Upah Menjadi Pengikut Kristus - Part 1
Upah menjadi pengikut Kristus ~ Landasan firman Tuhan untuk tema upah menjadi pengikut Kristus, diambil dari Injil Matius 19:27-30. Secara lengkap kebenaran firman Tuhan tersebut saya lampirkan di bawah ini.
19:27 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?"
19:28 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
19:29 Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.
19:30 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."
Di satu kesempatan Petrus (mewakili murid murid lain) bertanya kepada Yesus : "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" Pertanyaan ini menarik karena diapit oleh dua perikop tentang upah.
Perikop pertama (Mat 19:16-26), berkisah tentang orang kaya yang ingin mendapatkan hidup yang kekal sebagai upah dari semua perbuatan baik yang sudah dilakukannya (sejak masa mudanya). Sama seperti ukuran yang dia pakai selama ini yakni jika ia bekerja keras untuk mengumpulkan harta, maka wajarlah apabila upahnya adalah bertambah kekayaannya. Perikop kedua (Mat 20:1-16), berkisah tentang upah bagi pekerja di kebun anggur. Mereka yang bekerja di kebun anggur dijanjikan upah 1 dinar satu hari. Entahkah ia bekerja di jam 5 pagi, 9 pagi, 12 siang, 3 sore atau bahkan jam 5 petang. Semua sepakat untuk upah 1 dinar satu hari.
Nah, diantara dua kisah itulah Petrus bertanya mengenai apa yang ia peroleh (sebagai upahnya) jika ia telah menginggalkan segala sesuatu untuk mengikut Tuhan Yesus.
Apa jawab Tuhan Yesus? Yesus menjawab : "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal."
Hmmm...Jawaban Tuhan Yesus nampak abstrak dan normatif saja, karena tidak menjawab kebutuhan para murid. (Apakah ini yang dikemudian hari mengakibatkan banyak anak muda tidak mau menjadi pendeta? Atau kesibukan yang tak kunjung berhenti di Gereja untuk bongkar pasang aturan skala honorarium para pendeta?).
Mengapa Yesus tidak menjawab dengan ukuran angka yang pasti, misalnya 1 dinar sehari. Atau bagi hasil sekian persen dari semua pemasukan yang ada?Sehingga ada kepastian dan keadilan diantara para muridNya. Entahkah mereka yang ikut Yesus paling awal atau yang datang kemudian. Semua mendapat upah gaji yang sama atau fair berdasarkan golongan atau ukuran waktu pelayanan.
Mengapa Tuhan Yesus tidak konkret menjawabnya? Mengapa upahnya baru nanti setelah penciptaan kembali? Mengapa upahnya (hanya) berupa hidup yang kekal? Mengapa upah didunia ini hanya berupa pertambahan keluarga, teman dan saudara? Coba bayangkan, jika jawaban itu diberikan kepada orang yang lulus seminari dan mau melayani Tuhan di Gereja. Lalu kepadanya disampaikan bahwa upah gaji (yang kemudian diperhalus dengan istilah honorarium) adalah nanti kalau sudah meninggal akan dimuliakan oleh Tuhan dan kepadanya hanya dijanjikan mendapatkan perhatian sebagaimana keluarga sendiri. Tetapi tidak muncul angka upah yang pasti atau sistem bagi hasil yang jelas. Kira kira apa yang akan dijawabkan oleh orang yang mau melayani Tuhan di Gereja tsb?
Hampir dipastikan, dia akan mengatakan : "saya gumulkan terlebih dahulu ya pak".... dan setelah itu ia akan menghilang dan tidak pernah memberi jawaban.
Upah berupa uang atau gaji memang diperlukan buat pekerja, namun dalam konteks pelayanan, hal itu bukanlah utama. Ibarat berkeluarga, maka pelayanan seorang ayah atau ibu tidak diukurkan pada upah, namun pada CINTA. Itulah sebabnya diawal pelayananNya, Tuhan Yesus menegaskan dua hal sebelum berbicara soal upah:
Satu, carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Matius 6:33-34)
Dua, serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. (Matius 8:20). Dan diakhir perjumpaan-Nya dengan Petrus sebelum Ia naik ke Surga, Tuhan Yesus secara khusus bertanya kepada Petrus (murid yang pernah bertanya soal upah): "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?....Gembalakanlah domba dombaKu" (Yohanes 21:15)
Saudara, Dari ketiga hal tersebut diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa ukuran utama dalam kepengikutan kepada Tuhan Yesus adalah cinta dan rasa syukur yang kuat karena bisa mendapat kesempatan yang indah (dipilih dan diperkenan) untuk melayani Tuhan Yesus dan Kerajaan Allah, bukan untuk mencari upah atau keuntungan materi.
Jika kita mau melayaniNya oleh karena tujuan upah atau kekayaan materi, pastilah kita akan kecewa. Alih alih mendapatkan tambahan cuan, kita malah diminta untuk berkorban. Sebab kataNya : "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Matius 19:21).
Jadi, Sekali lagi keutamaan pelayanan itu bukan upah materi. Materi dan kecukupan untuk makan, minum dan pakai adalah tambahan. Begitu upah ditempatkan lebih utama dari kasih karunia, maka keributan dan ketidakpuasanlah yang akan terjadi (bandingkan dgn kisah para pekerja dikebun anggur, yang ribut soal keadilan upah), bahkan tidak mustahil kita bisa menjadi seperti Yudas yang tega menjual Yesus dengan harga 30 uang perak.
Bersambung…!
Post a Comment for "Upah Menjadi Pengikut Kristus - Part 1"