Bertumbuh Menuju Kesempurnaan Dalam Kristus Part 2
Bertumbuh
menuju kesempurnaan di dalam Kristus – Latar belakang jemaat
penerima surat rasul Petrus berada di dalam situasi dan kondisi yang sedang
mengalami tantangan baik secara eksternal maupun internal. Jadi, jemaat
penerima surat ini sedang dalam keadaan terjepit. Kendati demikian, rasul
Petrus memotivasi mereka untuk terus bertumbuh menuju kesempurnaan di dalam
Kristus.
Dalam perspektif dogmatika
(pengajaran) Kristen, kesempurnaan merupakan tujuan utopi (tertinggi) dari pertumbuhan
hidup di dalam Kristus. Dalam Matius 5:48, Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya
demikian: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga
adalah”.
Apa yang dimaksud dengan
kesempurnaan?
Dalam Efesus 4:13,
kesempurnaan itu berarti: pertama, mencapai kesatuan iman
dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah; kedua, kedewasaan penuh; ketiga,
tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Kalimat
tanya: “Apa saja yang memungkinkan kita dapay bertumbuh menuju
kesempurnaan di dalam Kristus?”
Kalimat
peralihan: Ada beberapa pokok penting yang memungkinkan kita untuk
bertumbuh menuju kesempurnaan di dalam Kristus.
1. Komponen pertumbuhan – 2 Petrus 1:5-7.
Kata
“menambahkan” dalam bahasa Yunaninya ialah epikhoregeo,
yang diambil dari dunia musik yaitu kata “khonegis”,
yaitu seorang yang memimpin paduan suara (chorus).
Dengan menggunakan istilah itu, rasul Petrus membayangkan suatu paduan suara
yang lengkap, serasi, dan harmonis sehingga menghasilkan suatu nyanyian yang
sangat indah dan menawan. Rasul Petrus membayangkan itu seperti suara satu yang
perlu dilengkapi dengan suara, dua, suara tiga, suara empat dan alat-alat musik
lainnya. Berdasarkan pemikiran itulah, rasul Petrus menggunakan kata “menambahkan”
atau “memperlengkapi”. Penambahan itulah yang dimaksudkan dengan
komponen-komponen.
a.
Kebajikan. Kata
itu adalah terjemahan dari kata “aretas”. Kata “aretas” ini menunjuk
kepada perbuatan dewa yang memberikan kekuatan moral atau kesanggupan kepada
seseorang untuk melakukan tugas-tugas yang bersifat militer, artis atau atlet. Itulah
kekuatan moral yang dibutuhkan orang. Jadi, kebajikan menunjuk kepada kekuatan
moral dan keagungan moral.
b.
Pengetahuan. Pengetahuan
yang dimaksudkan di sini bukanlah pengetahuan intelektual yang bersumber dari
para pakar dunia ini, melainkan yang bersumber dari Roh Kudus. Pengetahuan yang
dimaksudkan itu adalah pengetahuan yang berorientasi dan berfokus pada
pengenalan akan Kristus. Artinya, kebajikan atau keagungan moral itu harus
dilengkapi dengan pengetahuan yang sempurna tentang Kristus. Rasul Petrus
menyadari bahwa suburnya ajaran sesat yang melanda jemaat adalah sebagai akibat
dari kurangnya pengenalan akan Kristus.
c.
Penguasaan
diri. Istilah penguasaan diri atau self control diterjemahkan
dari kata “engkrateia”, yang artinya ialah kemampuan untuk mengekang
diri; kemampuan untuk mengendalikan diri; kemampuan untuk membangun diri. Dengan
kata lain, penguasaan diri atau self-control adalah produksi dari perjuangan
akal melawan nafsu yang pada akhirnya akal budi kita dapat menguasai nafsu
kita.
d.
Ketekunan. Dalam
bahasa Yunaninya ialah “hupomone” yang diterjemahkan
kesabaran atau panjang sabar. Sedangkan dalam bahasa Latin, dikenal dengan
istilah “patientia” adalah sikap yang rela menderita demi mencapai
sukses dan kemuliaan yang akan datang atau kemampuan bertahan dalam segala
situasi. Rasul Petrus dengan pimpin Roh Kudus menggunakan kata itu mengingat
jemaat kala itu sedang mengalami aniaya. Dengan kehadiran kata itu, rasul
Petrus mengajarkan bahwa penderitaan yang dialami jemaat adalah perlengkapan
untuk mencapai kesempurnaan.
e.
Kesalehan. Dalam
konteks bahasa Indonesia, kesalehan berarti “ketaatan dan kesungguhan menjalankan
agama yang dibarengi dengan kebaikan serta kesucian hidup”. Tetapi dalam
konteks bahasa Yunani, kata “kesalehan” itu dari kata “eusebeia”
dari kata dasar “sebomai” yang artinya worship atau ibadat. Rasul Petrus
menegaskan bahwa ketekunan itu harus dilengkapi dengan ketaatan dan kesungguhan
menjalankan ibadah atau penyembahan.
f.
Kasih
akan saudara-saudara. Dalam bahasa Yunaninya yaitu “philadelphia”
yang artinya “kasih persaudaraan”. Tekanannya di sini ialah kasih praktis yang
tercermin melalui tindakan atau perbuatan terhadap sesama orang percaya atau
kasih yang dapat dinikmati orang lain.
g.
Kasih akan semua orang. Inilah kasih agape,
kasih Allah yang rela berkorban demi keselamatan/kebaikan orang lain tanpa
memerhatikan latar belakang dan keadaan seseorang. Jadi, kita menemukan
bagaimana rasul Petrus memberikan sebuah gambaran lengkap dari bangunan
kehidupan Kristen yang didasarkan pada iman dan berpuncak pada kasih agape.
2. Sasaran pertumbuhan – 2 Petrus 1:8-11.
a.
Membuat kita efektif dan produktif. Kehidupan
yang bertumbuh menuju kesempurnaan itu akan menciptakan gaya hidup yang efektif
dan produktif dalam pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus.
b.
Memberi kita hak penuh untuk memasuki
kerajaan Allah. Setiap orang yang telah percaya dan bertumbuh menuju
kesempurnaan akan mendapat hak penuh memasuki Kerajaan Allah.
Pertumbuhan itu adalah tanda
kehidupan. Seorang Kristen yang statis dan pasif adalah seorang Kristen yang
sakit secara rohani. Tentu hal ini Tuhan tidak menginginkan umat-Nya sakit
secara rohani. Itu sebabnya Tuhan sudah memberikan kepada kita benih Ilahi yang
memungkinkan kita untuk bertumbuh. Baca juga bahan khotbah Kristen ini: POLA HIDUP ORANG KRISTEN.
Post a Comment for "Bertumbuh Menuju Kesempurnaan Dalam Kristus Part 2"