Waspada Terhadap Para Penyusup Berdasarkan Yudas 1:3–19 - Khotbah Kristen
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Waspada Terhadap Para Penyusup Berdasarkan Yudas 1:3–19

Waspada Terhadap Para Penyusup Berdasarkan Yudas 1:3–19

Surat Yudas adalah salah satu kitab terpendek dalam Perjanjian Baru, tetapi mengandung pesan yang sangat kuat dan tajam mengenai ancaman dari dalam gereja: para penyusup yang membawa ajaran sesat dan hidup dalam kefasikan. Dalam ayat 3–19, penulis Yudas dengan tegas memperingatkan jemaat untuk waspada terhadap orang-orang yang menyusup dan memutarbalikkan kasih karunia Allah menjadi alasan untuk hidup dalam dosa.

Tujuan pembelajaran ini adalah:

  1. Menafsirkan secara mendalam ayat demi ayat Yudas 1:3–19,
  2. Menganalisis ciri-ciri para penyusup yang dimaksud Yudas,
  3. Mengutip pandangan para ahli tafsir Perjanjian Baru tentang bagian ini,
  4. Memberikan aplikasi praktis bagi gereja masa kini untuk tetap teguh dalam iman dan waspada terhadap pengajaran sesat.

1:3 Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus. 1:4 Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus. 1:5 Tetapi, sekalipun kamu telah mengetahui semuanya itu dan tidak meragukannya lagi, aku ingin mengingatkan kamu bahwa memang Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari tanah Mesir, namun sekali lagi membinasakan mereka yang tidak percaya. 1:6 Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar, 1:7 sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang. 1:8 Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan menghina kekuasaan Allah serta menghujat semua yang mulia di sorga. 1:9 Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: "Kiranya Tuhan menghardik engkau!" 1:10 Akan tetapi mereka menghujat segala sesuatu yang tidak mereka ketahui dan justru apa yang mereka ketahui dengan nalurinya seperti binatang yang tidak berakal, itulah yang mengakibatkan kebinasaan mereka. 1:11 Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti Korah. 1:12 Mereka inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri; mereka bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin; mereka bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasilkan buah, pohon-pohon yang terbantun dengan akar-akarnya dan yang mati sama sekali. 1:13 Mereka bagaikan ombak laut yang ganas, yang membuihkan keaiban mereka sendiri; mereka bagaikan bintang-bintang yang baginya telah tersedia tempat di dunia kekelaman untuk selama-lamanya. 1:14 Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: "Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya, 1:15 hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan." 1:16 Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan.

1:17 Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, ingatlah akan apa yang dahulu telah dikatakan kepada kamu oleh rasul-rasul Tuhan kita, Yesus Kristus. 1:18 Sebab mereka telah mengatakan kepada kamu: "Menjelang akhir zaman akan tampil pengejek-pengejek yang akan hidup menuruti hawa nafsu kefasikan mereka." 1:19 Mereka adalah pemecah belah yang dikuasai hanya oleh keinginan-keinginan dunia ini dan yang hidup tanpa Roh Kudus.

Penjelasan (Yudas 1:3–19)

Yudas 1:3

“Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku sangat rindu menulis kepadamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis kepada kamu dan menasihati kamu supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.”

Ayat ini menunjukkan niat awal Yudas yang ingin menulis mengenai keselamatan yang mereka miliki bersama. Namun, karena situasi mendesak yang mengancam jemaat, ia terdorong menulis tentang perjuangan mempertahankan iman. “Berjuang” dalam bahasa Yunani digunakan kata epagonizomai, yang berarti bertanding dengan sungguh-sungguh atau berjuang dalam kontes seperti atletik.

Douglas Moo menyatakan bahwa penggunaan kata ini menandakan bahwa mempertahankan iman bukan sesuatu yang pasif, melainkan tindakan aktif dan penuh tekad. Iman yang dimaksud adalah doktrin dasar kekristenan yang telah diterima oleh para rasul dan disampaikan kepada gereja.

Yudas 1:4

“Sebab ternyata ada beberapa orang yang telah menyusup di antara kamu, orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.”

Ayat ini menyatakan inti persoalan: adanya penyusup di dalam jemaat. Mereka menyalahgunakan kasih karunia dan menolak otoritas Kristus. Richard Bauckham dalam komentarnya menegaskan bahwa istilah “menyusup” menunjukkan penyamaran; mereka tampak seperti orang percaya tetapi memiliki agenda yang merusak.

Mereka menyalahgunakan kasih karunia untuk membenarkan kehidupan yang tidak kudus. Ini adalah bentuk dari antinomianisme — ajaran sesat yang menolak hukum moral karena merasa telah diselamatkan oleh kasih karunia.

Yudas 1:5–7

Yudas memberikan tiga contoh sejarah untuk memperingatkan jemaat:

  1. Bangsa Israel yang diselamatkan dari Mesir tetapi kemudian binasa karena ketidakpercayaan (ayat 5).
  2. Malaikat-malaikat yang tidak taat dan meninggalkan tempat mereka (ayat 6).
  3. Sodom dan Gomora yang melakukan percabulan dan menerima hukuman api kekal (ayat 7).

Ketiga contoh ini menggambarkan bahwa meskipun seseorang telah mengalami kasih karunia Allah, jika mereka berbalik dari kebenaran dan hidup dalam pemberontakan, maka akan menerima penghakiman.

Craig S. Keener berkomentar bahwa urutan ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun kelompok — manusia, makhluk surgawi, atau bangsa — yang kebal dari penghukuman jika mereka memberontak terhadap otoritas Allah.

Yudas 1:8

“Demikian juga orang-orang itu, dalam khayalan mereka mencemarkan tubuh, menolak kekuasaan, dan menghujat kemuliaan.”

Penyusup ini hidup dalam khayalan (dalam beberapa terjemahan: “impian”), yang mungkin merujuk pada penglihatan-penglihatan palsu atau angan-angan spiritual yang digunakan untuk membenarkan dosa. Mereka mencemarkan tubuh — menunjuk pada dosa seksual — dan menolak otoritas Allah Tritunggal, serta menghujat semua yang mulia di sorga.

David Helm menyebut ayat ini sebagai indikasi bahwa mereka mencoba menyelubungi keinginan daging dengan spiritualitas palsu.

 

Yudas 1:9–10

Yudas menyebut kisah langka tentang Mikhael, penghulu malaikat, yang bersengketa dengan Iblis mengenai tubuh Musa. Mikhael tidak berani menghukum Iblis dengan cemooh, melainkan berkata: “Kiranya Tuhan menghardik engkau!” Ini menekankan bahwa bahkan makhluk surgawi tidak sembarangan dalam menghadapi kejahatan.

Para penyusup ini justru berani menghujat hal-hal yang tidak mereka mengerti. Mereka mengikuti naluri seperti binatang.

William Barclay mencatat bahwa pernyataan ini adalah peringatan keras terhadap mereka yang angkuh secara rohani dan berpikir mereka lebih tahu daripada para pemimpin rohani atau bahkan malaikat sekalipun.

Yudas 1:11

“Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena mereka telah menjerumuskan diri ke dalam kesesatan Bileam karena memperoleh upah, dan karena mereka binasa dalam pemberontakan seperti yang dilakukan oleh Korah.”

Yudas menggunakan tiga tokoh Perjanjian Lama sebagai gambaran sifat dan dosa para penyusup:

  • Kain mewakili pemberontakan dan kebencian terhadap kebenaran.
  • Bileam melambangkan keserakahan dan manipulasi rohani demi keuntungan pribadi.
  • Korah adalah simbol pemberontakan terhadap otoritas yang ditetapkan Allah.

Richard J. Bauckham menjelaskan bahwa Yudas menggabungkan tiga contoh ini untuk menekankan bahwa para penyusup tidak hanya sesat secara teologis, tetapi juga secara moral dan komunitarian — mereka adalah ancaman bagi integritas gereja.

Yudas 1:12–13

Ayat-ayat ini menggambarkan para penyusup dengan metafora yang kuat dan simbolik:

  • Mereka adalah noda dalam perjamuan kasih, menunjukkan mereka hadir dalam komunitas tetapi mencemari kekudusannya.
  • Mereka seperti awan tanpa hujan, janji besar tetapi tanpa dampak rohani.
  • Pohon pada musim gugur, tanpa buah dan tanpa akar.
  • Ombak laut yang ganas, penuh kekacauan dan kotoran.
  • Bintang yang mengembara, tidak memiliki arah tetap.

Craig S. Keener menyebut ayat-ayat ini sebagai bentuk satire ilahi yang menggambarkan betapa tidak bergunanya para penyusup ini bagi kehidupan gereja. Mereka hadir, tetapi tidak memberi kehidupan. Mereka aktif, tetapi menimbulkan kehancuran.

Yudas 1:14–15

“Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya:‘Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas semua orang fasik...’”

Yudas mengutip nubuat Henokh (kitab non-kanonik 1 Henokh) untuk menegaskan bahwa penghukuman Allah sudah dinubuatkan sejak awal. Hal ini memperkuat bahwa tindakan para penyusup ini tidak luput dari perhatian Tuhan.

David Helm mencatat bahwa walaupun Yudas mengutip sumber non-kanonik, ia tetap menyatakan kebenaran ilahi yang konsisten dengan seluruh narasi Alkitab: Allah akan menghakimi kefasikan.

Yudas 1:16

“Mereka adalah orang-orang yang suka menggerutu dan mencela nasibnya; hidup menuruti hawa nafsunya; mulut mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan mereka menjilat orang demi keuntungan.”

Ayat ini menggambarkan sikap hidup para penyusup:

  • Mereka menggerutu, tidak puas, dan menanamkan semangat memberontak.
  • Mereka mengikuti hawa nafsu, tidak tunduk pada Roh Kudus.
  • Mereka sombong dalam ucapan, memanipulasi orang lain dengan kata-kata.
  • Mereka menjilat demi keuntungan, tidak memiliki ketulusan iman.

William Barclay menyatakan bahwa dosa-dosa ini adalah cerminan karakter tanpa kasih, tanpa kebenaran, dan tanpa pengharapan.

Yudas 1:17–19

“Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, ingatlah akan apa yang dahulu telah dikatakan oleh rasul-rasul Tuhan kita, Yesus Kristus. Sebab mereka telah mengatakan kepada kamu: Pada zaman akhir akan ada pengejek-pengejek, yang hidup menuruti hawa nafsu kefasikan mereka.”

Yudas menutup peringatan ini dengan panggilan kepada jemaat: ingatlah ajaran para rasul. Ancaman penyusup ini bukan hal yang mengejutkan — semuanya sudah dinubuatkan.

Ayat 19 menyebut bahwa mereka menimbulkan perpecahan, adalah duniawi, dan tidak memiliki Roh Kudus. Artinya, meski mungkin tampak rohani, mereka sejatinya tidak lahir baru.

Douglas Moo menekankan bahwa peringatan ini adalah panggilan bagi gereja untuk tidak mudah terpengaruh oleh orang-orang yang memiliki pengaruh tetapi tidak menunjukkan buah Roh.

Aplikasi untuk Gereja Masa Kini

  1. Kenali penyusup secara rohani, bukan sekadar tampilan luar.
    Gereja harus membangun ketajaman rohani, tidak terbuai oleh karisma atau retorika tanpa integritas.
  2. Berjuang untuk iman yang sejati.
    Iman yang telah diwariskan tidak boleh dikompromikan. Pengajaran harus diuji dan dijaga.
  3. Waspada terhadap pengaruh duniawi dalam komunitas iman.
    Seperti para penyusup yang tidak memiliki Roh, gereja perlu membedakan mana yang berasal dari Roh dan mana yang dari dunia.
  4. Bangun komunitas yang hidup dalam kasih, kebenaran, dan keteguhan iman.
    Dengan memperhatikan nasihat Yudas, gereja dapat tetap kuat, kudus, dan setia pada Kristus.

Penutup:
Yudas 1:3–19 adalah peringatan abadi yang tidak kehilangan relevansinya. Gereja sepanjang zaman dipanggil untuk tidak hanya mewartakan kasih, tetapi juga mewaspadai ajaran sesat dan kehidupan yang menyimpang dari Injil. Dengan mengenali ciri-ciri para penyusup, menyelami tafsir para ahli, dan menanggapi dengan iman serta ketekunan, umat Tuhan akan tetap berdiri teguh dalam kebenaran.

Soli Deo Gloria.

Post a Comment for "Waspada Terhadap Para Penyusup Berdasarkan Yudas 1:3–19"