Translate

Hubungan Yohanes 4:24 Dengan Tradisi Ibadah Gereja Masa Kini Yang Mengabaikan Kekudusan

Hubungan Yohanes 4:24 dengan Tradisi Ibadah Gereja Masa Kini yang Mengabaikan Kekudusan

Pendahuluan

Ibadah merupakan inti dari kehidupan Kristen. Dalam Yohanes 4:24, Yesus menyatakan, “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” Ayat ini mengajarkan prinsip dasar tentang bagaimana seharusnya ibadah kepada Allah dilakukan yakni dengan sikap hati yang benar dan sesuai dengan kebenaran ilahi. Namun, dalam realitas masa kini, banyak tradisi ibadah gereja yang terlihat mengabaikan unsur kekudusan. Bagaimana hubungan antara Yohanes 4:24 dengan fenomena ini? Mari kita telaah lebih dalam.

Makna Yohanes 4:24

Ayat ini diucapkan Yesus dalam percakapan-Nya dengan seorang perempuan Samaria di tepi sumur Yakub. Konteks percakapan ini adalah soal tempat yang benar untuk beribadah, karena orang Yahudi dan Samaria berbeda pandangan mengenai tempat yang suci untuk menyembah Tuhan.

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, Yesus mengarahkan perempuan itu untuk tidak fokus pada tempat fisik, melainkan pada cara ibadah yang sejati. Yesus menyatakan bahwa Allah adalah Roh, dan ibadah sejati harus dilakukan dengan semangat yang benar (roh) dan berdasarkan kebenaran Allah.

Roh mengacu pada aspek batiniah, yaitu kesungguhan dan kesadaran penuh akan kehadiran Allah. Kebenaran di sini bukan hanya merujuk pada doktrin yang benar, tetapi juga pada kemurnian moral dan integritas hidup.

Dengan kata lain, ibadah sejati tidak hanya soal ritual eksternal, tetapi mencakup hati yang bersih dan hidup yang selaras dengan kehendak Allah. Unsur kekudusan menjadi elemen penting dalam ibadah yang sesuai dengan kehendak Allah, karena Allah adalah kudus dan hanya dapat disembah dengan cara yang kudus pula.

Tradisi Ibadah Gereja Masa Kini: Mengabaikan Kekudusan?

Di banyak gereja masa kini, terdapat kecenderungan untuk menekankan hiburan, estetika, atau karisma pemimpin ibadah daripada aspek kekudusan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa fenomena berikut:

1. Ibadah yang Berfokus pada Sensasi Emosional. 

Beberapa tradisi ibadah gereja masa kini cenderung berfokus pada emosi dan pengalaman spiritual yang sementara, dengan musik yang keras, lampu-lampu sorot, dan suasana yang lebih mirip konser daripada suasana sakral. Sementara emosi tidak sepenuhnya buruk dalam ibadah, penekanan yang berlebihan pada pengalaman emosional sering kali membuat jemaat kehilangan fokus pada esensi kekudusan dan penghormatan kepada Tuhan.

Contoh: tertawa, bermain hand phone, balas WA, tidur, bercerita saat firman Tuhan diberitakan dan masih banyak lagi perilaku ibadah yang menunjukkan bahwa rasa hormat kepada Tuhan dalam ibadah sangat menurun.

2. Hilangnya Fokus pada Kekudusan Hidup.  

Banyak gereja yang mengabaikan ajaran tentang kekudusan dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah menjadi acara mingguan yang penuh dengan tampilan luar, tetapi tidak ada transformasi hidup yang nyata.

Jemaat mungkin menghadiri ibadah dengan pakaian yang sopan, tetapi mereka sering mengabaikan pentingnya hidup dalam kekudusan di luar gedung gereja. Ini bertentangan dengan prinsip Yohanes 4:24, di mana penyembahan kepada Allah harus dilakukan dengan hati yang benar dan hidup yang murni.

Contoh: perjudian dalam berbagai bentuknya, mabuk, pesta pora, perselingkuhan, perceraian, korupsi, kekerasan dalam rumah tangga, penggunaan obat terlarang, pembunuhan, pemerkosaan, okultisme, sinkritisme dan masih banyak lagi perilaku hidup jemaat yang memperlihatkan menurunnya fokus untuk hidup dalam kekudusan.

3. Komersialisasi Ibadah. 

Di beberapa gereja, ibadah telah menjadi komersial. Berbagai acara dan program ibadah dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan popularitas atau keuntungan finansial. Penjualan merchandise, tiket masuk untuk acara-acara rohani, dan fokus pada membangun gedung megah telah menggeser fokus jemaat dari memuliakan Allah dalam kekudusan menuju pemenuhan kepentingan duniawi. Fenomena ini jelas bertentangan dengan prinsip ibadah yang benar dalam roh dan kebenaran.

Contoh: gereja begitu megah, jemaat dengan life style yang wow, tetapi masyarakat di sekitar gereja hidupnya miskin, menderita, kumuh dan masih banyak lagi fenomena sosial disekitar gereja yang cukup memprihatinkan. Perilaku ini mulai merambah ke gereja-gereja di daerah yang lebih mengedepankan penampilan lahiriah dengan segala aksesoris yang dipakai tetapi abai terhadap kekudusan.

4. Pendangkalan Makna Doa dan Pengajaran Firman.  

Dalam tradisi ibadah gereja masa kini, ada kecenderungan untuk memperpendek atau bahkan menghilangkan elemen penting seperti doa dan pengajaran Firman. Fokus lebih pada musik dan pertunjukan daripada merenungkan Firman Tuhan atau berdoa dengan sungguh-sungguh. Ini merupakan tanda bahwa gereja mulai mengabaikan kekudusan yang seharusnya menjadi fondasi dari setiap ibadah Kristen.

Contoh: pujian dalam ibadah lebih banyak waktunya dibandingkan dengan pemberitaan firman Tuhan. Bahkan waktu pemberitaan firman Tuhan dibatasi hanya dengan alasan klasik jemaat itu ngantuk saat dengar penjabaran firman Tuhan dalam waktu lama.

Hubungan Yohanes 4:24 dengan Tradisi Ibadah Masa Kini

Jika kita membandingkan prinsip yang diajarkan Yesus dalam Yohanes 4:24 dengan tradisi ibadah gereja masa kini yang sering kali mengabaikan kekudusan, kita dapat melihat bahwa banyak gereja sudah keluar dari jalur penyembahan yang benar. Prinsip “menyembah dalam roh dan kebenaran” menuntut ibadah yang berpusat pada Allah, yang dilakukan dengan hati yang murni, dan hidup yang kudus. Kekudusan dalam ibadah bukan hanya soal penampilan luar, tetapi juga integritas batiniah.

Saat kekudusan diabaikan, ibadah tidak lagi menjadi persembahan yang berkenan kepada Allah, tetapi hanya sekedar ritual tanpa makna. Gereja yang mengabaikan kekudusan dalam ibadah akan kehilangan keintiman dengan Allah, dan lebih berfokus pada aspek-aspek duniawi seperti popularitas, estetika, atau sensasi spiritual. Ini adalah bentuk penyembahan yang dangkal dan tidak sesuai dengan ajaran Yesus.

Mengembalikan Kekudusan dalam Ibadah Gereja

Untuk kembali kepada esensi ibadah sejati, gereja harus menekankan kembali pentingnya kekudusan. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

1. Menekankan Pengajaran tentang Kekudusan. 

Pemimpin gereja harus mengajarkan jemaat tentang pentingnya hidup dalam kekudusan, baik dalam konteks ibadah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Firman Tuhan harus menjadi pusat dari setiap ibadah, sehingga jemaat dapat diingatkan bahwa ibadah yang sejati memerlukan kekudusan hati.

2. Mengurangi Fokus pada Sensasi dan Estetika. 

Gereja perlu mengurangi ketergantungan pada hiburan dan estetika yang hanya memicu emosi sementara. Ibadah harus kembali menjadi momen penyembahan yang tulus kepada Allah, di mana jemaat diajak untuk merenungkan kehadiran Allah dengan penuh penghormatan.

3. Membangun Kehidupan Doa yang Lebih Dalam. 

Gereja harus membangun kembali tradisi doa yang kuat, karena melalui doa, jemaat dapat mendekatkan diri kepada Allah dan mengalami penyucian batin. Doa bukan hanya sebagai bagian formal dari ibadah, tetapi menjadi sarana utama untuk memelihara kekudusan dalam hidup jemaat.

4. Menghindari Komersialisasi Ibadah. 

Gereja harus berhati-hati untuk tidak menjadikan ibadah sebagai sarana komersialisasi. Pemimpin gereja perlu menjaga integritas pelayanan, memastikan bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam ibadah berfokus pada memuliakan Tuhan, bukan untuk keuntungan pribadi atau popularitas.

Kesimpulan

Yohanes 4:24 menegaskan pentingnya menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, yang mengimplikasikan bahwa kekudusan harus menjadi inti dari setiap ibadah. Ketika tradisi ibadah gereja masa kini mengabaikan kekudusan, esensi ibadah yang sejati mulai hilang. Oleh karena itu, gereja perlu kembali pada prinsip-prinsip Alkitabiah dalam ibadah, di mana kekudusan hidup dan ketulusan hati menjadi fokus utama dalam penyembahan kepada Allah. Hanya dengan demikian, gereja dapat menghadirkan ibadah yang berkenan di hadapan Tuhan dan memberi dampak positif bagi pertumbuhan rohani jemaat.

Post a Comment for "Hubungan Yohanes 4:24 Dengan Tradisi Ibadah Gereja Masa Kini Yang Mengabaikan Kekudusan"