Membangun Tempat Kediaman Allah
Membangun tempat kediaman Allah ~ Landasan firman Allah untuk tema membangun tempat kediaman Allah diambil dari kitab Hagai 1:1-15. Kita harus akui bahwa Allah yang kita percayai, sembah dan layani bukanlah Allah yang bisa dibatasi oleh ruang, waktu dan tempat. Karena memang Allah itu Roh adanya – Yohanes 4:24.
Kendati demikian, Allah juga memerintah kita umat-Nya untuk membangun mesbah dan bait suci bagi-Nya sebagai temapt istimewa yang memang dikhususkan bagaimana umat-Nya bisa secara spesial mendapatkan kesempatan memuji dan memuliakan Allah secara bersama-sama.
Mari kita rayakan kasih karunia TUHAN yang ajaib dengan penuh rasa bangga dan syukur, sembari belajar dari apa yang dialami oleh bangsa Israel saat mereka kembali pulang dari pembuangan. TUHAN bukan hanya memulangkan mereka dari tempat pembuangan di Babel, tetapi juga memerintahkan nabi Hagai untuk membangun rumah TUHAN.dengan ketulusan dan rasa syukur.
Bahkan ketika bangsa Israel belum siap membangun rumah TUHAN, DIA berkata: Bangsa ini berkata : "Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!" Maka datanglah Firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya: Apakah sudah waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah (TUHAN) ini tetap menjadi reruntuhan?"
Artinya, ketika umat Israel masing masing berpikir bahwa membangun rumah rumah sendiri dahulu baru membangun rumah TUHAN, atau nanti kalau semuanya (keadaan) sudah baik, baru kita membangun rumah TUHAN, maka TUHAN menjadi murka. Sebab kenyataannya sampai 15 tahun mereka juga membiarkan rumah TUHAN tak terurus dengan baik. Membangun rumah TUHAN tidak menjadi prioritas dan malah menjadi perdebatan yang panjang yang bisa menimbulkan perpecahan.
Karena itu alih-alih menunggu kesiapan atau mencari kesepakatan semua semua orang, TUHAN yang menetapkan melalui FirmanNya kepada nabi Hagai, agar segera membangun Rumah TUHAN. Hal ini mengingatkan akan hukum utama yang diserukan oleh bangsa Israel setiap pagi dan malam (Shema Yisrael) bahwa : “TUHAN itu Allah kita. TUHAN itu Esa! Kasihilah TUHAN Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”.
Implikasi dari hukum keutamaan itu adalah mengutamakan membangun Rumah TUHAN bagi bangsa Israel saat mereka pulang dari pembuangan ketimbang membangun rumah dan atau karier mereka terlebih dahulu. Bahkan melalui nabi Hagai TUHAN meminta umat untuk menguji TUHAN. Jika mereka mengutamakan TUHAN sebagai prioritas hidup mereka maka taburan benih usaha mereka akan diberkati TUHAN, upah mereka tidak akan seperti ditaruh dalam buli buli yang berlubang.
Mungkin kita akan berkata bahwa apakah situasi, kondisi dan konteks di jaman nabi Hagai itu bisa dipakai untuk kita di jaman ini? Apakah kita bisa mencomot Firman yang khusus diberikan kepada Hagai di konteks rumah TUHAN yang masih dalam reruntuhan bisa dipakai untuk jemaat masa kini dalam membangun Gereja yang relatif sudah baik ini?
Tentu tidak semudah dan separarel itu sikon dan konteksnya. Itu benar! Namun ada beberapa pesan yang bisa kita ambil jika kita ingin membangun (merenovasi) rumah TUHAN ditempat ini.
Satu, landasan membangun rumah TUHAN adalah pengakuan akan TUHAN dan kecintaan kepada TUHAN. Tidak yang lain! Sama seperti penegakan Syema Yisrael yang harus dilakukan dimanapan kita pergi, demikian pula dasar membangun rumah TUHAN tetaplah sama yakni: TUHAN itu Allah kita. TUHAN itu Esa! Kasihilah TUHAN Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Karena itu kita membangun Rumah TUHAN dengan passion dan intention untuk membangun penegakan hukum TUHAN. TUHAN adalah pusat iman kita, dan Rumah TUHAN adalah rumah doa dan Firman bagi kekuatan hidup kita. Disana akan ditegakkan doa dan pengajaran Firman yang membawa hidup makin dekat dan melekat dengan pengakuan bahwa TUHAN itu Allah kita. TUHAN itu Esa!
Dua, membangun rumah TUHAN sebagai ekspresi simbolis dari mempersembahkan tubuh kita kepada TUHAN, sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada TUHAN. Melalui simbol bangunan gedung yang dibangun dengan kesungguhan dan kegembiraan serta keagungan ini, hati dan hidup jemaat juga diubahkan dan dibaharui. Jadi, dengan kedua hal tsb diatas maka kita sekarang memiliki spirit yang benar untuk membangun rumah TUHAN, yakni menegakkan kembali pengakuan iman kita dan membangun TUBUH KRISTUS yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah sebagai ibadah kita yang sejati!
Post a Comment for "Membangun Tempat Kediaman Allah"