Mengenal 12 Karakteristik Pendeta Opurtunis Dalam Organisasi Gerejawi Part 2
Mengenal 12 karakteristik pendeta opurtunis dalam organisasi gerejawi ~ Tulisan ini merupakan bagian kedua dari dua belas tulisan yang akan dikemukakan dalam beberapa hari ke depan. Tentu tidak mudah mengenal karakter seorang pendeta yang opurtunis dalam organisasi gerejawi, namun bukan berarti tertutup jalan untuk menemukan adanya indikasi tersebut. Berikut indikator kedua dari karakteristik pendeta yang opurtunis dalam organisasi gerejawi.
Kedua, Karakteristik
Pendeta yang Oportunis: Menonjolkan Diri dan Menginginkan Pujian Manusia
Pendeta memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan rohani jemaat. Mereka diharapkan menjadi teladan dalam iman, kasih, dan integritas. Namun, seperti manusia pada umumnya, pendeta pun dapat tergoda oleh berbagai godaan duniawi, salah satunya adalah oportunisme.
Oportunisme dalam konteks ini mengacu pada sikap atau perilaku pendeta yang memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi, terutama demi mendapatkan pujian dan pengakuan dari manusia. Artikel ini akan membahas karakteristik pendeta yang oportunis, bagaimana mereka menonjolkan diri, dan alasan mengapa mereka mencari pujian dari manusia.
1. Menonjolkan Diri dalam Pelayanan.
Salah satu karakteristik utama pendeta yang oportunis adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri dalam pelayanan. Mereka sering kali ingin menjadi pusat perhatian, baik dalam khotbah, kegiatan gerejawi, maupun dalam interaksi sehari-hari dengan jemaat. Tindakan ini sering kali disamarkan dengan alasan “demi kemuliaan Tuhan”, namun pada kenyataannya, motif utamanya adalah untuk menarik perhatian dan mendapatkan pengakuan.
Pendeta yang oportunis cenderung mengambil bagian dalam pelayanan yang terlihat, seperti memimpin ibadah, berkhotbah, atau memimpin doa, di mana mereka dapat dengan mudah mendapatkan perhatian. Mereka mungkin menghindari pelayanan yang kurang terlihat atau tidak populer, yang tidak memberikan mereka panggung untuk menonjolkan diri.
2. Memanipulasi Persepsi Jemaat.
Pendeta yang oportunis juga cenderung memanipulasi persepsi jemaat untuk mendapatkan pujian. Mereka mungkin menggunakan kata-kata yang dirancang untuk membuat mereka terlihat lebih rohani, lebih bijaksana, atau lebih berpengalaman daripada yang sebenarnya.
Mereka bisa saja berbicara tentang pengorbanan pribadi mereka, upaya mereka dalam melayani, atau bahkan pengetahuan mereka tentang Kitab Suci, dengan cara yang berlebihan dan disengaja untuk menarik simpati dan kekaguman jemaat.
Selain itu, mereka mungkin juga terlibat dalam sikap munafik, di mana mereka menunjukkan sikap yang tampak rendah hati di hadapan umum, tetapi sebenarnya memiliki motif tersembunyi untuk meningkatkan status atau pengaruh mereka di dalam gereja.
3. Haus Akan Pujian dan Pengakuan.
Pendeta yang oportunis sangat haus akan pujian dan pengakuan. Mereka mungkin merasa tidak puas jika upaya mereka tidak diakui oleh jemaat atau jika mereka tidak menerima pujian yang mereka anggap pantas. Sikap ini bertentangan dengan ajaran Yesus, yang menekankan kerendahan hati dan pelayanan yang tulus tanpa mengharapkan imbalan dari manusia (Matius 6:1-4).
Pendeta semacam ini sering kali merasa perlu untuk terus-menerus memperlihatkan hasil pelayanan mereka, baik melalui media sosial, buletin gereja, atau bahkan secara langsung dalam khotbah mereka. Mereka merasa bahwa tanpa pujian atau pengakuan dari orang lain, pelayanan mereka tidak berarti atau tidak bernilai.
4. Mengabaikan Panggilan yang Tulus.
Pada akhirnya, pendeta yang oportunis cenderung mengabaikan panggilan yang tulus untuk melayani Tuhan dan jemaat. Fokus mereka bergeser dari memuliakan Tuhan kepada memuliakan diri sendiri. Mereka mungkin mulai mengukur keberhasilan pelayanan mereka berdasarkan jumlah pujian yang mereka terima daripada sejauh mana mereka telah membawa jemaat lebih dekat kepada Tuhan.
Pendeta yang memiliki karakteristik seperti ini juga dapat menyebabkan keretakan dalam jemaat, karena mereka mungkin menciptakan persaingan tidak sehat di antara sesama pelayan atau jemaat. Hal ini bertentangan dengan panggilan Yesus untuk menjadi pelayan yang rendah hati dan menempatkan kebutuhan orang lain di atas diri sendiri (Markus 10:42-45).
Karakteristik pendeta yang oportunis mencerminkan adanya ketidakseimbangan antara panggilan rohani dan keinginan duniawi. Mereka yang menonjolkan diri dan menginginkan pujian manusia cenderung melupakan inti dari pelayanan mereka, yaitu memuliakan Tuhan dan melayani jemaat dengan tulus.
Gereja
dan jemaat perlu waspada terhadap sikap ini, karena hal tersebut dapat merusak
kesatuan dan pertumbuhan rohani dalam komunitas gereja. Penting bagi setiap
pendeta untuk terus merenungkan motif pelayanan mereka dan berusaha menjaga
hati yang murni di hadapan Tuhan.
Post a Comment for "Mengenal 12 Karakteristik Pendeta Opurtunis Dalam Organisasi Gerejawi Part 2"