Translate

Mengasihi Tuhan Itulah Hukum Yang Utama

Mengasihi Tuhan itulah hukum yang utama ~ Landasan firman Tuhan untuk tema mengasihi Tuhan itulah hukum yang utama diambil dari Injil Matius 22:37. Demikianlah firman Tuhan: “Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama”. Ini adalah hukum utama atau paling dasar bagi orang percaya, baik untuk orang Yahudi maupun untuk orang Kristen (bahkan untuk semua orang yang mempercayai adanya TUHAN). Tanpa kesadaran dan praktek terhadap hukum ini maka semua menjadi omong kosong. Sebab semua kebaikan, kebenaran, rasa syukur, ibadah, pujian, pengorbanan dan penyembahan menjadi tak punya arah dan (bisa) menyesatkan; jika tidak dirindu-baktikan untuk mengasihi TUHAN. Pertanyaannya adalah prakteknya bagaimana? Bagaimana caranya agar saya bisa mengasihi TUHAN dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi? Apakah dengan rajin membaca Alkitab? Rutin berdoa? Tidak pernah absen ibadah? Memberi persembahan perpuluhan? Berpuasa atau seperti apa? Tentu hal hal seperti itu bisa membantu, tetapi tidak terlalu signifikan. Hal hal tersebut dikatakan membantu apabila melalui tindakan ritual keagamaan tersebut akhirnya memunculkan rasa cinta kepada TUHAN yang besar. Tetapi apabila hal hal tersebut dilakukan sebagai kewajiban dan ketakutan (atau tanpa landasan cinta) maka semua gerak praktek ritual tersebut juga akan berujung pada kesia-siaan belaka.
Satu, Mengasihi dengan segenap hati. Mengasihi dengan segenap hati itu dimulai dari kasih yang berasal dari pusat kedirian kita yang sejati (true self) karena itu tidak bisa dipaksakan dari luar. Hati itu pusat rasa yang paling otentik, karena itu perjumpaan dengan TUHAN harus dimulai dari hati. Ingat TUHAN itu menilik hati dan menguji hati, bukan kata kata. Pemazmur berkata: “Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya” (Mazmur 73:1). Jadi, kurangi kata kata yang bertele tele, cukup dengan diam, rasakan hati yang penuh syukur dengan penuh ketulusan untuk semua hal dan ijinkan TUHAN menyapa hati kita dengan sinar cinta-Nya yang bening dan teduh. Awalnya mungkin sulit, tetapi jika ini dilatih berulang kali, maka kita akan bisa merasakannya, bahkan akan tenggelam didalamnya. Kita akan bisa merasakan betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Nah, itulah yang disebut sebagai kepenuhan Allah. (bandingkan dgn Efesus 3:18-19) Kalau kita sudah bisa merasakan keindahan kasih TUHAN yang sedemikian dahsyat itu, maka segala keinginan dan ke-iri-hatian akan hilang lenyap, yang kita rindukan hanyalah berdekat dan berdekap padaNya selama lamanya. Dua, Mengasihi dengan segenap jiwa. Mengasihi TUHAN dengan segenap jiwa, meliputi semua emosi dan rasa batin kita, mulai dari emosi sukacita sampai kecemasan. Ya, kedua ujung emosi inilah yang selalu tarik menarik berebut mengisi jiwa kita. Pemicu dari emosi jiwa ini biasanya adalah kegembiraan yang amat sangat atau penderitaan yang amat sangat. Tetapi jangan takut, kedua emosi itu pun bisa terkoneksi dengan dimensi ilahi. Ayub ketika mengalami ujian penderitaan fisik dan psikis yang amat sangat, ia menggambarkan kepedihan jiwanya: “...anak panah dari Yang Mahakuasa itu tertancap pada tubuhku, dan racunnya diisap oleh jiwaku; kedahsyatan Allah seperti pasukan melawan aku” (Ayub 6:4). Rasa jiwa yang ditinggalkan oleh Allah atau diremukkan oleh Allah itu jauh lebih mengerikan ketimbang rasa tubuh yang sakit atau diremukkan Allah. Sebab kehancuran jiwa itu mendatangkan rasa kesengsaraan yang mencekam (Ayub 30:16). Tidak ada seorangpun atau apapun yang bisa memulihkan rasa jiwa kecuali anugerah dan kemurahan Allah Bapa. Hanya ketika kita kembali kepada TUHAN dan mengasihiNya dengan segenap jiwa, maka rasa jiwa kita akan kembali tenang. Seperti Daud yang berkata: “Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu” (Mazmur 116:7) Pada sisi yang lain, rasa jiwa yang sehat dan gembira itu anugerah Allah yang luar biasa, yang perlu dijaga baik baik. Dengan cara apa? Dengan cara bersyukur dan memuji Tuhan! Pemazmur yang paham betul akan kesehatan jiwa berkata: “Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita, supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu” (Mazmur 30:12-13). Jadi mengasihi TUHAN dengan segenap (rasa) jiwa itu dimulai dengan latihan disiplin rohani untuk mengucap syukur dengan tulus dan lepas. Setiap bangun tidur kita bersyukur untuk hari yang baru dan besyukur untuk apapun yang dipercayakan Tuhan bagi kita untuk dikerjakan sepanjang hari itu. Dan pada malam hari kita juga bersyukur untuk kasih kemurahan Tuhan yang kita terima sepanjang hari. Untuk perjumpaan, pengalaman, pergulatan dan kemenangan yang Tuhan berikan buat kita. Syukuri setiap hal dan tuliskanlah itu, daraskan dan nyanyikan sebagai doa syukurmu. Rasa jiwa juga akan sehat jika kita bersorak memuji Tuhan. Sekali lagi pemazmur berkata: “...supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri” Ya, jangan berdiam diri! Sebab jiwa yang hidup itu memuji muji Tuhan (Maz 119:175). Janganlah risau dengan jenis genre pujian, apakah remix, jazz, pop atau klasik, semua baik buat jiwa kita memuji muji Tuhan. Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! (Mazmur 146:1)

Post a Comment for "Mengasihi Tuhan Itulah Hukum Yang Utama"