APA YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA ALLAH TERASA JAUH?
Allah itu nyata, tidak peduli apa yang kita rasakan. Mudah untuk menyembah Allah pada saat segala sesuatu berjalan baik dalam kehidupan kita, yakni pada saat Dia menyediakan makanan, teman, keluarga, kesehatan dan situasi-situasi yang bahagia. Tetapi keadaan tidak selalu menyenangkan. Bagaimana kita menyembah Allah waktu keadaan tidak menyenangkan? Apa yang kita lakukan ketika Allah terasa jutaan mil jauhnya?
Berikut beberapa hal yang harus kita lakukan ketika kita merasakan Allah jauh dari kita.
1. Kemukakan perasaan kita.
Curahkan isi hati kita kepada Allah. Keluarkan semua emosi kita yang kita rasakan. Allah bisa menangani kebimbangan, kemarahan, ketakutan, kesedihan, kebingungan dan keraguan kita. Tahukah Anda bahwa mengakui keputusan Anda kepada Allah bisa merupakan pernyataan iman? Mempercayai Allah tetapi sekaligus merasa putus asa membuat Daud menulis, "Aku percaya, maka aku berkata, Aku sangat tertindas". Ini kedengarannya seperti suatu kontradiksi, aku percaya Allah, tetapi aku hancur. Keterbukaan Daud sebenarnya menunjukkan iman yang dalam: pertama, dia percaya kepada Allah; kedua, dia percaya bahwa Allah akan mendengar doanya; ketiga, dia percaya bahwa Allah akan membiarkannya mengatakan apa yang dia rasakan dan tetap mengasihi.
2. Fokus pada Allah dan karakter-Nya.
Tanpa menghiraukan keadaan dan perasaan kita, berpeganglah erat-erat pada Allah dan karakter-Nya yang tidak berubah. Ingatkan diri kita tentang apa yang kita tahu benar tidak pernah berubah di dalam diri Allah: Dia baik, Dia mengasihi kita, Dia menyertai kita, Dia mengetahui apa yang kita alami, Dia peduli, dan Dia memiliki rencana yang baik bagi kehidupan kita.
Ketika kehidupan Ayub berantakan, dan Allah diam, Ayub tetap menemukan hal-hal yang membuat dia bisa memuji Allah: pertama, bahwa Allah baik dan penuh kasih; kedua, bahwa Allah mahakuasa; ketiga, bahwa Allah memegang kendali; keempat, bahwa Allah melihat sampai hal terkecil dari kehidupan kita; kelima, bahwa Allah memiliki rencana untuk kehidupan kita; keenam, bahwa Allah akan menyelamatkan kita.
3. Percaya bahwa Allah pasti tepati janji-Nya.
Selama masa-masa kekeringan rohani, kita harus dengan sabar bersandar pada janji-janji Allah, bukan pada emosi kita dan menyadari bahwa Dia sedang membawa kita pada tingkat kedewasaan yang lebih dalam. Suatu persahabatan yang didasarkan pada emosi pastilah dangkal.
Jadi, jangan terganggu oleh kesulitan. Keadaan tidak dapat mengubah karakter Allah. Kasih karunia Allah tetap dalam kekuatan penuh; Allah tetap berpihak kepada kita, meskipun kita tidak merasakannya. Ketika tidak ada keadaan yang menguatkan, Ayub berpegang pada firman Tuhan. Dia berkata, "Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya". Keyakinan pada firman Allah ini membuat Ayub tetap setia sekalipun tidak ada hal yang masuk akal. Imannya kuat di tengah-tengah penderitaan: "Allah boleh membunuhku, tetapi aku tetap akan mempercayai-Nya". Ketika kita merasa ditinggalkan oleh Allah tetapi kita tetap mempercayai-Nya tanpa peduli pada perasaan-perasaan kita, kita sedang menyembah Dia dengan cara yang terdalam.
4. Ingat pada karya Allah bagi kita.
Seandainya Allah tidak pernah melakukan hal lain apapun bagi kita, Dia tetap layak menerima pujian kita selama sisa hidup kita karena apa yang telah Yesus lakukan bagi kita di atas kayu salib. Yesus Anak Allah mati bagi kita. Inilah alasan terbesar untuk menyembah. Sayangnya, kita melupakan rincian kekejaman dari pengorbanan menyakitkan yang telah Allah lakukan bagi kita.
Keakraban menimbulkan kepuasan. Bahkan sebelum penyaliban-Nya, Anak Allah ditelanjangi, dipukul hingga nyaris tidak bisa dikenali, dicambuk, dihina dan diejek, dimahkotai duri dan diludahi dengan kebencian. Disiksa dan dihina oleh manusia yang kejam, Dia diperlakukan lebih buruk daripada seekor binatang.
Selanjutnya hampir tidak sadar karena kehilangan darah, Dia dipaksa untuk memikul salib yang berat mendaki sebuah bukit dipakukan pada salib itu,lalu ditinggalkan untuk menjalani siksaan kematian yang mengerikan dan lambat karena penyaliban. Sementara darah-Nya mengalir, para pengejek berdiri dan meneriakkan kata-kata makian, memperolok-olok penderitan-Nya dan menantang pernyatan-Nya bahwa Dia adalah Allah. Yesus memberikan segalanya agar kita bisa memiliki segalanya. Dia mati supaya kita bisa hidup selamanya.
Berikut beberapa hal yang harus kita lakukan ketika kita merasakan Allah jauh dari kita.
1. Kemukakan perasaan kita.
Curahkan isi hati kita kepada Allah. Keluarkan semua emosi kita yang kita rasakan. Allah bisa menangani kebimbangan, kemarahan, ketakutan, kesedihan, kebingungan dan keraguan kita. Tahukah Anda bahwa mengakui keputusan Anda kepada Allah bisa merupakan pernyataan iman? Mempercayai Allah tetapi sekaligus merasa putus asa membuat Daud menulis, "Aku percaya, maka aku berkata, Aku sangat tertindas". Ini kedengarannya seperti suatu kontradiksi, aku percaya Allah, tetapi aku hancur. Keterbukaan Daud sebenarnya menunjukkan iman yang dalam: pertama, dia percaya kepada Allah; kedua, dia percaya bahwa Allah akan mendengar doanya; ketiga, dia percaya bahwa Allah akan membiarkannya mengatakan apa yang dia rasakan dan tetap mengasihi.
2. Fokus pada Allah dan karakter-Nya.
Tanpa menghiraukan keadaan dan perasaan kita, berpeganglah erat-erat pada Allah dan karakter-Nya yang tidak berubah. Ingatkan diri kita tentang apa yang kita tahu benar tidak pernah berubah di dalam diri Allah: Dia baik, Dia mengasihi kita, Dia menyertai kita, Dia mengetahui apa yang kita alami, Dia peduli, dan Dia memiliki rencana yang baik bagi kehidupan kita.
Ketika kehidupan Ayub berantakan, dan Allah diam, Ayub tetap menemukan hal-hal yang membuat dia bisa memuji Allah: pertama, bahwa Allah baik dan penuh kasih; kedua, bahwa Allah mahakuasa; ketiga, bahwa Allah memegang kendali; keempat, bahwa Allah melihat sampai hal terkecil dari kehidupan kita; kelima, bahwa Allah memiliki rencana untuk kehidupan kita; keenam, bahwa Allah akan menyelamatkan kita.
3. Percaya bahwa Allah pasti tepati janji-Nya.
Selama masa-masa kekeringan rohani, kita harus dengan sabar bersandar pada janji-janji Allah, bukan pada emosi kita dan menyadari bahwa Dia sedang membawa kita pada tingkat kedewasaan yang lebih dalam. Suatu persahabatan yang didasarkan pada emosi pastilah dangkal.
Jadi, jangan terganggu oleh kesulitan. Keadaan tidak dapat mengubah karakter Allah. Kasih karunia Allah tetap dalam kekuatan penuh; Allah tetap berpihak kepada kita, meskipun kita tidak merasakannya. Ketika tidak ada keadaan yang menguatkan, Ayub berpegang pada firman Tuhan. Dia berkata, "Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya". Keyakinan pada firman Allah ini membuat Ayub tetap setia sekalipun tidak ada hal yang masuk akal. Imannya kuat di tengah-tengah penderitaan: "Allah boleh membunuhku, tetapi aku tetap akan mempercayai-Nya". Ketika kita merasa ditinggalkan oleh Allah tetapi kita tetap mempercayai-Nya tanpa peduli pada perasaan-perasaan kita, kita sedang menyembah Dia dengan cara yang terdalam.
4. Ingat pada karya Allah bagi kita.
Seandainya Allah tidak pernah melakukan hal lain apapun bagi kita, Dia tetap layak menerima pujian kita selama sisa hidup kita karena apa yang telah Yesus lakukan bagi kita di atas kayu salib. Yesus Anak Allah mati bagi kita. Inilah alasan terbesar untuk menyembah. Sayangnya, kita melupakan rincian kekejaman dari pengorbanan menyakitkan yang telah Allah lakukan bagi kita.
Keakraban menimbulkan kepuasan. Bahkan sebelum penyaliban-Nya, Anak Allah ditelanjangi, dipukul hingga nyaris tidak bisa dikenali, dicambuk, dihina dan diejek, dimahkotai duri dan diludahi dengan kebencian. Disiksa dan dihina oleh manusia yang kejam, Dia diperlakukan lebih buruk daripada seekor binatang.
Selanjutnya hampir tidak sadar karena kehilangan darah, Dia dipaksa untuk memikul salib yang berat mendaki sebuah bukit dipakukan pada salib itu,lalu ditinggalkan untuk menjalani siksaan kematian yang mengerikan dan lambat karena penyaliban. Sementara darah-Nya mengalir, para pengejek berdiri dan meneriakkan kata-kata makian, memperolok-olok penderitan-Nya dan menantang pernyatan-Nya bahwa Dia adalah Allah. Yesus memberikan segalanya agar kita bisa memiliki segalanya. Dia mati supaya kita bisa hidup selamanya.
Post a Comment for "APA YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA ALLAH TERASA JAUH?"