Pengampunan Yang Membawa Damai
Pengampunan yang Membawa Damai ~ Landasan firman Tuhan untuk tema pengampunan yang membawa damai, diambil dari Injil Matius. Demikianlah sabda Tuhan, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Matius 6:14-15).
Pengampunan adalah tema yang sering kita temui dalam ajaran Yesus, dan dalam Matius 6:14-15, Yesus menggarisbawahi betapa pentingnya pengampunan dalam hidup kita sebagai orang percaya. Dalam khotbah ini, kita akan melihat tiga bagian penting dari pengampunan yang membawa damai: (1) Makna Pengampunan dalam Alkitab, (2) Pengampunan sebagai Tindakan Kasih, dan (3) Damai yang Dihasilkan dari Pengampunan.
Bagian 1:
Makna Pengampunan dalam Alkitab
A.
Pengampunan sebagai Karunia dari Allah
Menurut teolog terkenal R.C. Sproul dalam bukunya Grace and Forgiveness (Crossway Books, 2005, hal. 42), “Pengampunan adalah anugerah yang diberikan Allah kepada kita yang tidak layak menerimanya, dan ini menjadi dasar bagi kita untuk mengampuni orang lain.” Pengampunan sejati hanya mungkin terjadi ketika kita menyadari bahwa kita adalah penerima kasih karunia yang tak terukur dari Allah sendiri.
1. Pengampunan
dalam Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama, konsep pengampunan sering dikaitkan dengan korban persembahan dan pemulihan hubungan dengan Allah. Seperti dijelaskan oleh John H. Walton dalam bukunya Old Testament Theology (Baker Academic, 2010, hal. 127), “Pengampunan dalam Perjanjian Lama adalah tindakan pembaruan hubungan melalui korban yang memperlihatkan kasih setia Allah.”
2. Pengampunan
dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru, Yesus membawa pesan pengampunan yang lebih dalam dengan menuntut setiap pengikutnya untuk mengampuni tanpa batas. William Barclay dalam The New Testament for Today (Westminster Press, 1982, hal. 78) menulis, “Yesus bukan hanya memerintahkan pengampunan, tetapi hidup sebagai contoh pengampunan tanpa syarat yang mengundang setiap orang untuk melakukannya.”
3. Pengampunan
dalam Kerangka Etika Kristen
Etika Kristen mengenai pengampunan menuntut kita untuk mengampuni bukan hanya demi diri sendiri tetapi juga sebagai ketaatan pada perintah Tuhan. Seperti yang dijelaskan oleh Timothy Keller dalam Forgive and Remember (Penguin Books, 2016, hal. 213), “Pengampunan adalah salah satu tindakan yang mendefinisikan identitas Kristen. Mengampuni orang lain adalah bukti nyata dari iman kita.”
B.
Pengampunan sebagai Pembebasan dari Beban Dosa
Pengampunan memberikan pembebasan dari beban yang sering membelenggu hidup kita. Seperti yang dikatakan oleh C.S. Lewis dalam Mere Christianity (HarperOne, 2001, hal. 118), “Kebencian dan kemarahan adalah beban berat yang tidak dapat diangkat tanpa pengampunan.” Pengampunan membebaskan kita dari kemarahan, kepahitan, dan dendam yang merusak hati.
C.
Pengampunan sebagai Dasar Relasi yang Harmonis
Relasi yang harmonis sangat membutuhkan sikap saling mengampuni. Dietrich Bonhoeffer dalam bukunya Life Together (SCM Press, 1954, hal. 86) menyatakan, “Tanpa pengampunan, hubungan antar-manusia tidak dapat bertahan lama.” Hubungan yang sehat hanya bisa tercipta ketika kita siap mengampuni satu sama lain.
Bagian 2:
Pengampunan sebagai Tindakan Kasih
A. Kasih dan
Pengampunan adalah Satu Kesatuan
Kasih yang sejati tidak dapat dipisahkan dari pengampunan. Seperti dijelaskan oleh Miroslav Volf dalam Exclusion and Embrace (Abingdon Press, 1996, hal. 231), “Pengampunan adalah ekspresi tertinggi dari kasih. Tanpa kasih, pengampunan hanyalah sebuah formalitas tanpa makna.” Tanpa kasih, pengampunan akan sulit dilakukan, tetapi dengan kasih, kita dimampukan untuk mengampuni.
1. Kasih
Membawa Kedamaian dalam Hati
Menurut St. Augustine dalam Confessions (Penguin Classics, 2006, hal. 119), “Kasih Tuhan dalam hati kita mencairkan kebencian dan melunakkan hati untuk menerima orang lain dengan lapang.” Dengan kasih yang berasal dari Tuhan, kita dapat menerima orang lain dan memaafkan.
2. Pengampunan
sebagai Wujud Kasih Agape
Kasih Agape, kasih yang tanpa syarat, adalah sumber dari pengampunan yang sejati. Karl Barth dalam Church Dogmatics (T&T Clark, 1932, hal. 455) menulis, “Kasih Agape adalah kasih yang mengampuni, menghapus kesalahan, dan membawa pemulihan dalam setiap hubungan.” Pengampunan yang sejati hanya dapat dilakukan jika didasari oleh kasih Agape.
3. Mengampuni
untuk Mencerminkan Kasih Kristus
Kita mengampuni bukan karena mereka layak, tetapi karena Kristus telah lebih dahulu mengampuni kita. Menurut Philip Yancey dalam What’s So Amazing About Grace? (Zondervan, 1997, hal. 123), “Mengampuni adalah cara kita mencerminkan kasih Yesus di dunia ini.” Kasih Yesus mengajarkan kita bahwa mengampuni adalah bagian dari hidup sebagai murid-Nya.
B.
Pengampunan Menghasilkan Kesehatan Rohani dan Emosional
Pengampunan bukan hanya membawa dampak positif pada orang yang menerima pengampunan, tetapi juga pada yang memberikan pengampunan. Martin Seligman dalam Flourish (Simon & Schuster, 2011, hal. 95) menyatakan, “Pengampunan adalah salah satu kunci untuk kesehatan mental dan emosional. Pengampunan membebaskan kita dari trauma masa lalu dan memberi kita damai.” Dengan mengampuni, kita menjadi lebih tenang dan bahagia.
C.
Pengampunan sebagai Kehendak Tuhan
Allah memerintahkan kita untuk mengampuni sebagaimana Dia telah mengampuni kita. Dalam Theology of Forgiveness (InterVarsity Press, 2014, hal. 67), teolog Walter Brueggemann menyatakan, “Mengampuni adalah panggilan Tuhan bagi setiap orang percaya.” Mengampuni adalah tindakan ketaatan kepada Tuhan yang membuahkan kedamaian dalam hidup.
Bagian 3:
Damai yang Dihasilkan dari Pengampunan
A. Damai yang
Mengalir dalam Hati yang Tulus
Ketika kita mengampuni, kita menerima damai yang hanya bisa diberikan oleh Tuhan. Rick Warren dalam The Purpose Driven Life (Zondervan, 2002, hal. 289) mengatakan, “Damai sejahtera yang sejati datang hanya ketika kita melepaskan kemarahan dan membuka hati untuk mengampuni.” Damai di dalam Tuhan melampaui semua pemahaman manusia dan memampukan kita hidup dengan tenang.
1. Damai
dalam Kehidupan Pribadi
Menurut psikolog Kristen Gary Chapman dalam The Peace Maker (Baker Books, 2010, hal. 45), “Damai dalam hidup pribadi hanya bisa dicapai ketika hati kita bebas dari kebencian.” Saat kita mengampuni, damai akan mengalir dalam hidup kita, mengatasi segala luka dan rasa sakit.
2. Damai
dalam Hubungan dengan Sesama
Mengampuni membawa damai dalam setiap hubungan. Francis Schaeffer dalam True Spirituality (Tyndale House, 1971, hal. 109) mengatakan, “Ketika kita mengampuni, kita membangun jembatan baru dalam hubungan.” Pengampunan membawa keharmonisan dan mempererat ikatan kasih di antara manusia.
3. Damai
dengan Allah
Damai yang paling penting adalah damai dengan Allah. Dalam Theology of Reconciliation (Oxford University Press, 2015, hal. 134), John Stott menulis, “Damai dengan Allah terjadi ketika kita hidup sesuai dengan kehendak-Nya dalam kasih dan pengampunan.” Ketika kita mengampuni, kita menciptakan ruang untuk Allah bekerja dalam hidup kita.
B. Damai yang
Menjadi Berkat bagi Orang Lain
Ketika kita hidup dalam damai, kita dapat menjadi berkat bagi orang lain. Pengampunan menjadi saksi yang menginspirasi orang lain untuk hidup dalam damai dan kasih.
C.
Pengampunan sebagai Sumber Kebahagiaan
Pengampunan adalah jalan menuju kebahagiaan sejati. Menurut Max Lucado dalam Grace Happens Here (Thomas Nelson, 2012, hal. 78), “Kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai oleh hati yang penuh kasih dan damai.” Pengampunan membuka pintu kebahagiaan yang tulus dari Tuhan.
Pengampunan adalah panggilan bagi setiap orang percaya. Ketika kita mengampuni, kita menerima damai yang melampaui segala akal. Pengampunan adalah perintah Tuhan yang membawa kedamaian dalam hubungan, kesehatan jiwa, dan kebahagiaan sejati. Mari kita menjalani hidup dengan hati yang lapang, siap mengampuni, dan menerima damai dari Tuhan.
Post a Comment for "Pengampunan Yang Membawa Damai"