Bagaimana Hidup Dalam Kemurahan Allah ?
Bagaimana hidup dalam kemurahan Allah ~ Landasan firman Tuhan untuk tema hidup dalam kemurahan Allah diambil dari surat rasul Paulus kepada jemaat Tuhan yang ada di kota Roma yaitu dalam Roma 12:1-8. Kita ada sebagai gereja dan orang yang diselamatkan karena kemurahan Allah. Ya semata mata oleh kemurahan Allah.
Rasul Paulus dalam kitab Roma menjelaskan secara gamblang dalam perbandingannya dengan umat Israel. Jika umat Israel itu umat pilihan Allah dan kekasih Allah (Roma 11:28), maka kita adalah umat kasih karunia (kemurahan Allah). Karena ketidak-taatan merekalah kita bisa beroleh kemurahan Allah (Rm 11:30-31), dan mewarisi janji Allah.
Walau demikian, umat Israel tetap menjadi umat pilihan dan kekasih Allah, apapun dan bagaimanapun kondisinya. Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya. (Rm 11:29), bahkan Allah tetap akan menjadi penebus buat Israel sampai kapanpun dan akan menghapuskan dosa dosa mereka sebagaimana janji yang telah dinyatakan Allah kepada mereka (Rm11:26-27). Itu adalah previlagenya umat Israel, keturunan Abraham Ishak dan Yakub.
Sementara kita adalah umat kemurahan, yang dimasukkan dalam penjanjian penyelamatan dan perjanjian kasih karunia kareka ketidaktaatan (sebagian) dari umat Israel. (Roma 11:25). Meminjam istilah rasul Paulus, kita itu seperti tunas liar yang dicangkokkan masuk ke dalam pohon zaitun yang penuh getah (Rm 11: 17). Sehingga kita turut dalam dan mewarisi anugerah penebusan dan keselamatan dari Allah.
Nah jika kita menyadari hal tsb, maka:
1. Jangan Sombong
Karena itu janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! (Rm 11:18) Jangan menganggap diri pandai (Rm 11:25), atau menganggap diri hebat. Jika saudara dan saya ada sebagai gereja dan boleh mendapati kesempatan untuk melayaniNya itu semua oleh karena anugerah kemurahanNya.
2. Fokus bagi kemuliaan Allah.
Jika kita sadar bahwa semua yang kita terima saat ini adalah karena kemurahan Allah, maka semua kita akan kembalikan kepada Allah. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:36). Ini adalah ungkapan dan bahasa orang percaya, yang perlu kita nyatakan dalam setiap peristiwa hidup kita.
Manakala kita berhasil dan penuh pujian, maka kita berkata: "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" Manakala kita terpuruk dan tertimpa oleh berbagai masalah dan persoalan, maka kitapun tetap berkata: "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" Ya, itulah ungkapan iman yang lahir dari kesadaran bahwa segala sesuatu itu dari, oleh, kepada dan bagi DIA. Hidup dan pelayanan kita atau Gereja itu sepenuhnya tentang Allah dan bukan tentang kita.
3. Mempersembahkan Tubuh.
Rasul Paulus memberi nasehat sekaligus ajakan agar orang orang yang telah menyadari karya kemurahan Allah agar mempersembahkan hidupnya bagi kemuliaan Allah. Demikian nasehat Paulus : "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Roma 12:1).
Bagi orang orang yang telah menerima kemurahan Allah, akan menjalani seluruh hidupnya sehari hari sebagai bentuk ibadah faktual yang jauh melebihi aktifitas ritual keagamaan. Hidup tidak akan pernah lagi sama dengan dunia, sebab telah terjadi pembaharuan budi (pemikiran, perasaan dan kehendak), sehingga dari padanya kita akan mengenali dan menjalami pemikiran, perasaan dan kehendak Allah.
4. Hidup Dalam Kasih dan Kemurahan
Umat kemurahan Allah ini jauh dari hidup sombong karena merasa diri istimewa, atau karena merasa mengenali pikiran, perasaan dan kehendak Allah. Oh..tidak! Jauhlah semua itu dari hidup kita. Kita harus tetap menyadari bahwa kita itu (sesungguhnya) tak layak namun dilayakkan, tak mendapat jatah, namun dicakokkan dalam pohon anugerah Allah. Karena itu (berdasarkan kasih karunia dan kemurahan Allah), kita diminta untuk tidak sombong dan berpikir begitu rupa, sehingga kita bisa menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kita masing-masing. (Roma 12:3)
Saya sedih dan prihatin, ketika Joseph Paul Zhang merasa dirinya (kekristenan) begitu istimewa sehingga merendahkan agama lain. Apapun alasannya, itu bukanlah bahasa dari kekristenan. Sebab bahasa kristenan adalah bahasa kasih dan bahasa kemurahan Allah.
Tata bahasa yang jauh dari kesombongan, tata bahasa yang berangkat dari kasih karunia, untuk hidup dalam kasih karunia, dari kemurahan menuju pada kemurahan. Memberkati orang yang bahkan mengutuki hidup kita.. dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan; melainkan melakukan apa yang baik bagi semua orang! (Roma 12:17)
Post a Comment for "Bagaimana Hidup Dalam Kemurahan Allah ?"