mana kita menyembah. Ayat 21-22, Yesus menegaskan bahwa penyembah
yang benar adalah peyembah yang mengenal siapa yang dia sembah. Objek
penyembahan jauh lebih penting dari tempat penyembahan dan pengenalan terhadap
objek pemyembahan itu adalah inti yang sebenarnya.
Beberapa fokus yang salah:
Pertama, Fokus kepada cara atau metode.
Dalam zaman moderan ini, setiap orang percaya tumbuh menjadi
dewasa bersama film dan televisi yang sangat berorientasi pada hiburan. Hasrat
untuk dihibur ini telah mempengaruhi konsep dan pemahaman tentang penyembahan.
Gereja2 berlomba-lomba untuk menciptakan cara/metode untuk membuat orang2 terhibur
seolah2 orang itu telah bertemu Tuhan. Sehingga banyak orang terfokus pada
cara/metode dari pada kepada Tuhan.
Kedua, Fokus kepada manifestasi Roh Kudus.
Dalam penyembahan sering orang mencari suatu pengalaman yang
terpusat pada emosi dan bukannya perjumpaan yang berdasarkan pada kenyataan
dengan Dia yang adalah jalan, kebenaran dan hidup. Yang menjadi fokus adalah
manifestasi Roh dan bukannya berusaha untuk mengenal Dia yang rohNya tinggal di
dalam kehidupan setiap orang. Sebagai makhluk yang berorientasi
visual, dengan mudah menggantikan hal yang pokok dengan simbolisme.
Ketiga, Fokus kepada karunia-karunia.
Fenomena yang terjadi hari2 ini banyak orang percaya yang
mengejar hamba2 yang berkarunia dari mengejar Tuhan. Fokus bukan lagi kepada
Tuhan yang memberikan karunia tetapi kepada karunia, makanya banyak jemaat yang
tidak ada digereja krn ada hamba Tuhan yang berkarunia datang dan mereka harus
mengikuti KKRnya.Tidak salah kita mengikuti KKRnya tapi fokus kita bukan kepada
hamba Tuhannya tetapi kepada TUHAN.
Keempat, Fokus yang benar adalah Hanya kepada Allah saja
Ilustrasi: Penyembahan seperti itu sama seperti pergi ke
pesta ulang tahun dan terpesona pada hiasan-hiasan, menikmati kue dan es krim,
dan ikut serta dalam permainan-permainan, hanya untuk menyadari dalam
perjalanan pulang bahwa mereka bahkan sama sekali tidak berbicara dengan tamu
kehormatan. Penyembahan sejati berfokus pada satu pribadi dan hanya satu
Pribadi saja. Sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus, hanya Allah yang
layak mendapatkan penyembahan. Dialah yang telah menciptakan langit
dan bumi, bulan dan bintang, dan menempatkan mereka di tempatnya
masing-masing.
Dialah yang membangun dan meruntuhkan
kerajaan-kerajaan. Dialah yang dilihat Yesaya “duduk di atas takhta
yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. Para Serafim
berdiri di sebelah atasNya … Dan mereka berseru seorang kepada seorang,
katanya: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh
kemuliaanNya!” (Yesaya 6:1b-3).
Oleh sebab itu, setiap orang percaya harus berhati-hati
menjaga fokus penyembahan agar tetap tertuju kepada Allah saja. Terlalu
gampang untuk jatuh ke dalam perangkap untuk menyembah penyembahan sendiri diri
sendiri. Terlalu gampang untuk meninggikan talenta, kemampuan, atau
pemahaman manusia sampai suatu titik merampas dari Allah penghargaan yang
mestinya diterima oleh namaNya. Paulus katakan, “Yang kukehendaki ialah
mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya,
di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya”.
Baca juga: Meraih Kebahagiaan Melalui Persoalan Kehidupan Part 1.
Baca juga: Meraih Kebahagiaan Melalui Persoalan Kehidupan Part 1.
Post a Comment for "Menjadi Penyembah Yang Benar Part 1"