Cara Mengatasi Rasa Iri Hati
Cara mengatasi rasa iri hati ~ Iri hati adalah sebuah
kata yang acap kali kita dengar dalam arena pergaulan sehari-hari diucapkan
atau dikemukakan oleh kebanyakan orang. Misalnya, seorang ibu menceritakan
bahwa anaknya yang sulung iri kepada adiknya karena papanya membelikan baju
baru untuk adiknya sedangkan untuknya tidak dibelikan.
Kata "iri hati" dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Modern, karya Muhammad Ali
(Pustaka AMANI Jakarta), mengartikan sebagai: "Perasaan kurang senang
melihat orang lain beruntung, atau berhasil di dalam hidupnya. Dapat juga
diartikan cemburu, sirik."
Dari definisi di atas, sangat jelas bahwa
orang yang iri hati adalah orang yang selalu tidak bisa menerima kenyataan
keberhasilan orang lain. Yakobus dalam suratnya menulis tentang iri hati
demikian: "Sebab di mana
ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala
macam perbuatan jahat" - Yakobus 3:16.
Jadi, iri hati itu menurut
Alkitab sangat berbahaya. Terjadi kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
Kehidupan sosial seseorang akan berjalan secara tidak normal. Oleh sebab itu,
perlu langkah-langkah strategis untuk memutuskan mata rantai iri hati dalam
diri kita. Tujuannya supaya rasa iri hati itu tidak liar dan mempengaruhi
seluruh perilaku kita. Bagaimana caranya? Berikut beberapa langkah yang harus
diambil untuk dipraktekkan.
1. Dekatkan diri kepada
Tuhan.
Nasehat firman Tuhan tentang hal itu
demikian: "Karena itu
tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu.
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu,
hai kamu orang-orang berdosa! Dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati"
- Yakobus 4:7-8.
Sikap iri hati lahir dari kesombongan dan keegoisan
manusia. Iblis pun begitu cerdik memanfaatkan keadaan tersebut. Ia berupaya
membawa orang yang iri hati ke jurang yang dalam, sehingga orang itu tetap
terpenjara dalam wilayah iri hati. Kesombongan menyebabkan Allah berpaling dari
doa serta menahan kehadiran dan kasih karunia-Nya. Oleh sebab itu cara terbaik
yang pantas dilakukan ialah mendekatkan diri kepada Allah, lawanlah Iblis
dengan iman yang teguh, dan membereskan tindakan serta sikap hati yang benar
dan sesuai dengan firman Tuhan.
2.
Penuhi hati dengan pikiran positif.
Rasul
Paulus menulis: "Jadi
akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil,
semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" Filipi 4:8.
Ketika kita menetapkan untuk bersikap iri hati, maka kita akan kehilangan
sukacita, damai sejahtera dan berkat Allah akan menjauh atau tertutup.
Agar
dapat mengalami damai sejahtera dan kemerdekaan dari rasa iri hati, kita harus
menetapkan hati dan pikiran pada hal-hal yang benar, mulia, adil, suci, dstnya.
Rasul Paulus berkata bahwa apabila kita melakukan hal itu, maka: "Allah sumber damai sejahtera
akan menyertai kamu" - Filipi 4:9. Kuasa dan kasih karunia Yesus
Kristus akan memenuhi seluruh kehidupan kita.
3. Kembangkan gaya hidup yang
bersyukur.
Rasul Paulus
menulis dalam suratnya kepada orang Kristen di Tesalonika, demikian: "Mengucap syukurlah dalam
segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi
kamu" - 1 Tesalonika 5:18.
Mengucap syukur merupakan gaya hidup
Kerajaan Allah. Gaya hidup ini tidak terjadi secara otomatis. Perlu
ditumbuh-kembangkan. Dengan kekuatan sendiri memang mustahil bisa kita lakukan.
Mintalah kekuatan dan pertolongan kuasa Roh Kudus, maka kita akan terbebas dari
rasa iri hati. Dengan mengucap syukur, kita mengakui bahwa Allah berdaulat
penuh atas hidup dan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita.
Mengucap
syukur merupakan tanda bahwa kita mengetahui providensia/pemeliharaan Allah
yang sempurna atas hidup kita. Mengucap syukur berarti kita menerima segala
sesuatu yang terjadi dalam hidup kita itu atas restu dari Allah. Mengucap
syukur punya makna bahwa kita membiarkan kasih karunia Allah dan
pertolongan-Nya mengalir secara leluasa dalam kehidupan kita.