Menjadi Pribadi Unggul Melalui Badai Kehidupan
Menjadi pribadi unggul melalui badai kehidupan – Tidak semua orang
menyukai badai. Apa lagi bila badai itu menimpa dirinya. Badai selalu
dipersepsikan sebagai jahat, negative dan tidak memberi keuntungan bagi hidup. Tetapi,
suka atau tidak suka, setiap kita cepat atau lambat akan menghadapi
berbagai-bagai masalah, kesulitan bahkan mengalami luka hati dalam hidup. Semua
itu berpotensi untuk menghantam dan melukai hidup kita.
Di tengah badai kehidupan yang menimpa kita, acap kali secara natural
atau alamiah kita akan memberikan respon. Ada yang berespon negative, menyerah,
menyalahkan keadaan, mengkambing-hitamkan orang lain atau bisa mempersalahkan
Tuhan. Tetapi ada juga yang bereaksi positif, optimis, antusias dan percaya
diri serta yakin bahwa badai pasti berlalu. Tentunya kita ingin ada dalam
kelompok orang yang bersikap positif, optimis, antusias, percaya diri dan yakin
bahwa badai sifatnya hanya sementara dan pasti berlalu. Jadi, masing-masing
kita memiliki sikap untuk mengambil tanggung jawab penting atas badai yang
menimpa kita.
Pertanyaan
penting yang patut diajukan ialah: “Bagaimana supaya kita menjadi pribadi yang
unggul melalui badai kehidupan?” Ada beberapa hal yang memungkinkan kita
menjadi pribadi unggul melalui badai kehidupan yang kita hadapi, berdasarkan
Kisah Para Rasul 27, yaitu:
1. Bertahan di tengah badai.
“Kapal
itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami
menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing” – Kisah Para Rasul
27:15. Benar saja! Peringatan Paulus terbukti. Angin badai menerjang kapal itu
dan mengombang-ambingkannya selama beberapa hari – Kisah Para Rasul 27:14-18.
Mereka juga
menghadapi bahay lain. Kedangkalan laut dan kerasnya hempasan gelombang,
membuat daerah itu sangat berbahaya untuk pelayaran – Kisah Para Rasul 27:17.
Bahaya yang semakin besar memaksa mereka membuang sebagian muatan kapal ke laut
– Kisah Para Rasul 27:18-19. Ditambah lagi kesulitan untuk menentukan arah
karena tidak terlihatnya matahari dan bintang selama beberapa hari.
Situasi yang begitu
kritis karena bahaya yang datang silih berganti membuat mereka takut dan putus
asa – Kisah Para Rasul 27:20. Seperti penumpang kapal yang lain, Paulus pun
tampaknya diliputi rasa takut saat itu. Heran? Tidak perlu, karena siapakah
yang tidak akan takut menghadapi badai besar semacam itu? Tentu saja tidak ada
yang salah bila terbit rasa takut akan bahaya yang sedang mengancam kita. Namun,
ingatlah bahwa masih ada harapan, meskipun rasa takut menguasai kita. Begitu pun
dengan Paulus.
Melalui malaikat-Nya,
Tuhan kembali meneguhkan kehendak-Nya dan menyatakan penyertaan-Nya. Paulus tidak
perlu lagi merasa takut karena Tuhan, yang setia dan berdaulat atas alam
semesta, telah mengusir badai dan rasa takut. Situasi buruk itu memang nyata,
tetapi bagi Paulus lebih nyata lagi perlindungan Allah.
Oleh karena itu, ia kemudian
tampil dan menyuarakan pengharapan yang datang dari Allah, bahwa mereka akan
selamat – Kisah Para Rasul 27:21-26. Ia menghimbau mereka untuk tetap tabah dan
percaya bahwa Allah akan melakukan apa yang telah Dia janjikan – Kisah Para
Rasul 27:25.
2. Badai memunculkan kualitas terbaik dari diri kita.
“Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut” – Kisah Para Rasul 27:18. Mengurangi beban yang ditanggung di tengah tekanan badai yang berat merupakan pilihan cerdas yang harus kita lakukan. Badai menajamkan pikiran kita dan memunculkan kualitas diri kita untuk menyingkirkan hal-hal yang tidak penting yang hanya akan menambah masalah. Dengan demikian, badai menolong kita untuk mempertahankan hal-hal yang berkualitas, yang menguntungkan dan yang berdampak positif bagi hidup kita.
“Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut” – Kisah Para Rasul 27:18. Mengurangi beban yang ditanggung di tengah tekanan badai yang berat merupakan pilihan cerdas yang harus kita lakukan. Badai menajamkan pikiran kita dan memunculkan kualitas diri kita untuk menyingkirkan hal-hal yang tidak penting yang hanya akan menambah masalah. Dengan demikian, badai menolong kita untuk mempertahankan hal-hal yang berkualitas, yang menguntungkan dan yang berdampak positif bagi hidup kita.
Badai hidup
yang menimpa kita membantu kita untuk mempertahankan nilai-nilai kehidupan yang
berkenan kepada Tuhan dan menghidupi nilai-nilai itu di tengah badai yang kita
alami. Memang ada orang-orang yang tidak kuat ketika badai menimpa hidupnya,
sehingga ia membuang nilai-nilai hidup beriman kepada Tuhan dan menggantikannya
dengan nilai-nilai dunia ini, nilai-nilai yang ditawarkan oleh dunia ini dan
mengikuti jalan dunia ini. Bagi orang yang demikian, badai bukan membawa dampak
positif, tetapi justru menjauhkan dia dari Tuhan dan kehendaknya.
Ketahuilah dan camkan
ini dengan sungguh-sungguh dalam hatimu bahwa Allah tidak pernah menginginkan
kita untuk melarikan diri dari keadaan kita; sesulit apapun itu. Ia ingin agar kita
belajar, bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan berkenan
kepada-Nya melalui setiap badai yang menimpa kita. Jadi, tetap berada di
tempatmu saat ini karena badai itu akan memunculkan kualitasmu yang selama ini
terpendam.
3. Badai menguatkan penyerahan diri kita
kepada Tuhan.
“Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu,
supaya kamu tetap bertabah hati, sebab
tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku
sembah r sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus!
Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka
semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat
karena engkau. Sebab itu
tabahkanlah hatimu, saudara-saudara!
Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang
dinyatakan kepadaku” – Kisah Para Rasul 27:22-25.
Tuhan tetap memegang
kendali sekalipun kita berada di tengah badai. Ia tidak pernah
meninggalkan Anda dan saya. Mungkin kita merasa Ia tidak hadir ketika kita berada
dalam masa-masa gelap dalam hidup kita, mungkin kita merasa Ia begitu jauh dari
kita. Ketahuilah bahwa Allah senantiasa
bersama kita, bahkan ketika badai menerjang dan Ia akan membantu kita melewati
semua itu. Ia hanya menguji kita apakah kita tetap percaya kepadaNya dalam
masa-masa seperti itu.
Tetap taruh iman dan percaya kita kepada-Nya karena Ia yang memegang kendali atas hidup kita. Sesulit dan sekeras apapun badai hidup yang sedang kita alami, Ia senantiasa menyertai kita dan memberi kekuatan kepada kita supaya kita bisa melewatinya. Dengan demikian, iman dan karakter kita akan terbangun kuat sebagaimana yang Ia kehendaki dalam hidup kita. Ia menjadikan segala sesuatu indah pada waktu-Nya.
Baca juga: HARI SABAT DAN MAKNANYA BAGI KITA.
Post a Comment for "Menjadi Pribadi Unggul Melalui Badai Kehidupan"