IMAN YANG RADIKAL PART 1
"Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu" - Daniel 3:17-18.
Berita-berita yang kita dengar di media elektronik seperti televisi selalu kita dengar kata "radikal", baik diucapkan oleh para pengamat maupun oleh hostnya. Selain itu, di media cetak sering juga kita baca kata "radikal". Kata "radikal" selalu dihubungkan dengan isu-isu terorisme dan berbagai gerakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tega bertindak ekstrim, menghabisi nyawa orang lain yang tidak sejalan dengan mereka. Isu "radikalisme" pun kemudian bergeser maknanya untuk cenderung lebih ke arah negatif.
Arti Kata Radikal
Kata "radikal" sebenarnya berasal dari bahasa Latin, yaitu "radix" yang artinya akar pohon. Berarti kata "radikal" berarti sesuatu yang sampai ke akar. Dengan demikian, apabila kata "radikal" dikaitkan dengan sifat manusia, maka orang yang "radikal" berarti orang yang mengerti atau paham hingga ke akar-akarnya. Sebuah perubahan "radikal" berarti perubahan yang total atau menyeluruh hingga menyentuh ke dasar substansi.
Kata "radikal" yang dipergunakan menuju kepada orang-orang yang menentang sistem, tatanan hidup, dan azas-azas mendasar kebangsaan yang dibangun sejak awal negara ini berdiri tidaklah salah, karena memang mereka menentang sistem, menginginkan perubahan yang mendasar berdasarkan apa yang mereka anggap sebagai kebenaran. Tetapi itu bukan berarti bahwa kata "radikal" harus selalu mengacu kepada makna negatif.
Arti Kata Iman
"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" - Ibrani 11:1. Mengenai hal ini, mari kita lihat kisah tiga orang pemberani yang memiliki iman yang radikal kepada Tuhan. Ketiga orang pemberani dimaksud, yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
Mereka begitu antusias dan sangat berani menentang perintah penguasa yaitu titah raja, yaitu raja Nebukadnezar. Pada hal mereka adalah tawanan yang bekerja untuk kepentingan raja. Mereka bisa saja dihabisi dalam sekejap karena raja memiliki kekuasaan tertinggi. Tetapi, ketiga orang Yahudi yang berani itu tentu memiliki iman yang radikal di dalam Tuhan.
Mengapa ketiga orang pemberani itu bisa memiliki iman yang radikal? Berikut beberapa alasan kuat bahwa mereka memiliki iman yang radikal.
1. Mereka mengenal Allahnya.
"Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja" - Daniel 3:17. Sadrakh, Mesakh dan Abednego sangat mengenal Allahnya karena mereka selalu bersekutu dengan Dia. Persekutuan itu ditandai dengan pernyataan mereka tentang Allah yang kami puja". "Allah yang kami puja" menunjuk kepada otoritas, kekuasaan dan kedaulatan Allah. Artinya, Allah di atas segala-galanya, sehingga dalam pengenalan itulah mereka tidak takut. Ketidaktakutan mereka itu tentu karena iman mereka yang radikal kepada Tuhan, Bukan lagi keberanian manusiawi, tetapi keberanian spiritual. Seperti yang dikatakan oleh rasul Yohanes dalam suratnya demikian, "Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: Iman kita" - 1 Yohanes 5:4.
Jadi, pengenalan akan Allah membuat Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak gentar menghadapi ancaman raja. Itulah juga yang membuat mereka memiliki iman yang radikal. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memiliki iman yang radikal? Untuk memiliki iman yang radikal kunci ialah mengenal Allah. Untuk mengenal Allah, kita harus membangun keintiman dengan Dia dalam doa, pujian, penyembahan dan pembacaan firman-Nya.
Bersambung....!
Berita-berita yang kita dengar di media elektronik seperti televisi selalu kita dengar kata "radikal", baik diucapkan oleh para pengamat maupun oleh hostnya. Selain itu, di media cetak sering juga kita baca kata "radikal". Kata "radikal" selalu dihubungkan dengan isu-isu terorisme dan berbagai gerakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tega bertindak ekstrim, menghabisi nyawa orang lain yang tidak sejalan dengan mereka. Isu "radikalisme" pun kemudian bergeser maknanya untuk cenderung lebih ke arah negatif.
Arti Kata Radikal
Kata "radikal" sebenarnya berasal dari bahasa Latin, yaitu "radix" yang artinya akar pohon. Berarti kata "radikal" berarti sesuatu yang sampai ke akar. Dengan demikian, apabila kata "radikal" dikaitkan dengan sifat manusia, maka orang yang "radikal" berarti orang yang mengerti atau paham hingga ke akar-akarnya. Sebuah perubahan "radikal" berarti perubahan yang total atau menyeluruh hingga menyentuh ke dasar substansi.
Kata "radikal" yang dipergunakan menuju kepada orang-orang yang menentang sistem, tatanan hidup, dan azas-azas mendasar kebangsaan yang dibangun sejak awal negara ini berdiri tidaklah salah, karena memang mereka menentang sistem, menginginkan perubahan yang mendasar berdasarkan apa yang mereka anggap sebagai kebenaran. Tetapi itu bukan berarti bahwa kata "radikal" harus selalu mengacu kepada makna negatif.
Arti Kata Iman
"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" - Ibrani 11:1. Mengenai hal ini, mari kita lihat kisah tiga orang pemberani yang memiliki iman yang radikal kepada Tuhan. Ketiga orang pemberani dimaksud, yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
Mereka begitu antusias dan sangat berani menentang perintah penguasa yaitu titah raja, yaitu raja Nebukadnezar. Pada hal mereka adalah tawanan yang bekerja untuk kepentingan raja. Mereka bisa saja dihabisi dalam sekejap karena raja memiliki kekuasaan tertinggi. Tetapi, ketiga orang Yahudi yang berani itu tentu memiliki iman yang radikal di dalam Tuhan.
Mengapa ketiga orang pemberani itu bisa memiliki iman yang radikal? Berikut beberapa alasan kuat bahwa mereka memiliki iman yang radikal.
1. Mereka mengenal Allahnya.
"Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja" - Daniel 3:17. Sadrakh, Mesakh dan Abednego sangat mengenal Allahnya karena mereka selalu bersekutu dengan Dia. Persekutuan itu ditandai dengan pernyataan mereka tentang Allah yang kami puja". "Allah yang kami puja" menunjuk kepada otoritas, kekuasaan dan kedaulatan Allah. Artinya, Allah di atas segala-galanya, sehingga dalam pengenalan itulah mereka tidak takut. Ketidaktakutan mereka itu tentu karena iman mereka yang radikal kepada Tuhan, Bukan lagi keberanian manusiawi, tetapi keberanian spiritual. Seperti yang dikatakan oleh rasul Yohanes dalam suratnya demikian, "Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: Iman kita" - 1 Yohanes 5:4.
Jadi, pengenalan akan Allah membuat Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak gentar menghadapi ancaman raja. Itulah juga yang membuat mereka memiliki iman yang radikal. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memiliki iman yang radikal? Untuk memiliki iman yang radikal kunci ialah mengenal Allah. Untuk mengenal Allah, kita harus membangun keintiman dengan Dia dalam doa, pujian, penyembahan dan pembacaan firman-Nya.
Bersambung....!
Post a Comment for "IMAN YANG RADIKAL PART 1"