Bagaimana Menjadi Ayah Yang Baik?
Menjadi
ayah yang baik – Sebagai orangtua, apakah yang paling
dibutuhkan oleh anak kita? Ayah yang
baik dan menjadi teladan. Ya,
anak-anak kita membutuhkan ayah yang baik dan menjadi teladan hidup dari kita. Materi
dan kebutuhan financial tentu mereka butuhkan, tapi tanpa teladan hidup yang
baik apakah yang kita wariskan pada anak-anak kita?
Bagaimana menjadi ayah yang baik? Mungkin ini menjadi pertanyaan kita sebagai seorang ayah. Kita berharap supaya hidup dan peran kita menjadi inspirasi bagi anak-anak kita. Terlebih selama kita hidup boleh menjadi ayah yang baik dan menjadi teladan bagi anak-anak kita.
Bagaimana menjadi ayah yang baik? Mungkin ini menjadi pertanyaan kita sebagai seorang ayah. Kita berharap supaya hidup dan peran kita menjadi inspirasi bagi anak-anak kita. Terlebih selama kita hidup boleh menjadi ayah yang baik dan menjadi teladan bagi anak-anak kita.
1.
Jadilah pencipta atmosfer yang baik.
Seorang anak pernah bilang
begini kepada ibunya: “Kehadiran papa itu menimbulkan atmosfer
yang lain”. Lanjutnya lagi kepada ibunya: “Kalau papa capai, atmosfernya
nggak begitu enak. Soalnya papa pulang dengan diam dan langusng tidur. Aku merasa
papa seperti marah. Tapi kalau papa sedang tidak capai, ... nah, itu paling
menyenangkan”.
Apa yang diharapkan seorang
anak dari ayahnya? Contoh hidup dan bagaimana berperilaku! Anak-anak tahu,
banyak hal dalam hidup ini yang membingungkan mereka. Karena itu, anak-anak
ingin ada orang dewasa yang memberitahu bagaimana menghadapi masalah dengan
teman, misalnya. Atau apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kemarahan,
kesedihan, konflik. Anak-anak akan melihat itu dari cara ayah mereka bersikap,
baik kepada mereka, kepada ibunya, dan kepada orang lain di sekeliling mereka.
Ketika ayah hadir di rumah,
seisi rumah merasa nyaman. Ada papa! Ada yang dimintai pertolongan di saat
perlu. Anak-anak tahu ada yang membela, ada tempat bertanya. Anak-anak merasa,
dia dihargai dan diperhatikan karena ayahnya mau bermain bersama dia, ngobrol,
duduk-duduk dan diskusi dengna dia. “Saya merasa dia bangga pada keluarganya, pada
ibu dan kami” kata anak ini dalam hatinya.
2.
Ayub: ayah yang baik dan menjadi teladan.
Kitab Ayub mencatat
bagaimana Ayub menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya. Ia tidak hanya dikenal
sebagai teladan bagi keluarganya tapi juga bagi tetangganya dan
sahabat-sahabatnya. Ayub punya tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan
yang sudah dewasa. Ia juga kaya secara materi, bahkan orang terkaya di dunia
timur pada saat itu.
Sebagai ayah, Ayub tidaklah
sempurna, tapi dia sudah berusaha menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya. Beberapa
teladan yang bisa kita pelajari dari Ayub untuk menjadi ayah yang baik bagi
anak-anak kita.
Pertama, Ayub saleh, jujur,
menghormati Allah dan menjauhi kejahatan. Itulah yang dicatat
pertama kali tentang Ayub dalam Alkitab. Anak-anaknya melihat bagaimana ayah mereka
memberi korban persembahan dan menguduskan keluarganya sehabis mereka berpesta.
Ayub tidak mau anak-anaknya berdosa kepada Tuhan. Karena itu, sebagai ayah, yang dilakukan Ayub adalah memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa anak-anaknya. Teladan dalam kehidupan spiritual dan ibadah adalah hal yang disaksikan anak-anak Ayub dalam diri ayah mereka.
Ayub tidak mau anak-anaknya berdosa kepada Tuhan. Karena itu, sebagai ayah, yang dilakukan Ayub adalah memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa anak-anaknya. Teladan dalam kehidupan spiritual dan ibadah adalah hal yang disaksikan anak-anak Ayub dalam diri ayah mereka.
Kedua, Ayub pekerja keras. Hal
kedua yang dicatat dalam Alkitab tentang Ayub ialah ia seorang yang bekerja
keras. Buah dari kerja kerasnya, ia menjadi orang sukses. Kita tidak tahu
apakah kekayaan Ayub merupakan warisan leluhurnya atau tidak. Kalau pun itu
warisan, Ayub berhasil melipat-gandakan hartanya.
Dia dikenal sebagai pengusaha yang sukses dan kaya. Itu tidak mungkin terjadi akalu Ayub hidup dengan santai saja. Anak-anaknya melihat bagaimana ayah mereka berbisnis, beternak, dan mengelola usahanya serta memperlakukan karyawannya.
Dia dikenal sebagai pengusaha yang sukses dan kaya. Itu tidak mungkin terjadi akalu Ayub hidup dengan santai saja. Anak-anaknya melihat bagaimana ayah mereka berbisnis, beternak, dan mengelola usahanya serta memperlakukan karyawannya.
Ketiga, Ayub melatih
anak-anaknya mandiri dan punya tanggung jawab. Anak-anak
Ayub punya tradisi berkumpul secara bergiliran. Tuan rumah mengundang saudara
perempuannya untuk bergabung bersama. Acara demikian dilakukan secara teratur. Ada
kemungkinan Ayublah yang mendorong anak-anaknya membangun kebiasaan berkumpul
ini. Dengan demikian, anak-anak Ayub tetap kompak dan menjaga relasi di antara
mereka.
Keempat, Ayub berkomunikasi
dengan anak-anaknya. Itu membuat Ayub punya wibawa atas
mereka. Ketika ayahnya memanggil, anak-anaknya datang. Mereka hormat pada Ayub.
Mungkin saja ada konflik di antara saudara. Tetapi Ayub setiap kali mendoakan
anak-anaknya agar kudus dan menjaga hati mereka. Ayub tahu, tidaklah mudah bagi
anak-anaknya mempertahankan hati yang suci. Karena itu Ayub setia bersyafaat
untuk anak-anaknya. Ayub memohon anugerah Tuhan bagi anak-anaknya agar hidup
mereka berkenan kepada Allah.
Menjadi ayah yang baik dan
menjadi teladan bagi anak-anak adalah salah satu tugas terpenting seorang ayah.
Lewat teladan ayah, anak-anak tahu bagaimana menjalani hidup. Kalau anak-anak
kita berhasil mengadopsi hal-hal positif dari perilaku dan pemikiran ayah
mereka, kita tidak perlu kuatir. Dalam anugerah Tuhan, anak-anak kita tidak
akan jatuh jauh-jauh dari pohonnya.
Baca juga: PENAMPAKAN TUHAN YESUS.
Baca juga: PENAMPAKAN TUHAN YESUS.
Post a Comment for "Bagaimana Menjadi Ayah Yang Baik?"