Translate

Resiko Menjadi Hamba Tuhan

Resiko menjadi hamba Tuhan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema resiko menjadi hamba Tuhan, diambi dari kitab Yesuya 41-55. 100 tahun setelah pesan nabi Yesaya akan penghakiman dan penghukuman Yerusalem (dalam pasal 1-39), hal itu benar benar digenapi. Yup.. biasanya orang akan sadar setelah petaka itu benar benar datang. Apakah sekarang Israel benar benar dibuang dan dilenyapkan oleh Allah? Tidak, seberdosa dan sejahat apapun umatNya dimata Allah, jalan pertobatan dan pemulihan selalu terbuka. Hanya sekarang, cara Allah lah yang bekerja, bukan cara kuat dan gagah manusia yang sering berujung pada kegagalan demi kegagalan belaka. Kini Allah menyatakan akan datangnya Yerusalem baru dan pemulihan kerajaan Allah yang akan dipimpin oleh raja mesianik masa depan. Dan semua bangsa akan berkumpul dalam damai. Semua itu dibahas dalam pasal 40-66. Bagian pertama, pasal 40-48 dibuka dengan berita dan penghiburan bagi Israel. Mereka diberitahu bahwa pembuangan ke Babel telah berakhir dan dosa Israel telah dihapus. Kini era baru tengah dimulai, dimana Allah sendiri yang akan membawa mereka pulang ke Yerusalem dan semua bangsa akan melihat kemuliaanNya. Sang nabi berharap agar Isarel meresponi berita baik ini dengan menjadi hamba Allah. Lewat sejarah yang panjang dan pahit, mereka diharapkan akan mulai menceritakan kepada bangsa bangsa (dan anak cucu) bahwa siapkah sebenarnya Allah itu.
Namun, bukan itu yang terjadi. Bukannya menjadi saksi buat bangsa bangsa, Israel mengeluh bahkan menuduh TUHAN. Mereka (justru) berkata: “TUHAN tidak memperhatikan kesusahan kita, bahkan DIA mengabaikan seruan doa kita”. Pembuangan ke Babel membuat Israel kehilangan iman mereka. Israel mulai meragukan Allah. Mungkin Allah memang tidak sehebat kisah kisah yang kita dengar dari para leluhur kita. Allah yang membentuk Israel, mengeluarkannya dari negeri perbudakan Mesir, membelah laut Teberau, memimpin dengan tiang awan dan api. Mengalahkan semua bangsa bangsa di Kanaan dan menyerahkan tanah Kanaan menjadi tanah perjanjian. Ah… mungkin semua itu adalah mitos, Allah tidaklah sehebat itu, buktinya kita semua sekarang menderita, dipermalukan dan dibuang menjadi budak di negeri Babel...sementara Allah tak bertindak apa apa, kecuali janji... dan janji saja. "Yang jelas Allah Babel lebih hebat dari Allah kita", demikian keluh kesah mereka. Disini Allah meresponi keragu raguan dan tuduhan tuduhan tsb (dalam pasal 41-47), dengan sanggahan: Pertama, pembuangan ke Babel bukanlah pengabaian ilahi. Melainkan itu semua diijinkan Allah sebagai penghakiman atas dosa Israel. Kedua, Allah akan membangkitkan Persia untuk menghukum Babel, sehingga nubuat akan kembalinya bengsa Israel ke tanah mereka, ke Yerusalem tergenapi. Jadi Allah sedang memurnikan mereka, untuk nanti Ia sendiri yang akan mengumpulkan dan menjadi Allah sekaligus raja atas umatNya. Bagian kedua, pasal 49-54 kita diperkenalkan dengan figur yang namanya Hamba Allah. Hamba Allah ini akan menggenapkan misi Allah, dengan melakukan apa yang gagal dikerjakan oleh Israel. Allah memberikan sebutan kepada hamba ini "Israel", dan mengutus orang ini dalam misi : memulihkan umat Israel kepada Allahnya, dan menjadi terang Allah bagi bangsa bangsa. Hamba Allah ini adalah pribadi yang sederhana, namun dikuasai oleh roh Allah untuk memberitakan kabar baik dan kerajaan Allah atas semua bangsa. Inilah gambaran raja messianik yang disinggung dalam pasal 9 dan 11 (yang kemudian kita ketahui digenapi dalam diri Yesus Kristus). Hanya, sayangnya... hamba ini di tolak, dipukuli dan akhirnya dibunuh oleh bangsanya sendiri. Ia mati demi dosa bangsanya. Sang nabi Yesaya berkata, kematian hamba ini sebagai penebusan dosa atas kejahatan orang orang. Dan setelah kematiannya, tiba tiba hamba itu hidup kembali. Oleh kematiannya ia memberikan jalan untuk membenarkan orang orang untuk menempatkan mereka dalam hubungan yang benar dengan Allah. Bagian ketiga, pasal 54-55 memberikan gambaran akan respon orang terhadap hamba Allah ini. Beberapa orang meresponinya dengan kerendahan hati dan berbalik dari dosa dosanya serta menerima apa yang dilakukan oleh hamba Allah bagi mereka. Orang orang yang percaya ini disebut para hamba dan juga tunas (kudus). Mereka adalah orang orang yang nantinya akan menikmati berkat kerajaan Mesianik. Tetapi orang orang yang menolak hamba Allah dan para hamba tsb, mereka disebut sebagai orang orang jahat, dan tentu saja akan ada dibawah hukuman. Saudara, sungguh ini adalah nibuatan dan janji yang indah, yang mungkin tidak dapat dipahami oleh orang Israel di jaman itu. Bagaimana mungkin seorang hamba yang sederhana, tanpa semarak, bisa melepaskan umat dari dosa dan penghukuman Allah? Ini tidak mungkin dan dianggap omong kosong belaka. Nubuatan ini baru bisa dipahami ketika Tuhan Yesus datang untuk menggenapi gambaran mesias selaku seorang hamba yang menderita. Hamba yang dibunuh oleh bangsanya sendiri, dan bangkit untuk menjadi pembuka jalan bagi pemulihan hubungan Allah dengan manusia dan yang akan menjadi terang bagi bangsa bangsa.

Post a Comment for "Resiko Menjadi Hamba Tuhan"