Upah Menjadi Pengikut Kristus - Part 2
Upah menjadi pengikut Kristus ~ Landasan firman Tuhan untuk tema upah menjadi pengikut Kristus, diambil dari Injil Matius 19:27-30. Secara lengkap kebenaran firman Tuhan tersebut saya lampirkan di bawah ini.
19:27 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?"
19:28 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
19:29 Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.
19:30 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."
Upah adalah kewajaran bagi sebuah karya dan pelayanan. Jika kemarin kita telah berbicara tentang keutamaan CINTA sebagai landasan PENGABDIAN, maka sekarang saatnya kita berbicara mengenai upah mengikut dan melayani Tuhan.
Tuhan bukanlah tuan yang kejam dan memanfaatkan pengabdian dengan tidak mempertimbangkan upah yang wajar. Bahkan Ia memberikan dan menjanjikan upah yang bahkan jauh diluar ekspektasi dan pikiran kita.
Pertama, Ia menjanjikan tahta kemuliaan di Sorga untuk menghakimi ke duabelas suku Israel (Mat 19:28), sebagai upah utama. Dari sini kita bisa paham jika ibu dari anak anak Zebedeus menginginkan Yohanes dan Yakobus untuk bisa duduk di sebalah kanan dan kiri Tuhan Yesus nanti di Kerajaan Surga (Mat 20:21). Sungguh tidak ada pekerjaan didunia ini yang memiliki kemuliaan upah sampai kepada kehormatan di Surga, kecuali melayaniNya (dengan tulus dan setia).
Kedua, mereka yang mengikuti/melayaniNya akan dipeliharakan oleh ratusan keluarga sementara mereka bekerja. Mereka akan dikasihi dan dicukupi oleh banyak keluarga yang mengasihi Tuhan. Rumah yang terbuka, makanan yang tersedia dan aneka perhatian kasih yang tak terduga. Sungguh kita yang telah mengabdikan diri sebagai hamba Tuhan pastilah mengalaminya. Bahkan kepada kita telah dipikirkan juga jaminan hari tua. Tetapi semua itu harus terus dijaga dengan kemurnian cinta dan ketulusan jiwa raga...agar tidak melenceng dari gembala yang baik menjadi gembala upahan. Kata Yesus : "Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu." (Yoh 10:11-13). Karena itu jangan hanya sekedar mengedepankan upah dan hak, sementara kewajiban dan karya sebagai gembala yang baik tidak dijalankan.
Saudara, Rasul Paulus dengan apik menjelaskan soal hak dan kewajiban ini dalam surat I Kor 9:1-27. Ini adalah kesaksian rasul Paulus mengenai hak dan kewajiban seorang pelayaan Tuhan. Sebagai pelayan Tuhan, ia berhak untuk : makan dan minum; berkeluarga dan membawa keluarganya dalam pelayanan; dibebaskan dari pekerjaan tangan (artinya tidak harus bekerja diluar pelayanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri); mendapatkan hasil dari jerih payah pelayanannya, seperti memakan buah dari kebun anggur yang ia tanami atau minum susu dari kawanan domba gembalaannya.
"Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu?", tanya Paulus (1 Kor 9:11). Sambungnya: "Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu." (1 Kor 9:13-14). Jadi upah dalam pelayanan itu wajar dan perlu ditata dengan baik oleh Gereja atau komunitas kudus, tanpa mengabaikan prinsip cinta, pengabdian dan kekeluargaan sebagaimana yang dikatakan oleh Tuhan Yesus kepada Petrus.
Sementara itu kewajiban dari para pelayan Tuhan adalah : berfokus pada pemberitaan Injil, jangan memegahkan diri atau mencari keuntungan diri sendiri; menyesuaikan diri dengan sikon dan tempat dimana ia melayani untuk memenangkan banyak jiwa; mengusahakan pelayanan yang terbaik dengan bekerja segiat giatnya. Ibarat mengikuti pertandingan, maka ia harus menguasai diri dalam segala hal untuk memperoleh mahkota yang abadi. Seperti seorang pelari yang tak sekedar berlari atau seorang petinju yang asal memukul; melainkan melatih diri sedemikian rupa untuk memiliki kompetensi pelayanan yang lebih dari sekedar biasa.
Yup itulah yang dinasehatkan oleh rasul Paulus kepada kita, kepada Gereja. Walau untuk dirinya sendiri, rasul Paulus punya ukuran dan komitmen yang telah melewati batasan hak dan kewajiban. Katanya: "Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil." (1 Kor 9:18). "Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:20-21).
Post a Comment for "Upah Menjadi Pengikut Kristus - Part 2"