Cara Menghadapi Penderitaan Dalam Hidup
Cara menghadapi penderitaan dalam hidup – Pada umumnya tidak ada
seorang pun yang dapat mengetahui kapan penderitaan akan menimpa dirinya. Dengan
demikian, setiap orang berpotensi akan mengalami penderitaan dalam hidupnya. Oleh
sebab itu, cara menghadapi penderitaan dalam hidup merupakan langkah yang harus diambil oleh setiap
orang.
Keuntungan yang bisa kita peroleh bila kita siap menghadapi penderitaan ialah bahwa dampak dari penderitaan itu tidak dapat melemahkan hidup kita. Hal tersebut merupakan salah satu manfaat positif bagi hidup kita. Tuhan Yesus adalah satu Pribadi yang tahu persis cara menghadapi penderitaan dalam hidup. Dan kita akan belajar dari Tuhan Yesus tentang bagaimana menghadapi penderitaan sebelum penderitaan itu menimpa diri kita.
Keuntungan yang bisa kita peroleh bila kita siap menghadapi penderitaan ialah bahwa dampak dari penderitaan itu tidak dapat melemahkan hidup kita. Hal tersebut merupakan salah satu manfaat positif bagi hidup kita. Tuhan Yesus adalah satu Pribadi yang tahu persis cara menghadapi penderitaan dalam hidup. Dan kita akan belajar dari Tuhan Yesus tentang bagaimana menghadapi penderitaan sebelum penderitaan itu menimpa diri kita.
1. Doa taman yang tepat untuk menghadapi penderitaan.
Getsemani adalah taman yang
tepat bagi Yesus untuk mempersiapkan diri menghadapi penderitaan. Nama tempat
itu berarti torculus olei -- pengirikan (penggilingan) buah zaitun,
sebuah tempat pemerasan buah zaitun, mirip tempat pemerasan anggur, yaitu
tempat di mana mereka mengirik (dengan menginjak-nginjak) buah zaitun – Mikha 6:15.
Jadi, terletak di kaki Bukit
Zaitun itu, tempat ini memang tepat sekali untuk dipakai sebagai pengirikan. Di
sanalah Tuhan kita Yesus memulai penderitaan-Nya. Di sanalah Tuhan berkenan
menghajar dan meremukkan-Nya, sehingga minyak baru dapat mengalir dari-Nya ke
atas orang-orang percaya, supaya kita boleh ambil bagian dalam pokok dan minyak Buah
Zaitun yang baik itu. Di sanalah Ia mengirik anggur murka Bapa-Nya,
dan Dia melakukannya sendirian.
Di taman Getsemani, Tuhan
Yesus mempersiapkan diri untuk menghadapi penderitaan yang maha dahsyat. Di taman
Getsemani Tuhan Yesus berdoa, berserah secara total kepada rencana dan kehendak
Bapa-Nya. Di taman Doa, Tuhan Yesus mempersembahkan diri-Nya untuk menderita
demi kasih-Nya kepada kita dan demi keselamatan kita. Di taman doa jugalah
menjadi tempat bagi kita untuk mempersiapkan diri menghadapi penderitaan.
2.
Bangun tim doa yang kuat.
Tuhan Yesus membawa semua
murid-Nya ke taman tersebut, kecuali Yudas, yang saat itu tampaknya sedang
sibuk. Meskipun hari telah larut dan sudah waktunya untuk terlelap, mereka
tetap bersama-sama dengan Dia, berjalan diterangi sinar rembulan. Sebagaimana
Elisa yang begitu mengetahui bahwa gurunya sebentar lagi akan diambil dari
padanya, segera bertekad bahwa dia tidak akan meninggalkannya, meskipun
Elia membawanya berputar-putar, begitu pula mereka mengikuti Sang Domba, ke
mana pun Dia pergi.
Tuhan Yesus membawa Petrus,
Yakobus, dan Yohanes bersama-Nya sampai ke ujung taman di mana Dia merasakan
kesengsaraan yang amat sangat. Dia menyuruh yang lainnya tinggal di tempat yang
lebih jauh, mungkin di dekat gerbang taman, dengan sebuah pesan, Duduklah
di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa, seperti pesan Abraham
kepada kedua bujangnya – Kejadian 22:5: “Tinggallah kamu di sini, dan aku akan pergi
ke sana dan sembahyang”.
Baca juga: DIBERKATI UNTUK MENJADI BERKAT.
Baca juga: DIBERKATI UNTUK MENJADI BERKAT.
Tuhan Yesus pergi untuk
berdoa seorang diri, meskipun sebelumnya Dia sering berdoa bersama
murid-murid-Nya – Yohanes 17:1. Perhatikan, doa yang kita lakukan bersama
keluarga tidak boleh dijadikan alasan bahwa kita tidak perlu lagi bersaat teduh
sendirian. Tuhan Yesus membawa serta ketiga orang itu karena sebelumnya mereka
telah menjadi saksi kemuliaan-Nya ketika Dia berubah rupa – Yohanes 17:1-2. Pengalaman
tersebut akan membuat mereka siap untuk menjadi saksi kesengsaraan-Nya kini.
Perhatikan, mereka yang karena iman telah melihat kemuliaan-Nya, dan telah
berbicara dengan orang-orang suci yang dimuliakan di atas gunung yang kudus,
akan menjadi yang paling siap untuk menderita bersama-sama dengan Kristus.
Menghadapi penderitaan,
penting bagi kita untuk ada dalam sebuah komunitas yang kehidupan doanya sangat
kuat. Pada saat kita memiliki tim doa yang kuat, maka hal itu akan memberi
kekuatan rohani bagi kita untuk siap menghadapi penderitaan. Bangunlah tim doa
yang kuat, karena dengan demikian kita pasti siap menghadapi penderitaan.
3.
Berserah kepada kehendak Tuhan.
Kesengsaraan yang sedang Ia
alami, maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar. Yang dialami-Nya
itu disebut ketakutan yang sangat besar – Lukas 22:44, sebuah pertentangan. Apa
yang dialami-Nya bukanlah rasa sakit atau siksaan badan karena sesungguhnya
tidak ada yang melukai Dia saat itu. Akan tetapi, apa pun yang membuatnya
tersiksa berasal dari dalam diri-Nya sendiri. Dia sangat terharu – Yohanes 11:33.
Kata yang dipakai di sini sangat tegas, Dia mulai lupeisthai kai
adēmonein -- merasa sedih, Dia ada dalam kepiluan. Kata yang
terakhir menggambarkan kesedihan yang teramat sangat sampai-sampai orang yang
mengalaminya tidak pantas dan tidak ingin ditemani. Sepertinya ada beban berat
yang menggelayuti roh-Nya. Para dokter memiliki istilah yang serupa dengan kata
itu, untuk menyebut gangguan kesehatan yang dialami seseorang sewaktu mulai
menggigil karena demam.
Kini Mazmur 22:15 telah
digenapi,”Seperti air aku tercurah, hatiku menjadi seperti lilin, hancur
luluh di dalam dadaku; juga bagian-bagian lain dalam Kitab Mazmur
ketika Daud mengeluhkan kesedihan jiwanya, serta keluh kesah Yunus – Yunus 2:4-5. Apa yang menjadi penyebab
semua itu? Apa yang membuat perasaan-Nya begitu menderita? Tentu saja bukan disebabkan
oleh rasa putus asa atau hilangnya kepercayaan, apalagi pertentangan atau
perlawanan terhadap Bapa-Nya. Seperti Bapa mengasihi-Nya karena Dia menyerahkan
nyawa-Nya sendiri bagi domba-domba-Nya, demikian juga Ia sepenuhnya berserah
pada kehendak Bapa-Nya dalam hal itu.
Tuhan Yesus sedang
dihadapkan pada kuasa kegelapan, seperti yang dikatakan-Nya sendiri – Lukas 22:53, Inilah
saatmu, dan inilah kuasa kegelapan itu, dan Ia baru saja mengatakannya –
Yohanes 14:30-31, "Penguasa dunia ini datang. Aku melihat dia
mengumpulkan pasukannya dan bersiap untuk menyerang secara besar-besaran. Akan
tetapi ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tidak ada sekutu
di pihaknya, dan tidak ada sedikit pun yang bisa menguasai-Nya.
Baca juga: MILIKI TUJUAN HIDUP YANG PASTI.
Baca juga: MILIKI TUJUAN HIDUP YANG PASTI.
Karena itulah, meskipun ganas,
usaha-usaha yang dilancarkannya tidak akan membawa hasil. Akan tetapi, seperti
yang telah Bapa perintahkan kepada-Ku, itulah yang akan Kulakukan.
Apa pun yang terjadi, aku tetap harus bergelut melawannya. Perang harus
dilakukan, dan karena itu, bangunlah, marilah kita pergi. Marilah
kita bergegas ke medan pertempuran dan menghadapi musuh." Kini saatnya
Mikhael harus perang satu lawan satu melawan si naga.Sekarang berlangsung
penghakiman atas dunia ini. Perkara yang besar segera akan ditetapkan, dan
pertarungan yang menentukan akan segera berlangsung, lalu penguasa
dunia ini akan dikalahkan dan dilemparkan ke luar – Yohanes 12:31.
Kristus, saat Ia mengerjakan keselamatan, digambarkan sebagai seorang pemenang
yang merebut kota – Yesaya 59:16-18.
Kini Dia tengah menanggung
kejahatan kita, yang dibebankan Allah kepada-Nya. Dengan kesedihan dan
keterkesimaan-Nya, Dia pun bersiap menjalankannya. Penderitaan yang Dia alami
adalah demi dosa kita, dan Ia tahu bahwa Dia harus menanggungnya. Sebagaimana
kita harus menyesali dosa-dosa kita, begitu pula Dia berduka untuk semua dosa
kita. Tibalah kini, di lembah Yosafat, di mana Kristus berada
sekarang, Allah mengumpulkan segala bangsa dan berperkara
dengan mereka melalui Anak-Nya – Yoel 3:2, 12. Dia tahu betapa jahatnya
dosa-dosa yang dibebankan kepada-Nya, betapa itu mengguncangkan hati Allah, dan
betapa mengerikannya bagi kehancuran manusia. Semua itu dibentangkan
lebar-lebar di hadapan-Nya untuk Ia tanggung. Dia pun merasa amat sedih
dan gentar. Kini kesalahan-kesalahan itu mengejar-Nya sehingga
Dia tidak sanggup melihat, seperti ada yang tertulis mengenai
Dia – Mazmur 40:8, 13.
Tuhan Yesus sudah dapat
melihat dengan jelas dan sepenuh-penuhnya segala penderitaan yang akan segera
Ia hadapi. Dia telah dapat melihat pengkhianatan Yudas, penyangkalan Petrus,
kekejian orang Yahudi dan sikap mereka yang tidak tahu berterima kasih. Dia
tahu bahwa dalam hitungan beberapa jam ke depan, Dia akan dicambuk, diludahi,
dimahkotai duri, dan dipakukan pada kayu salib. Kematian dalam wujudnya yang
paling mengerikan dan dalam wujudnya yang teramat dahsyat itu, dengan segala
terornya, kini menatap mata-Nya secara langsung, dan ini membuat-Nya amat
sedih, terutama karena hal itu adalah upah dari dosa kita, yang harus dilunasi-Nya. Para martir yang telah
menderita bagi Kristus menghadapi siksaan besar dan kematian yang mengerikan,
tetapi tanpa kesedihan atau keterpanaan seperti yang Yesus rasakan saat itu.
Mereka menyebut penjara sebagai kebun buah yang indah, dan menganggap lautan
api sebagai hamparan bunga mawar yang megah.
Tetapi Tuhan Yesus tidak
memiliki penghiburan seperti itu. Artinya, Ia sendiri memang menampiknya, dan jiwa-Nya
menolak untuk dihiburkan, bukan karena amarah, melainkan demi keadilan
untuk apa yang dilakukan-Nya. Kegembiraan para martir dalam memikul salib
mereka adalah karena adanya sokongan dari sorga, yang kini dijauhkan dari Tuhan
Yesus. Sifat penderitaan-Nya berbeda dengan yang dialami oleh mereka. Saat
Rasul Paulus akan dipersembahkan sebagai korban untuk melayani orang-orang
kudus, Ia dapat bersuka dan bergembira bersama-sama dengan mereka semua.
Akan tetapi, dijadikan korban penebusan dosa itu sendiri tentu amat berbeda
dengan hal itu. Dalam salib yang dipikul oleh para orang kudus tersebut, ada
berkat yang nyata, yang membuat mereka bersuka karenanya, tetapi dalam salib
Kristus hanya ada kutukan yang membuat Ia sangat sedih dan gentar. Kesedihan Kristus
dalam memikul salib itulah yang meletakkan dasar sukacita bagi para orang
kudus.
Baca juga: KERAJAAN SORGA MENURUT ALKITAB.
Baca juga: KERAJAAN SORGA MENURUT ALKITAB.
Post a Comment for "Cara Menghadapi Penderitaan Dalam Hidup"