Cara Mengalami Pemulihan Relasi Yang Rusak
Dalam kondisi semacam itu, tentu kita ingin mendapatkan cara mengalami pemulihan relasi yang rusak dengan sesama. Tuhan Yesus dalam khotbah-Nya dibukit menjelaskan tentang relasi satu orang dengan yang lainnya. Tuhan Yesus tahu bahwa dalam interaksi antar sesama pasti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Interaksi antar sesama berpotensi untuk terjadinya sebuah konflik. Itu sebabnya Tuhan Yesus menjelaskan bahwa bila hal itu terjadi, maka ada cara mengalami pemulihan relasi yang rusak dengan sesama.
Tuhan Yesus menjelaskan caranya yaitu demikian: “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara” – Matius 5:24-25.
Pertanyaan penting yang harus diajukan untuk
direnungkan ialah: “Bagaimana cara mengalami pemulihan relasi yang rusak dengan
sesama?” Berikut beberapa cara mengalami pemulihan relasi dengan sesama, yaitu:
1. Berkomunikasi dengan diri anda sendiri.
Hal ini menjadi jembatan awal sebelum kita berbicara dengan orang yang
dilukai oleh kita atau yang melukai kita. Cara ini juga menjadi jalan
keberanian bagi kita untuk mengungkapkan secara terbuka kepada Tuhan tentang
perasaan-perasaan kita. Tujuannya adalah untuk mengontrol, mensinergikan dan
mengharmonisasi alam pikiran, alam emosi, alam kehendak dan alam perilaku kita.
Kemampuan dan kualitas untuk berkomunikasi dengan diri sendiri sangat ditentukan oleh: pertama, pengenalan kita akan Tuhan; kedua, pengenalan kita terhadap diri sendiri. Raja Daud merupakan pribadi yang sangat memahami betapa pentingnya ia harus berkomunikasi dengan dirinya ketika mengalami pergumulan dalam hidupnya. Raja Daud menulis dalam mazmurnya tentang bagaimana ia berkomunikasi dengan ritinya demikian: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” – Mazmur 42:6.
Kemampuan dan kualitas untuk berkomunikasi dengan diri sendiri sangat ditentukan oleh: pertama, pengenalan kita akan Tuhan; kedua, pengenalan kita terhadap diri sendiri. Raja Daud merupakan pribadi yang sangat memahami betapa pentingnya ia harus berkomunikasi dengan dirinya ketika mengalami pergumulan dalam hidupnya. Raja Daud menulis dalam mazmurnya tentang bagaimana ia berkomunikasi dengan ritinya demikian: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” – Mazmur 42:6.
2. Mengenali bahasa tubuh sendiri.
Setiap kali ada masalah, pastinya emosi kita mengalami perubahan.
Perubahan emosi dalam diri kita cenderung ke arah yang negatif. Reaksi emosi
negatif ini bisa dirasakan oleh tubuh kita. Seperti tubuh menjadi lemah, letih,
tidak bisa tidur, gangguan pencernaan dan semua reaksi tubuh lainnya. Oleh
sebab itu sangat penting bagi kita untuk mengenal reaksi tubuh kita dan
berusaha untuk mengatasinya.
Buanglah semua reaksi tubuh yang negatif. Jangan biarkan itu. Dengan cara demikian, kita akan melihat peristiwa atau melihat orang yang kita sakiti atau orang yang melukai kita dengan cara berpikir yang positif. Raja Salomo sangat paham tentang reaksi-reaksi dan bahasa-bahasa tubuh.
Raja Salomo sangat sensitive dengan bahasa tubuhnya. Itu sebabnya Salomo dalam Amsalnya menulis demikian: “Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat” – Amsal 15:13. Lebih lanjut raja Salomo menulis demikian: “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” – Amsal 17:22.
Buanglah semua reaksi tubuh yang negatif. Jangan biarkan itu. Dengan cara demikian, kita akan melihat peristiwa atau melihat orang yang kita sakiti atau orang yang melukai kita dengan cara berpikir yang positif. Raja Salomo sangat paham tentang reaksi-reaksi dan bahasa-bahasa tubuh.
Raja Salomo sangat sensitive dengan bahasa tubuhnya. Itu sebabnya Salomo dalam Amsalnya menulis demikian: “Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat” – Amsal 15:13. Lebih lanjut raja Salomo menulis demikian: “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” – Amsal 17:22.
3. Pikirkan hal yang baik dari orang yang
melukai kita.
Sebagian besar masalah emosi negatif kita disebabkan oleh cara berpikir
yang salah terhadap suatu peristiwa atau seseorang yang melukai hati kita.
Firman Tuhan mengatakan: "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" - Filipi 4:8.
Oleh sebab itu, supaya kita bisa memulihkan hubungan yang rusak dengan sesama kita, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan: pertama, mencari dan memiliki paradigma baru tentang masalah; kedua, lihat hal baik di balik setiap kejadian buruk; ketiga, lihat hal yang baik dalam diri orang yang sedang konflik dengan kita.
Firman Tuhan mengatakan: "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" - Filipi 4:8.
Oleh sebab itu, supaya kita bisa memulihkan hubungan yang rusak dengan sesama kita, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan: pertama, mencari dan memiliki paradigma baru tentang masalah; kedua, lihat hal baik di balik setiap kejadian buruk; ketiga, lihat hal yang baik dalam diri orang yang sedang konflik dengan kita.
4. Hadapi masalah dan bukan menghindarinya.
Masalah bukan untuk dihindari tapi untuk dihadapi dan diatasi serta
diselesaikan. Kalau kita terju ke sungai yang berarus kuat dan kemudian kita
hanyut, apakah kita memilih untuk melawan arus atau mengikuti arus? Kalau lawan
arus, tenaga kita bisa habis. Kalau ikut arus tenaga kita bisa lebih hemat.
Di tengah jalan mungkin kita bisa mendapat ranting yang bisa membawa kita ke tepi. Sejalan dengan ilustrasi ini, kita ingat bahwa dalam masalah hidup seberat apapun janganlah kita lari darinya. Karena kita tahu Allah turut bekerja bersama kita untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.
Tentang hal itu rasul Paulus menulis dalam suratnya kepada jemaat di kota Roma demikian: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” – Roma 8:28.
Di tengah jalan mungkin kita bisa mendapat ranting yang bisa membawa kita ke tepi. Sejalan dengan ilustrasi ini, kita ingat bahwa dalam masalah hidup seberat apapun janganlah kita lari darinya. Karena kita tahu Allah turut bekerja bersama kita untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.
Tentang hal itu rasul Paulus menulis dalam suratnya kepada jemaat di kota Roma demikian: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” – Roma 8:28.
Permasalahan yang terjadi dalam hidup kita, menurut Tuhan ialah
permasalahan biasa yang tidak melampaui kekuatan kita. Oleh karena itu, yang
harus dilakukan ialah hadapilah masalah itu karena ada janji dari Tuhan bahwa
kita bisa mengatasinya.
Dan seandainya pun sulit, Allah sendiri yang akan membantu kita untuk menemukan jawabannya. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di kota Korintus menulis tentang hal itu demikian: “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” – 1 Korintus 10:13.
Dan seandainya pun sulit, Allah sendiri yang akan membantu kita untuk menemukan jawabannya. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di kota Korintus menulis tentang hal itu demikian: “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” – 1 Korintus 10:13.
5. Bertekad mengampuni saat disakiti.
Salah satu ujian yang harus kita hadapi setiap hari adalah mau
mengampuni atau tidak.Mengapuni itu suatu pilihan. Kalau kita disakiti oleh
seseorang, kita harus memilih salah satu sikap mengampuni atau tidak. Kalau
kita tidak memilih untuk mengampuni Iblis akan menggunakan kesempatan untuk memprovokasi
kita dengan perasaan negatif yang membuat kita tidak nyaman.
Oleh sebab itu ambil keputusan untuk mengampuni, sebagaimana Tuhan sudah mengampuni kita. "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni” – Lukas 6:37.
Oleh sebab itu ambil keputusan untuk mengampuni, sebagaimana Tuhan sudah mengampuni kita. "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni” – Lukas 6:37.
6. Masalah bukan untuk diratapi, tetapi
dirayakan.
Terkadang saat kita diperhadapkan dengan masalah, kita mulai kecil hati,
meratapi dan mengisolasi diri. Menyesali diri dan meratapi sambil berkata
malangnya nasibku. Sikap semacam itu tidak akan menyelesaikan masalah. Sebagai orang
percaya, hal yang harus dilakukan ialah bangkit dan memandang Tuhan serta
bersama Dia kita selesaikan masalah. Mulailah belajar untuk bersyukur atas
setiap permasalahan yang ada dalam hidup kita karena dengan hal itu artinya
kita sedang hidup.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di kota Filipi menulis
demikian: “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki
Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu" - 1 Tesalonika 5:18. Allah
menghendaki bahwa kita yang sudah ada di dalam Tuhan Yesus haruslah memiliki
kehidupan yang selalu bersyukur karena cara demikian membuat kita semakin
mantap di dalam Tuhan. Semakin dewasa menyikapi segala sesuatu di kehidupan
kita.
Baca juga: DOSA YANG TIDAK DAPAT DIAMPUNI OLEH ALLAH.
Baca juga: DOSA YANG TIDAK DAPAT DIAMPUNI OLEH ALLAH.
Post a Comment for "Cara Mengalami Pemulihan Relasi Yang Rusak"