Cara Mendapat Kekuatan Dalam Penderitaan
Cara mendapatkan kekuatan
dalam penderitaan – Tidak semua orang memiliki kekuatan yang dalam menghadapi
penderitaan. Dikatakan demikian, karena faktanya ada yang keluar sebagai
pemenang dengan melewati penderitaan itu. Tetapi ada juga yang terpuruk, menyerah,
kecewa dan putus asa karena penderitaan yang dialaminya. Oleh karena itu, cara
mendapatkan kekuatan dalam penderitaan merupakan hal yang dibutuhkan oleh
banyak orang. Mengapa demikian? Karena penderitaan akhir-akhir ini bukan
semakin berkurang tetapi justru eskalasenya semakin meningkat dari waktu ke
waktu. Dan tidak ada seorang pun yang akan luput dari penderitaan itu. Kalau
demikian, maka semua orang membutuhkan cara mendapatkan kekuatan dalam
penderitaan. Dan kita tidak bisa mengharapkan dan mengandalkan manusia, karena
semua manusia mengalami penderitaan. Lalu siapa yang bisa diharapkan di tengah
situasi dan kondisi penderitaan yang terus meningkat dalam hidup ini? Jawabannya
satu-satunya ialah Tuhan Yesus Kristus. Dia sudah mengalami penderitaan dan Dia
sudah mengalahkan penderitaan. Karena itu kita harus belajar dari Tuhan Yesus
bagaimana cara mendapatkan kekuatan dalam penderitaan.
Pertanyaan penting yang
harus diajukan ialah: Apa saja yang sudah Tuhan Yesus lakukan, sehingga Dia
dapat mengalahkan penderitaan itu? Berikut beberapa cara yang Tuhan Yesus
lakukan dan juga bisa kita lakukan, yaitu:
1.
Berdoalah secara pribadi kepada Bapa di sorga.
Taman Getsemani merupakan tempat yang dipilih
Yesus untuk berdoa secara pribadi kepada Bapa-Nya yang di sorga. Dalam catatan
Injil Matius dikatakan bahwa: Maka Ia maju sedikit, menyingkir dari
mereka, sehingga demikianlah digenapi firman, Aku seorang dirilah yang
melakukan pengirikan. Dia menyepi untuk berdoa.
Jiwa yang sedang berduka
merasa terhibur bila dia hanya berdua saja dengan Allah, yang mengerti setiap
rintihan dan ratap tangis. Pernyataan Calvin berikut ini layak untuk diingat,Utile
est seorsim orare, tunc enim magis familiariter sese denudat fidelis animus, et
simplicius sua vota, gemitus, curas, pavores, spes, et gaudia in Dei sinum
exonerat -- Alangkah baiknya bila kita menyendiri untuk berdoa, karena jiwa
yang setia dapat mengungkapkan segala permohonan, ratapan, kekhawatiran,
ketakutan, harapan dan sukacita dengan cara yang sederhana dan intim ke hadapan
Allah.
Di sini Kristus mengajarkan
bahwa doa pribadi haruslah dipanjatkan secara pribadi pula, tanpa diketahui
orang lain. Walaupun begitu, beberapa orang berpendapat bahwa para murid yang
Ia tinggalkan di gerbang taman juga dapat mendengar suara-Nya, karena ada
tertulis demikian: “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan
doa dan permohonan k dengan
ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya
dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan” – Ibrani 5:7.
2.
Berdoalah dengan kerendahan hati.
Tuhan Yesus bersujud ketika
Ia berdoa kepada Bapa-Nya. Di sini ada dua makna yang bisa kita ambil, yaitu:
pertama, penyerahan diri secara total; kedua, kerendahan hati dan rasa hormat
kepada Bapa Sorgawi. Sikap tubuh ini menunjukkan eulabeia -- rasa takut
yang disertai rasa hormat terhadap Allah, saat Dia mempersembahkan doa,
yaitu dalam hidup-Nya sebagai manusia dalam rupa daging, dalam
keadaan-Nya yang terhina, di mana Ia pun menyesuaikan diri terhadap keadaan
itu.
Dalam penderitaan kita, doa
dalam kerendahan hati dan penyerahan diri secara total kepada Bapa di sorga
membuat kita akan mendapatkan kekuatan dan dulungan dari sorga, sehingga kita
bisa menjalani derita itu dan akhir kita bisa melewatinya.
3.
Tetap memandang kepada Bapa Sorgawi walau berat derita itu.
Tuhan Yesus dalam menghadapi
penderitaan dan ketika Ia berdoa, Tuhan Yesus menyebut Allah itu Bapa-Nya. Pelajarannya
ialah bahwa: “Setebal apa pun awan yang menghalangi, Dia tetap bisa melihat
Allah sebagai Bapa”. Perhatikan, dalam segala sebutan kita untuk Allah, kita
harus melihat-Nya sebagai Bapa, yaitu Bapa kita sendiri dan kita adalah
anak-anak-Nya. Hal ini terutama paling memberi penghiburan ketika dilakukan
saat kita sedang menderita. Sebutan Bapa-Ku terdengar seperti
alunan senar harpa yang merdu di saat-saat seperti itu.
4.
Perhatikan permohonan yang kita ajukan.
Tuhan Yesus dalam doa-Nya
mengajukan permohonan demikian: “Jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini
lalu dari pada-Ku”. Dia menyebut penderitaan-Nya itu sebagai cawan, bukan
sungai, bukan lautan, tetapi sebuah cawan, yang dasarnya bisa segera dilihat.
Saat kita mengalami kesusahan, kita harus mengambil keuntungan dari keadaan
itu, dan tidak memperkeruhnya.
Penderitaan-Nya bisa disebut
sebuah cawan saja, karena itu ditujukan untuk-Nya, sebagaimana
sebuah cawan dipersiapkan untuk setiap kelompok orang yang makan bersama-sama
di sebuah pesta. Dia meminta supaya cawan itu lalu dari pada-Nya, yaitu,
supaya Dia bisa menghindari penderitaan yang akan segera datang itu, atau
paling tidak, supaya jangka waktunya diperpendek.
Hal ini menunjukkan bahwa
Dia benar-benar seorang manusia, dan sebagai manusia Dia tentu saja tidak
menyukai rasa sakit dan derita. Ini adalah tindakan pertama yang biasa akan
dilakukan oleh setiap manusia, yaitu mundur dari sesuatu yang mendukakan hati,
dan ingin mencegah atau menjauhkannya.
Hukum perlindungan bagi diri
sendiri telah dilekatkan pada sifat alami manusia, dan berkuasa atasnya hingga
digeser oleh hukum lain yang lebih kuat. Karena itulah Kristus mengakui dan
memperlihatkan adanya keengganan untuk menderita, untuk menunjukkan bahwa
Ia dipilih dari antara manusia, dan turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sertatelah dicobai sama seperti kita, hanya
tidak berbuat dosa. Perhatikan, doa iman yang dipanjatkan untuk
melawan penderitaan bisa sejalan dengan kesabaran untuk berharap di dalam
keadaan sulit tersebut.
Jika Allah dapat
dipermuliakan, manusia dapat diselamatkan, dan tujuan dari segala apa yang
dialami-Nya dapat terjawab, tanpa mengharuskan Dia untuk minum dari cawan itu,
maka Dia ingin cawan itu dilewatkan saja dari-Nya. Tetapi bila tidak begitu,
Dia lebih memilih untuk meminumnya. Apa yang tidak dapat kita lakukan dalam
mencapai tujuan akhir kita, harus kita anggap mustahil untuk dilakukan. Kristus
pun demikian. Id possumus quod jure possumus -- Kita hanya bisa
melakukan apa yang dapat kita lakukan sesuai hukum. Tetapi kita tidak boleh dan
tidak bisa melakukan apa-apa melawan kebenaran.
5.
Tetap melakukan kehendak Allah.
Dalam penderitaan yang kita
alami biarlah sikap kita tetap yaitu melakukan kehendak Allah. Jangan
tergodakan untuk melakukan kehendak diri, kehendak manusia, dan apa lagi
kehendak Iblis. Tuhan Yesus benar-benar berserah untuk melakukan kehendak
Allah, Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti
yang Engkau kehendaki. Bukan berarti bahwa kehendak manusia yang ada
dalam diri Kristus berlawanan ataupun bertentangan dengan kehendak sorgawi,
tetapi hanya sedikit berbeda dalam reaksi pertama saja, namun setelah menimbang
dan memilah, reaksi terakhir-Nya ditunjukkan dengan sikap bebas-Nya untuk
berserah pada kehendak Allah.
Tuhan kita Yesus, meskipun
dengan segera dapat mengetahui betapa pahitnya penderitaan yang akan Dia alami,
tetap berserah untuk menghadapinya dengan rela hati, demi penebusan dan
keselamatan kita, dengan mengorbankan dan menyerahkan nyawa-Nya sendiri,
untuk kita. Alasan mengapa Kristus berserah untuk menjalani penderitaan-Nya,
adalah demi melaksanakan kehendak Bapa-Nya, seperti yang Engkau
kehendaki. Kerelaan-Nya itu didasarkan atas kehendak Bapa. Tidak ada yang
lain.
Sesuai contoh yang telah
diperlihatkan Kristus, kita pun harus minum dari cawan pahit yang disodorkan
Allah ke dalam tangan kita, sepahit apa pun itu. Meskipun sifat alamiah kita
bergumul, tetap saja anugerah yang akan menang. Ketika kita ada dalam keadaan
seperti Kristus pada waktu itu, yaitu saat kehendak kita dalam segala hal
melebur dalam kehendak Allah, sekalipun itu tidak menyenangkan tubuh jasmani
kita, Jadilah kehendak Tuhan! Sebab itulah yang terbaik bagi kita dari
Bapa Sorgawi yang mengasihi dengan kasih yang sempurna.
Perhatikan, doa adalah
persembahan kita kepada Allah, yang bukan saja berisikan keinginan, tetapi juga
penyerahan diri kepada Allah. Doa yang berkenan kepada Tuhan adalah saat kita
menujukan hati kita kepada-Nya ketika sedang susah dan menyerahkan jalan hidup
dan pelayanan kita kepada-Nya, Jadilah kehendak-Mu. Lalu, untuk
ketiga kalinya Dia mengucapkan doa yang itu juga, ton auton
logon -- kata yang sama, yaitu tentang hal atau pergumulan yang sama. Dia
mengucapkan doa yang isinya sama.
Wajar jika kita berpikir
bahwa bukan itu saja yang dikatakan-Nya dalam doa-Nya malam itu, karena dalam
ayat 40 dari Matius 26, dapat dilihat bahwa Dia terus berjuang dalam derita-Nya
dan berdoa selama satu jam. Akan tetapi, apa pun itu yang
didoakan-Nya, pastilah berkaitan dengan permohonan-Nya supaya dilalukan dari
penderitaan yang sedang menjelang, namun Ia tetap berserah pada kehendak Allah
dalam penderitaan itu, tanpa terkekang dengan apa pun ungkapan yang Ia pakai
untuk menyatakan hal itu.
Tetapi apa jawaban doa yang
Ia dapatkan? Tentu doa yang Ia panjatkan itu tidaklah sia-sia. Allah yang selalu mendengar-Nya, kini tidaklah
sedang menolak-Nya. Benar, bahwa cawan itu tidak dilalukan dari-Nya, karena Ia
sendiri telah menarik permohonan itu dan tidak memaksakannya (jika Dia
melakukannya, saya yakin pastilah cawan itu berlalu). Tetapi Dia mendapatkan
jawaban atas doa-Nya, karena: pertama, kekuatan ditambahkan dalam jiwa-Nya,
pada hari Ia berseru – Mazmur 138:3, dan itulah jawaban yang sejati – Lukas 22:43;
kedua, Dia dibebaskan dari apa yang ditakutkan-Nya, yaitu kehilangan kesabaran
atau kepercayaan kepada Bapa-Nya dan tidak mampu meneruskan tugas-Nya. Sebagai
jawaban atas doa-Nya, Allah memperlengkapi-Nya sehingga Dia tidak gagal atau
berkecil hati. Baca juga bahan khotbah ini: CARA MENJAGA RELASI BAIK DENGAN SESAMA.
Post a Comment for "Cara Mendapat Kekuatan Dalam Penderitaan"