Translate

Menerima Upah Melalui Ujian Pelayanan Part 2

Menerima upah melalui ujian pelayanan – Tuhan Yesus bukan saja menyelamatkan kita, tetapi juga mempercayakan pelayanan kepada kita. Dengan kata lain, kita diselamatkan dan dipercayakan untuk melakukan pekerjaan-Nya yang mulia yaitu melalui setiap pelayanan yang kita kerjakan. Setiap pelayanan ada ujiannya.  

Dan setiap ujian menentukan upah yang akan kita peroleh dari Tuhan Yesus. Berkaitan dengan menerima upah melalui ujian pelayanan, Tuhan Yesus memberikan suatu perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14-30. 

Di sini diceritakan tentang perumpamaan talenta yang dipercayakan kepada tiga orang hamba. Hal ini menunjukkan bahwa kita tengah berada dalam keadaan bekerja dan berusaha, seperti perumpamaan sebelumnya yang menunjukkan bahwa kita sedang berada dalam keadaan menanti-nanti. 


Perumpamaan sebelumnya menunjukkan perlunya kita memiliki kebiasaan untuk selalu mempersiapkan diri, sedangkan perumpamaan ini memperlihatkan kerajinan nyata yang harus kita lakukan dalam pekerjaan dan pelayanan kita sekarang ini. Melalui perumpamaan pertama, kita didorong memelihara jiwa kita sebaik mungkin, melalui perumpamaan ini kita menyediakan diri menjadi alat bagi kemuliaan Allah dan kebaikan bagi orang lain.


2. Sikap hamba terhadap kepercayaan yang diberikan.
Berdasarkan penjelasan dalam perumpamaan Tuhan Yesus yang dicatat oleh penulis Injil Matius, ditemukan bahwa ada perbedaan sikap yang diperlihatkan oleh ketiga hamba yang sama-sama menerima kepercayaan dari Tuhan Yesus – Matius 25:16-18.

Pertama, dua dari hamba-hamba itu bekerja dengan baik. (1) Mereka rajin dan setia. Mereka menjalankan uang itu. Mereka menggunakan uang yang dipercayakan kepada mereka dan digunakan sesuai dengan tujuannya. Mereka membeli barang-barang, dan mendapat keuntungan darinya. 

Segera setelah tuan mereka pergi, dengan segera mereka juga pergi untuk menjalankan usaha mereka. Orang-orang yang memiliki banyak pekerjaan untuk dikerjakan, seperti halnya semua orang Kristen, perlu segera mulai bekerja dan tidak membuang-buang waktu. Mereka menjalankan uang itu. Perhatikanlah, seorang Kristen yang sejati juga merupakan seorang pengusaha rohani. 

Kegiatan usaha dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat rahasia, dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita. Kegiatan usaha kita itu adalah usaha untuk membuat suatu produksi; ada sesuatu yang harus dikerjakan dan dibuat di dalam hati kita untuk kebaikan orang lain. Usaha itu adalah semacam usaha dagang, artinya barang-barang yang kurang bernilai bagi kita ditukarkan dengan barang-barang yang lebih bernilai, yaitu barang dagang berupa hikmat – Amsal 3:15; Matius 13:45.


Seorang pengusaha adalah seseorang yang telah menjadikan kegiatan usaha sebagai pilihannya dan bersusah payah mempelajarinya, berusaha keras mengikutinya, mempertaruhkan semua miliknya demi kemajuan usaha, mengesampingkan semua urusan lain demi kelangsungan usaha itu, dan hidup dari keuntungan yang diperoleh dari situ. 

Begitulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang Kristen sejati dalam pekerjaan kehidupan rohaninya. Kita tidak memiliki harta sendiri untuk diusahakan, tetapi menjalankan usaha sebagai pedagang perantara dengan kekayaan Tuhan kita. Karunia-karunia akal budi, yang berupa kemampuan bernalar, mengetahui, belajar, harus digunakan untuk mendukung kehidupan rohani kita. 

Kesenangan dunia ini -- harta benda, nama baik, minat, kekuasaan, kedudukan yang menguntungkan, harus dimanfaatkan untuk kemuliaan Kristus. Ketentuan-ketentuan di dalam Injil, kesempatan kita untuk menjaga nilai-nilainya, Alkitab, para pelayan jemaat, hari-hari Sabat (Minggu), dan sakramen yang ada, harus dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, untuk memelihara persekutuan dengan Allah, sedangkan karunia-karunia dan anugerah Roh harus diuji, dan semua ini kita usahakan dengan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita.

(2) Mereka berhasil. Mereka dapat menggandakan harta mereka, dalam waktu singkat mereka berhasil meraih keuntungan sen demi sen, meraih keuntungan sepersekian bagian dari harta yang dipercayakan. 

Hamba yang memiliki lima talenta segera menghasilkan lima talenta lagi. Berusaha mengembangkan talenta kita tidak selalu sama hasilnya dengan orang lain, tetapi bagaimanapun juga, kita harus berhasil dengan diri kita sendiri – Yesaya 49:4. 

Perhatikanlah, tangan orang rajin membuat dirinya kaya dalam hal anugerah, penghiburan, dan kekayaan melalui perbuatan-perbuatan baik. Jadi, ada keuntungan besar yang akan kita peroleh melalui kerajinan kita dalam menjalankan kehidupan rohani kita. Perhatikan baik-baik, keuntungan yang diperoleh sebanding dengan talenta yang diterima. 

[a] Dari orang-orang yang diberi Allah lima talenta, Ia mengharapkan memperoleh peningkatan sebanyak lima talenta juga. Ia mengharapkan tuaian yang berlimpah ruah di tempat di mana Ia juga telah menabur dalam jumlah yang berlimpah. Semakin banyak karunia yang mereka miliki, semakin banyak susah payah mereka harus gandakan karena begitu banyaknya harta yang harus dikelola. 

[b] Dari orang-orang yang hanya diberi dua talenta, Ia juga hanya mengharapkan peningkatan sebanyak dua talenta. Hal ini bisa mendorong orang-orang yang digunakan dalam tugas yang lebih rendah dan kecil. Jika mereka sungguh-sungguh berusaha, bekerja sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan dan kesempatan mereka, mereka juga akan diterima, meskipun hasil mereka tidak sebaik orang-orang lain.

 
Kedua, hamba yang ketiga melakukan kesalahan – Matius 25:18. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Meskipun perumpamaan ini hanya menunjukkan satu dari tiga orang yang tidak setia, namun sejarah yang menjawab perumpamaan ini menunjukkan kepada kita bahwa yang terjadi justru dalam angka perbandingan yang sebaliknya. 

Tatkala sepuluh orang kusta semuanya telah menjadi tahir, sembilan dari sepuluh menyembunyikan talenta mereka, dan hanya satu orang yang kembali untuk memuliakan Allah – Lukas 17:17-18.

Hamba yang tidak setia itu adalah orang yang hanya mendapat satu talenta itu. Tidak disangsikan lagi bahwa banyak orang telah menerima lima talenta dan ternyata menyembunyikan semuanya. Mereka memiliki kesanggupan yang banyak, peluang yang banyak, namun sama sekali tidak mereka manfaatkan.

Tetapi, Kristus menyindir kita: (1) Kalau orang yang hanya menerima satu talenta itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan menyembunyikan satu talenta itu di dalam tanah, terlebih lagi mereka yang memiliki lebih banyak, namun menyembunyikannya di dalam tanah, pasti kesalahan akan lebih banyak diperhitungkan lagi kepadanya. 

Kalau orang yang hanya memiliki kemampuan kecil akan dilemparkan ke dalam kegelapan yang paling gelap karena tidak meningkatkan apa yang seharusnya dapat ia lakukan, betapa lebih beratnya hukuman yang dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak keuntungan-keuntungan yang terbesar itu? 

(2) Bahwa mereka yang hanya dapat melakukan sedikit bagi Allah sering kali hanya melakukan sedikit saja daripada yang seharusnya dapat mereka lakukan. Sebagian orang suka menutupi kemalasan mereka dengan banyak alasan. Ada yang mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kesempatan seperti yang dimiliki orang lain untuk melayani Allah. 

Ada lagi yang merasa tidak memiliki sarana untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Mereka tidak mau melakukan apa yang kita yakin mereka bisa lakukan. Sebaliknya, mereka malah duduk berpangku tangan dan tidak berbuat apa-apa. Benar-benar kemalasan yang menjengkelkan, karena bukannya menjaga satu-satunya talenta yang mereka miliki itu, mereka malah mengabaikannya.

Karena takut dicuri, ia pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Ia tidak memboroskan atau menyalahgunakannya, juga tidak menggelapkan atau menghambur-hamburkannya, melainkan menyembunyikan uang itu. Uang itu seperti pupuk (begitu yang biasa dikatakan oleh Lord Bacon). 

Pupuk yang hanya ditimbun saja tidak akan ada manfaatnya. Agar bermanfaat pupuk itu harus ditabur. Namun, ada suatu kemalangan yang sering kita lihat di bawah matahari, harta yang dikumpulkan – Yakobus 5:3; Pengkhotbah 6:1-2 – yang tidak mendatangkan manfaat bagi siapa pun. 

Begitu juga halnya dengan karunia-karunia rohani. Banyak orang memiliki karunia rohani, namun tidak memanfaatkannya sesuai maksud pemberian karunia itu kepada mereka.

Mereka memiliki harta benda, namun tidak menggunakannya untuk pekerjaan kesalehan dan karya cinta kasih. Mereka memiliki kekuasaan dan kepentingan, namun tidak menggunakannya untuk memberitakan Injil di tempat mereka tinggal. 

Para pelayan jemaat yang memiliki kemampuan dan peluang untuk melakukan perbuatan baik, tetapi tidak mendorong keluar karunia yang ada di dalam diri mereka, adalah hamba-hamba yang jahat dan malas yang lebih mencari keuntungan bagi diri sendiri dan bukannya bagi Kristus.

Ia menyembunyikan uang tuannya. Seandainya uang itu adalah miliknya sendiri, tentu ia boleh memakainya sesuka hatinya. Akan tetapi, apa pun kemampuan dan keunggulan yang kita miliki, semua itu bukan milik kita. 

Kita hanyalah pekerja belaka, dan harus mempertanggungjawabkan semuanya kepada Tuhan kita yang memiliki semua harta itu. Kemalasannya itu sungguh menjengkelkan; kesibukan, keberhasilan, dan semangat rekan-rekannya itu seharusnya memacu dia untuk berusaha. Bila orang-orang lain sedang giat, akankah kita menganggur saja?

Post a Comment for "Menerima Upah Melalui Ujian Pelayanan Part 2"