Translate

Pemulihan Fungsi Gereja Kepada Esensinya

Pemulihan fungsi gereja kepada esensinya – Kita tahu firman Tuhan berkata bahwa sebelum kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, segala sesuatu harus dipulihkan terlebih dahulu. Laki-laki dan perempuan sebagai pribadi-pribadi, keluarga sebagai unit dasar masyarakat, dan segala sesuatu harus dipulihkan. 

Namun, pernahkah kita berpikir apa sebenarnya tujuan dari pemulihan fungsi gereja kepada esensinya itu? Apakah sekedar supaya setiap hal-hal tersebut di atas pulih dan menjadi baik-baik saja? Tentu terlalu sederhana jika kita memandang pemulihan fungsi gereja hanya demikian. Pemulihan fungsi gereja kepada esensinya harus lebih dari itu.

Kitab Wahyu diakhiri dengan terwujudnya kota Yerusalem Baru. Yerusalem Baru adalah kumpulan rumah-rumah yang telah selesai dibangun. Ini berarti, pemulihan segala sesuatu terus bergerak ke satu arah yang jelas, yaitu pemulihan fungsi gereja.


Gereja adalah komunitas-komunitas dasar yang menjadi tempat kediaman Tuhan, yang akan menjadi pusat solusi bagi bangsa-bangsa – Yesaya 2:2-3. Kita sebagai gereja akhir zaman harus menyadari ke mana Tuhan hendak bergerak. Jadi, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk bergerak bersama-sama seiring dengan arah gerakan Tuhan.

Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Dalam hal apa pemulihan fungsi gereja kepada esensinya itu?” Pemulihan fungsi gereja kepada esensinya meliputi beberapa hal, yaitu:

1. Gereja menjadi tempat Allah Tritunggal bertahta dan berdiam.
Penulis kitab Yesaya menulis demikian: “Firman yang dinyatakan kepada Yesaya bin Amos tentang Yehuda dan Yerusalem. Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah Tuhan akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana” – Yesaya 2:1-2.

Allah ingin memberitahukan kepada umat-Nya di Yehuda dan Yerusalem, bahwa Ia bertahta dan berdiam di dalam Bait Suci serta Ia bertahta dan berdiam di dalam dan di antara umat-Nya. Tetapi ketika umat Yehuda dan Yerusalem melupakan hal tersebut, maka mereka mengalami kemerosotan moral dan perzinahan rohani.

Sebagai Gereja, kita juga diberitahu bahwa Allah ingin bertahta dan berdiam di dalam Bait Suci serta Ia bertahta dan berdiam di dalam dan di antara umat-Nya. Inilah rumah Tuhan, Gereja Tuhan tempat Dia hadir dan bersemayam. 

Perhatikan bahwa begitu gereja mula-mula melupakan hal itu, gereja pun mengalami kemunduran. Gereja bukan lagi sebagai komunitas orang-orang percaya, tetapi berubah menjadi gedung, institusi, denominasi, bahkan gereja berubah bentuk menjadi hiburan/tontoan belaka (entertainment).

Jadi esensi pertama dari gereja adalah komunitas orang-orang percaya, tempat di aman Allah hadir dan tinggal di antara umat-Nya. Nabi Zefanya menegaskan hal itu demikian:TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai, seperti pada hari pertemua raya”. “Aku akan mengangkat malapetaka dari padamu, sehingga oleh karenanya engkau tidak lagi menanggung cela” – Zefanya 3:17-18.

2. Gereja menjadi tempat kesukaan bagi segala bangsa.
Penulis kitab Yesaya menulis demikian: “Dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: “Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman Tuhan dari Yerusalem” – Yesaya 2:3

Gereja menjadi kesukaan bagi segala bangsa karena hidup gereja sudah ditebus oleh Allah melalui pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Ada buah-buah roh yang tumbuh dan berkembang secara signifikan di dalam gereja. Tentang buah roh, rasul Paulus menulis demikian: 

“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri...” – Galatia 5:22-23. Hidup Kristus termanifestasi secara utuh dan penuh di dalam hidup gereja. 

Tuhan Yesus Kristus menjadi pusat-central dari hidup gereja. Apa yang menjadi pusat perhimpuan dan ibadah kita/ Apakah acara yang dinamis, khotbah, pengajaran, atau liturgy yang teratur? Itu semua baik dan tidak salah. 

Tetapi hal-hal itu tidak mampu membawa kita ke dalam keintiman dengan Allah. Keintiman dengan Allah adalah pengenalan kita akan Dia. Pengenalan kita akan Allah terjadi melalui keintiman dan interaksi kita dengan firman-Nya dalam tuntunan Roh Kudus.

3. Gereja menjadi tempat damai dan terang bagi bangsa-bangsa.
Penulis kitab Yesaya menulis demikian: “Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang. Hai kaum keturunan Yakub, mari kita berjalan di dalam terang TUHAN!” – Yesaya 2:4-5

Ketika gereja berfungsi sebagai tempat damai dan terang, maka hal itu akan terimpartasi kepada bangsa-bangsa lain. Di sinilah akan tercipta kehidupan dunia yang penuh damai. Gereja menghadirkan hadirat Allah di antara bangsa-bangsa, maka terciptalah perdamaian.

Baca juga: BAGAIMAN MENJADI AYAH YANG BAIK?.

Post a Comment for "Pemulihan Fungsi Gereja Kepada Esensinya"