Menjadi Pembawa Damai Part 4
Menjadi pembawa damai ~ Landasan firman Tuhan untuk tema menjadi pembawa damai, diambil dari kitab Kejadian 26:1-6. Secara lengkap firman Tuhan tersebut saya lampirkan di bawah ini.
26:1 Maka timbullah kelaparan di negeri itu. --Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin.
26:2 Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman: "Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu.
26:3 Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu.
26:4 Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat,
26:5 karena Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku."
26:6 Jadi tinggallah Ishak di Gerar.
4. Love (kasih)
Setelah kita membahas mengenai 3 kualitas karakter pembawa damai yang berkaitan dengan diri sendiri, sekarang kita akan membahas 3 kualitas karakter yang harus dilatih dalam hubungan dengan orang lain, yakni love, giving dan forgiving. Love atau kasih ini bahkan dinyatakan oleh Allah sebagai hukum utama dan terutama dalam hubungan kita dengan Allah dan sesama. Apa artinya? Artinya ini adalah hukum dasar bagi semua bentukan hukum relasional lainnya. Tanpa landasan dan tujuan kasih, hukum akan menjadi alat penekan dan alat manipulasi yang mengerikan (walau atas nama keadilan dan kebenaran sekalipun). Jadi kasih adalah inti dasar dari kehidupan yang adil, damai dan berperadaban. Semua orang membutuhkan kasih agar bisa hidup dan beradab.
Mother Theresa berkata: “Even the rich are hungry for love, for being cared for, for being wanted, for having someone to call their own”. (Bahkan orang kaya sekalipun haus akan cinta kasih, dipedulikan, rasa untuk diinginkan, dan seseorang yang memanggil mereka). “Being unwanted, unloved, uncared for, forgotten by everybody, i think that is a much greater hunger, a much greater poverty than the person who has nothing to eat”. (Menjadi orang yang tidak diinginkan, tidak dicintai, tidak dipedulikan, dilupakan oleh semua orang, aku rasa itulah kelaparan terbesar, bahkan merupakan kemiskinan yang melebihi seorang yang miskin dan tidak memiliki apa pun untuk dimakan).
Pembawa damai adalah orang orang yang telah mengalami kepenuhan kasih Allah dan rindu untuk berbagi kasih Allah buat sesamanya. Itulah yang saya rasa kuat pada diri Ishak. Ia mengalami kepenuhan kasih TUHAN sehingga ia bisa dengan mudah berbagi kasih buat Abimelek dan para gembala Gerar yang merebut sumurnya. Ishak bisa mengasihi musuh musuhnya sama seperti ia mengasihi dirinya sendiri. Dengan mempraktekkan kasih yang seperti itu, Ishak bukan hanya menyatakan dirinya sebagai anaknya Abraham, ia juga menyatakan dirinya sebagai anak Allah yang Maha Tinggi.
Sikap seperti itulah yang nanti dalam Injil di tegaskan lagi oleh Tuhan Yesus : “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat” – Lukas 6:35.
5. Giving (memberi)
Kasih tanpa memberi adalah seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing alias omong kosong. Sebab manifestasi kasih selalu dalam tindakan memberi (memberi support, perhatian, doa atau gift, bahkan sampai memberikan nyawa). Bisa dikatakan kasih adalah paradigma dan memberi adalah prilakunya.
Arvan Pradiansyah membagi 4 tipe orang yang berkait dengan kasih dan memberi.
1. Orang yang (berkata) ia mengasihi tetapi tidak memberi. Orang ini hanya berteori. Kalau ia adalah seorang pendeta maka bisa dikatakan "gajah diblangkoni", iso kotbah ora iso nglakoni (bisa berkotbah tetapi tidak bisa menjalani).
2. Orang yang mengasihi dan mewujudkan kasih itu dalam tindakan memberi. Ia adalah orang yang tulus iklhas dan ia akan bisa merasakan keindahan dari sebuah tindakan memberi. Dan ia akan mahami apa makna hukum kasih dan apa arti Firman: “terlebih berkat memberi daripada menerima”.
3. Orang yang memberi, tetapi pemberian tersebut bukanlah didasari oleh kasih. Bisa jadi ia terpaksa atau punya kepentingan yang tersembunyi. Pemberian seperti ini pastilah ada nilai transaksional dibelakangnya. Layaknya pengusaha kotor yang memberi hadiah pada gubernurnya agar proyek2nya bisa di acc.
4. Orang yang tidak mengasihi dan juga tidak (mau) memberi. Golongan orang ini disebut kikir dan antisosial. Ia hidup dari dan bagi dirinya sendiri. Walau kelihatannya orang seperti ini adalah konsisten, apa adanya tanpa topeng dan kepura puraan, namun cepat atau lambat orang seperti ini akan tersingkir dari kehidupan sosialnya.
Bagaimana dengan Ishak?
Ishak adalah orang yang murah hati dan tulus iklhas. Ia mempraktekkan gaya hidup murah hati sebagai manifestasi kasihnya kepada Allah dan kepada sesama. Baik saat ia masih bersama ayahnya, maupun saat ia harus hidup dinegeri Filistin sebagai orang asing. Bayangkan saat Ishak mau dikorbankan oleh Abraham, ia itu sudah remaja dan bisa saja ia melawan ayahnya, atau paling tidak melarikan diri. Tetapi Ishak mengasihi ayahnya dan ia rela dijadikan korban oleh ayahnya bagi Allah. Jika tindakan Abraham dipuji oleh Allah karena imannya, maka Ishak tentunya juga dipuji karena kasih dan ke-iklhas-annya. Ishak itu tipe give more expect less. Lebih suka memberi dan kurang berharap untuk mendapatkan (pemberian).
Demikian juga saat ia berhadapan dengan Abimelekh maupun orang orang Gerar. Bukan karena takut, ia harus menyerahkan sumur sumur yang digalinya..tetapi karena ia memberlakukan prinsip give more, expect less. Dan orang yang hidup dalam prinsip ini akan mudah mendapatkan teman dan kebahagiaan... sebab ia tahu apa yang paling menyenangkan hati Tuhan.
Sungguh ini prinsip iman dan gaya hidup yang sangat penting untuk kita teladani dari Ishak, sebab siapa tahu bahwa orang orang yang datang kepada kita (dengan segala persoalan dan kebutuhan) itu memang diijinkan Tuhan untuk menguji iman dan kasih kita. “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku”.
Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” – Matius 25:35-40. Bersambung…!!!
Post a Comment for "Menjadi Pembawa Damai Part 4"