Translate

Tuhan, Iman, Mujizat Dan Covid 19 Part 2

Tuhan, Iman, Mujizat dan Covid 19 ~ “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini” (Ulangan 29:29). C. Perspektif TUHAN, IMAN, DAN ILMU: Bahasa TUHAN dan Bahasa Iman serta Bahasa Ilmu adalah hal yang berbeda. Bahasa TUHAN adalah bagaimana TUHAN memandang diri-Nya dan bagaimana seharusnya berbicara tentang TUHAN dengan pendekatan yang teologisme, seperti yang telah diuraikan di atas. Bahasa iman adalah membahasakan TUHAN dari sudut pandang apa yang dipercayai tentang TUHAN. Membahasakan apa yang dipercayai tentang TUHAN cenderung bersifat eksklusif dan diabsolutkan. Dengan demikian, tatkala orang mengatakan bahwa “saya percaya, atau menurut keyakinan saya, dan seterusnya, … maka orang cenderung mempertahankannya, dan mengabaikan serta bisa merendahkan kepercayaan orang lain.” Karena itu, sudah dapat diduga bahwa bahasa Iman inilah yang dapat menjadi faktor persilangan pendapat selama ini yang menyisahkan perbedaan sengit, “saya benar, Anda salah.” Pada sisi lain, perlulah disadari bahwa bahasa Iman dan bahasa Ilmu juga memiliki perbedaan substansial. Bahasa Iman cenderung memutlakan apa yang dipercayai. Sedangkan, bahasa Ilmu dibangun di atas fenomena, fakta, premis dan kaidah ilmiah dengan terma-terma serta metodologi dan metode Ilmiah yang dimaknakan sesuai bidang ilmu, dan dengan proposisi yang berprobabilitas, yang dapat menjadi sarana penalaran dan dialog mencari titik temu. Dengan demikian, dalam pendekatan berpikir, menalar dan menyimpulkan, setiap orang perlu bertanya, apakah saya sedang menggunakan bahasa TUHAN atau bahasa IMAN atau bahasa ILMU tentang TUHAN, iman dan mujizat?
Dua, TUHAN, KESEMBUHAN ALLAHI DAN COVID-19. Patutlah diingat, bahwa TUHAN Allah yang berdaulat sedang dalam pengendalian atas semua ciptaan-Nya. Pada sisi lain, perlulah ditanyakan, apakah TUHAN mengisinkan wabah Covid-19 dan mengapa hal ini terjadi? TUHAN dan wabah: Pertanyaan lain ialah, apakah Covid-19 ini adalah tanda akhir zaman? (Wahyu 6:8). Jawabannya ialah bahwa penghakiman serta penghukuman adalah hak TUHAN dan semua tindakan-Nya ada pada diri-Nya yang berdaulat. Bagi orang Kristen, jawaban “ya” yang kesusu, dapat berarti mengambil hak TUHAN Allah. Karena patut ditanyakan, siapa yang berhak untuk mengangkat siapa, menjadi jurubicara Allah atau menjadi hakim atas nama TUHAN? Atau menjadi nabi yang bernubuat atas nama TUHAN? Perlulah disadari bahwa pengalaman Covid-19 ini terjadi dari pihak TUHAN untuk mewujudkan rencana-Nya yang kekal bagi umat-Nya dan seisi dunia. Kita hanya diingatkan bahwa Covid-19 adalah “tanda-tanda TUHAN” dan kita bertanggung jawab menjadikannya sebagai pelajaran kehidupan, yang belajar dari hidup tentang hidup untuk hidup. Di samping itu, pengalaman ini juga membuat kita waspada dalam iman serta teguh dalam pengharapan akan kedatangan TUHAN Yesus Kristus. Kita tidak berhak untuk mengambil hak TUHAN dengan menghakimi mereka yang tertular Covid-19. Semua tentu terjadi atas kehendak Allah (Roma 8:28) dan kemanfaatan dari pengalaman Covid-19 hanya dapat dipahami oleh mereka yang mengalaminya. Covid-19 dapat juga dilihat sebagai cara TUHAN Allah memberkati dunia ciptaan-Nya (Common Grace) yang membawa pemulihan semesta, dan cara IA menuntun kehidupan umat-Nya (Special Grace) untuk menyiarahi anugerah-Nya demi mewujudkan Amanat Agung yang kekal guna memberkati dunia (Matius 28:18-20). Pada sisi lain, Covid-19 bagi mereka yang meninggal adalah “cara wafat” yang telah ditetapkan TUHAN bagi semua orang sebagai makluk ciptaan-Nya. Di sini kita hanya dapat berkata, TUHAN memberi, TUHAN mengambil, segala puji bagi DIA (Ayub 1:21). Biarlah TUHAN Allah dimuliakan (Roma 11:36), dan kita terhindarkan dari sikap menghakimi sesama. TUHAN dan kesembuhan allahi: Perlulah ditegaskan bahwa TUHAN Allah berdaulat dan Mahakuasa, yang dapat melakukan apa pun sesuai kehendak-Nya. Masalah yang timbul adalah bahwa ada sementara orang Kristen yang tidak mempercayai mujizat dan menolak kesembuhan illahi (allahi). Dapat diduga bahwa pandangan ini tidak menempatkan TUHAN Allah sebagai berdaulat dalam arti yang sesungguhnya. Pada sisi lain, ada orang Kristen yang mengklaim Janji TUHAN (Yohanes 14:12-14) sebagai janji kuasa melakukan hal besar, termasuk mujizat. Istilah “melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar” di sini, dapat menimbulkan perbedaan tafsir, yang mempengaruhi iman dan sikap. Bagi mereka yang menghubungkan pekerjaan besar dengan mujizat, harus disadari bahwa “mujizat adalah cara TUHAN Allah bekerja” dan pelayanan kesembuhan adalah bagian dari “karunia mujizat” yang dipercayakan TUHAN (I Korintus 12:9-10). Dari sisi ini, setiap orang Kristen yang mengatakan bahwa ia dikaruniai karunia kesembuhan dan atau karunia mengadakan mujizat harus menyadari bahwa semua ini adalah sepenuhnya anugerah dan hak TUHAN. Karena itu siapa pun yang mengklaim dikaruniai karunia kesembuhan dan karunia mengadakan mujizat, hendaklah bertanggung jawab melaksanakannya dengan hormat, rendah hati, dan takut akan TUHAN, karena pekerjaan ROH KUDUS tidak dapat dicopy paste. Sebaliknya mereka yang tidak menerima tafsir ini, kiranya berbijak hati untuk tidak menghakimi. Bersambung...!!! Sumber : yakobtomatala.com

Post a Comment for "Tuhan, Iman, Mujizat Dan Covid 19 Part 2"