Iman Yang Radikal 2
2. Tidak goyah saat ancaman besar menimpa.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego membuktikan diri memiliki iman yang radikal ditandai dengan sikap yang tidak goyah saat ancaman besar menimpa mereka. Itu bentuk iman yang tidak goyah bahkan saat ancaman begitu besar dan secara logika tidak punya jalan keluar. Mereka tetap dan terus memegang teguh janji Tuhan dan komitmen untuk taat kepada Tuhan dan firman-Nya.
Mereka terus mempertahankan iman yang kekuatannya sampai ke akar-akarnya hingga ajal menjelang dan tidak menyerahkan iman mereka untuk ditukarkan dengan apapun, termasuk nyawa mereka. Apa yang dimiliki ketiga tokoh luar biasa ini merupakan iman yang tidak pamrih dan hanya mengharap berkat dan pertolongan Tuhan semata.
Mari kita perhatikan sekali lagi jawaban mereka, "Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu" - Daniel 3:17-18.
Mereka berkata: "Kalau Allah mau melepaskan kami, Dia akan melepaskan kami. Tetapi kalaupun seandainya tidak, kami tidak akan bergeming sedikitpun dan tetap tidak akan menggadaikan Allah yang kami sembah dengan ilah-ilah lain".
3. Percaya dari Tuhan selalu yang terbaik.
Apapun akhirnya, mereka bertiga percaya bahwa yang dari Tuhan tetaplah yang terbaik dan kematian di dunia tidak akan pernah sebanding dengan kemana kita berada pada fase selanjutnya.
Itulah bentuk dari sebuah iman yang radikal. Radikal bukan berarti bahwa kita harus memusuhi saudara-saudara kita yang tidak seiman, apalagi sampai melakukan kekerasan atau membunuh. Radikal bukanlah berarti melakukan sebuah gerakan penuh kebencian terhadap orang yang berbeda atau berseberangan pahamnya.
Radikal yang dimaksudkan di sini mengacu kepada pengertian sebenarnya, yaitu secara mendalam hingga ke akar-akarnya, bahkan melewati batas-batas logika dan kemampuan pikir manusia. Iman yang radikal adalah iman yang mematuhi Tuhan secara serius, bukan karena apa yang dapat Tuhan lakukan tetapi semata-mata karena kita percaya dan mengasihi-Nya dengan sepenuh hati.
Iman bukanlah sesuatu yang cukup hanya dengan diucapkan tetapi harus pula disertai dengan perbuatan nyata. Sadrakh, Mesakh dan Abednego menunjukkan iman yang disertai perbuatan yang radikal. Mereka secara langsung mempraktekkan kekuatan iman mereka di tengah ancaman kematian yang sangat mengerikan. Tidak ada tawar-menawar, berserah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan bukan menurut kehendak mereka.
Kalau kehendak mereka yang diutamakan, maka mereka pasti akan mencari cari agar bisa diampuni dan tidak harus dimasukkan ke dalam api yang sangat panas untuk dibakar. Tetapi mereka menyerahkan semua itu kepada Tuhan, karena mereka tahu bahwa apapun yang menjadi ujungnya, kehendak Tuhan tetap menjadi yang terbaik bagi mereka.
Ketika kita dihadapkan pada sebuah persimpangan di mana iman kita harus diuji, mampukah kita memiliki keyakinan seperti mereka? Bisakah kita mendahulukan iman kita lebih dari segalanya? Cukup kuatkah iman kita saat tengah menghadapi ujian? Apakah kita menyadari betapa besarnya kasih karunia Tuhan dan anugerah keselamatan-Nya yang harganya jauh di atas hal lain apapun di dunia yang fana ini?
Hari ini marilah kita memiliki iman yang radikal kepada Kristus yang membuat kita tetap percaya sepenuhnya, tidak pernah putus pengharapan dan secara penuh menyerahkan kepada keputusan Tuhan.
Apa yang direncanakan Tuhan bagi setiap kita adalah rencana damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan hari depan yang penuh harapan" - Yeremia 29:11. Iman radikal adalah mematuhi Tuhan dengan serius bukan karena apa yang dapat Dia lakukan, namun semata-mata karena mengasihi dan mempercayai-Nya dengan sepenuh hati.
Post a Comment for "Iman Yang Radikal 2"