Bangkit Untuk Mengubahkan
Bangkit untuk Mengubahkan ~ “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Roma 6:4).
Ilustrasi Awal: “Benih yang Mati untuk
Bertumbuh”
Bayangkan sebuah benih kecil yang jatuh ke tanah. Sekilas tampak seolah benih itu mati — terkubur, tertimbun, dan tak terlihat lagi. Namun justru di tempat tersembunyi itulah, benih itu mulai bertumbuh, menembus tanah, dan menjadi pohon yang memberi kehidupan. Begitu pula hidup kita di dalam Kristus. Kadang kita harus “mati” dari manusia lama agar bisa “bangkit” dan mengubahkan dunia dengan hidup baru yang dipenuhi kuasa kebangkitan-Nya.
I. Kebangkitan Kristus Memberi Dasar Hidup
Baru
Ayat pendukung: 2 Korintus 5:17 — “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
Kebangkitan Kristus bukan hanya peristiwa historis, tetapi fondasi teologis bagi transformasi hidup setiap orang percaya. Paulus menegaskan bahwa baptisan adalah simbol persatuan dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Artinya, setiap orang percaya dipanggil untuk hidup dalam hidup yang baru — bukan sekadar memperbaiki diri, tetapi mengalami kelahiran rohani yang radikal.
Menurut teolog John Stott, “Kebangkitan Kristus adalah bukti bahwa kehidupan baru itu nyata dan dapat dialami sekarang, bukan hanya di masa depan”.[1] Hidup baru berarti meninggalkan pola lama yang dikuasai dosa dan hidup dalam ketaatan kepada kehendak Allah. Kita tidak lagi diperintah oleh keinginan daging, tetapi oleh Roh yang memperbarui setiap aspek kehidupan kita — pikiran, karakter, hingga tujuan hidup.
II. Hidup Baru Menuntut Transformasi dari
Dalam
Ayat pendukung: Efesus 4:22–24 — “...supaya kamu menanggalkan manusia lama... dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”
Kebangkitan Kristus mengubah arah hidup orang percaya dari dalam ke luar. Transformasi sejati bukan dimulai dari penampilan, tetapi dari pembaruan hati dan pikiran. Roh Kudus bekerja dari kedalaman batin untuk menanamkan nilai-nilai Kerajaan Allah — kasih, kesabaran, pengampunan, dan kesetiaan.
Teolog William Barclay menulis, “Kekristenan bukan hanya tentang percaya pada doktrin, tetapi tentang hidup yang diubahkan oleh kasih Kristus”.[2] Dengan kata lain, iman tanpa transformasi adalah iman yang belum bangkit. Setiap hari kita diundang untuk mati bagi keegoisan, dendam, dan dosa tersembunyi, agar kebangkitan Kristus semakin nyata dalam diri kita.
Bangkit berarti berani berubah. Tidak nyaman memang, karena perubahan sejati menuntut kita melepaskan kontrol dan mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Tetapi justru di sanalah kuasa kebangkitan bekerja — bukan dalam kekuatan kita, melainkan dalam ketaatan kita kepada Roh Kudus.
III. Hidup yang Bangkit Harus Mengubahkan
Dunia
Ayat pendukung: Matius 5:16 — “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Kebangkitan Kristus tidak berhenti pada diri sendiri. Hidup yang bangkit adalah hidup yang berdampak. Orang yang telah dibangkitkan bersama Kristus tidak bisa tinggal diam — ia membawa perubahan ke mana pun ia pergi.
N.T. Wright menulis, “Kebangkitan bukan sekadar jaminan hidup kekal, tetapi mandat untuk membangun dunia ini sesuai dengan kehendak Allah”.[3] Dunia kita haus akan kehadiran orang-orang yang hidup dalam kuasa kebangkitan: yang mengampuni di tengah kebencian, yang melayani di tengah egoisme, dan yang membawa pengharapan di tengah keputusasaan.
Kita dipanggil bukan hanya untuk diselamatkan, tetapi juga untuk menjadi alat transformasi. Gereja yang hidup dalam kebangkitan Kristus akan menjadi agen perubahan — menegakkan keadilan, menyalurkan kasih, dan memancarkan terang Kristus di tengah kegelapan zaman.
Penutup:
Bangkit untuk mengubahkan berarti hidup dalam kesadaran bahwa setiap hari adalah kesempatan baru dari Tuhan untuk menjadi berkat. Kita tidak lagi hidup bagi diri sendiri, melainkan bagi Dia yang telah mati dan bangkit untuk kita (2 Kor. 5:15). Mari kita berjalan dalam kuasa kebangkitan Kristus — karena hanya hidup yang bangkit yang dapat mengubahkan dunia.
[1] John
Stott, The Cross of Christ (Downers Grove: IVP, 2006), 252.
[2] William Barclay, The Daily Study Bible: The Letter to the Romans (Edinburgh: Saint Andrew Press, 2013), 142.
[3] N.T. Wright, Surprised by Hope: Rethinking Heaven, the Resurrection, and the Mission of the Church (New York: HarperOne, 2008), 211.
.png)
Post a Comment for "Bangkit Untuk Mengubahkan"