Cara Dan Sikap Hidup Orang Kristen Yang Benar - Part 02
Cara dan sikap hidup orang kristen yang benar ~Landasan firman Allah untuk tema cara dan sikap hidup orang kristen yang benar diambil dari Kisah Para Rasul 5:1-11. Munculnya kegairahan dan kerinduan untuk hidup berbagi memang patut diacungi jempol. Energi dan frekwensi yang baik ini segera menular ke hampir semua orang. Alkitab mencatat bahwa mereka hidup bersama dalam persaudaraan kudus yang sehati dan sejiwa. Segala sesuatu dari kepunyaan mereka milik bersama. Ini mirip dengan kisah pertobatan Zakheus yang dijumpai dan dikunjungi oleh Yesus di rumahnya. Zakheus mengalami sukacita pemulihan jiwa yang ajaib, sehingga separo dari hartanya dibagikan kepada orang miskin dan sekiranya ada yang diperas akan dikembalikan empat kali lipat. Wow!
Saudara, perjumpaan dengan Roh Kudus yang mengubah diri yang sejati memang akan membawa perubahan akal dan budi yang penuh dengan compassion. Tetapi tidak semua orang bisa sampai ketahap ini, sebagian masih melihat bahwa perubahan diri itu sebatas pada ketertarikan emosi sesaat saja. Ketika mujizat dan tanda yang begitu nyata dilihat, dan saat banyak orang yang mengalami kelimpahan cinta ilahi melebihi harta duniawi; ada juga orang yang ikutan bertindak tanpa landasan ketulusan hati, tetapi oleh emosi sesaat. Mereka hanya mengcopy aktifitas emosi tanpa kedalaman perjumpaan dengan yang ilahi. Contohnya dalam bacaan kita adalah Ananias dan Safira.
Ananias dan Safira kagum akan apa yang terjadi. Apalagi ketika mereka melihat Yusuf, seorang Lewi dari Siprus menjual ladang dan membawa uangnya didepan kaki rasul rasul. Wuah, ego dan emosi Ananias dan Safira menjadi tersentuh. Rasanya kok ndak enak ya apabila banyak orang memberi sementara mereka berdiam diri.
Demi ego rasa sungkan dan gejolak emosi agar dicatat namanya sebagai pemberi yang budiman, maka mereka juga ikut ikutan menjual sebidang tanah mereka. Hanya saja (kalau meminjam istilah anak anak sekarang), mereka lakukan hal tsb demi konten atau demi mencari perhatian seperti halnya persaingan dalam sistem lelang.
Sesungguhnya dalam kisah kisah kehidupan jemaat mula mula, bukan berkisah tentang siapa memberi apa? Atau siapa lebih banyak dari siapa? Sebab poin menjual harta dan membagi bagi itu bukan kisah utamanya. Kisah utamanya adalah sentuhan cinta Allah yang begitu dahsyat yang membuat orang orang yang tersentuh merasakan sukacita yang besar, hingga membagi sukacitanya kepada saudara saudaranya. Ya.. itu semua tentang cinta dan sukacita!
Ananias dan Safira nampaknya salah menangkap api kegembiraan tersebut, sehingga mereka berdusta dalam hal pemberian yang mereka bawa ke depan para rasul. Seandainya mereka jujur dan berkata bahwa mereka hanya bisa memberi sebagian dari hasil penjualan ladangnya, tentu tidak apa apa. Tetapi ketika mereka merencanakan dusta dengan mengambil sebagian tetapi mengatakan semuanya, maka petaka menimpa diri mereka sendiri.
Saudara, sekali lagi bukan ukuran berapa banyak harta yang akan menyenangkan hatiNYA, melainkan kerelaan (sukacita) hati dan komitmen akan nazar yang berkenan dihadapanNya. Jika kita telah bernazar dihadapanNya, entahkah dengan janji iman, ucapan syukur atau persepuluhan sebaiknya kita memenuhkan (dengan sukacita) sebagaimana nazar kita. Jangan sampai kita mendustai Allah, dengan hidup dan atau persembahan kita. Selama harta itu masih ada dalam kuasa kita, Allah tidak pernah meminta minta dari pada kita. Tetapi saat kita (telah) bernazar, maka nazar itulah yang mengikat kita.
Pemazmur juga mengingatkan kita bahwa persembahan syukur itu seyogyanya diberikan dengan sukarela (dan sukacita), sementara nazar itu seperti hutang yang harus dibayarkan sebagaimana yang telah dinazarkan. "Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi! Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." (Mazmur 50:14-15)
Kalau intervensi Allah sudah dinyatakan, maka energi, frekwensi dan fibrasi ilahi bergerak membawa perubahan hidup yang total dan penuh. Banyak orang (laki laki dan perempuan) yang bertobat dan menjadi percaya, apalagi ketika mereka melihat rasul rasul banyak mengadakan mujizat dan tanda.
Bayangkan orang orang yang sakit dibawa dibaringkan diatas balai atau tilam dan diletakkan di jalan raya. Dengan harapan bahwa ketika para rasul itu lewat, setidak tidaknya bayangan Petrus bisa mengenai mereka dan bisa sembuh. Salah atau tidak prilaku mereka, kita tidak hendak memperdebatkannya. Tetapi yang jelas itulah iman dan pengharapan mereka. Kisah Para Rasul 4:16 mencatat bahwa banyak orang orang yang sakit dan yang diganggu roh jahat dan semuanya disembuhkan. Wow! Ini tentu bukan pekerjaan manusia, bukan kehebatan Petrus atau rasul rasul lainnya. Sebab Petrus hanyalah alat dan sarana Allah untuk menyatakan kemuliaanNya. Ini semua adalah pekerjaan Allah!
Yang menyembuhkan dan yang memulihkan orang orang yang sakit dan yang dirasuk roh jahat adalah uluran tangan Allah serta kesungguhan iman mereka sendiri. Kisah tsb diatas mirip dengan kisah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Saat ia beriman dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Maka hal itu terjadi sebagaimana imannya. Yesus yang merasakan ada kuasa yang mengalir keluar dari diriNya berpaling, memandang perempuan itu serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. (Matius 9:20-22).
Jadi ketika kuasa Allah yang bertemu dengan iman yang teguh hati, maka mujizat terjadi. Orang bisa menganalisa dan berspekulasi macam macam, tetapi yang pasti keselarasan frekwensi kuasa ilahi dan iman harus ada dalam satu gelombang yang sama akan menghasilkan perubahan besar, baik secara jiwa maupun fisik. Kuasa Allah bisa melahirkan iman dan iman bisa menghadirkan kuasa Allah. Itulah penjelasan dari perkataan Yesus yang mengatakan: "imanmu yang telah menyelamatkan engkau!".
Bersambung…!
Post a Comment for "Cara Dan Sikap Hidup Orang Kristen Yang Benar - Part 02"